• Sel. Nov 12th, 2024

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Serangan Israel di Gaza: Gedung Sekolah Pengungsian Dihantam, Puluhan Korban Jiwa

ByAdmin

Jul 10, 2024
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com    -Pada hari Rabu, 10 Juli 2024, wilayah Gaza kembali didera tragedi memilukan. Serangan udara yang dilancarkan oleh Israel menghantam sebuah gedung sekolah yang berfungsi sebagai tempat pengungsian bagi warga Palestina. Serangan tersebut mengakibatkan setidaknya 27 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka. Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak, yang seharusnya berlindung di tempat yang dianggap aman.

Lokasi Serangan

Serangan ini menargetkan gedung sekolah Al-Awda di Abasan, dekat kota Khan Younis di Gaza bagian selatan. Gedung sekolah ini telah menjadi tempat perlindungan bagi banyak keluarga yang melarikan diri dari konflik yang terus berkecamuk di wilayah tersebut. Sebelum serangan terbaru ini, Israel telah melancarkan tiga serangan lainnya sejak Sabtu pekan lalu di gedung-gedung sekolah yang digunakan sebagai tempat pengungsian.

Latar Belakang Konflik

Ketegangan antara Israel dan kelompok Hamas yang menguasai Gaza telah berlangsung selama bertahun-tahun, dengan puncak-puncaknya sering kali menyebabkan korban jiwa yang signifikan di kalangan warga sipil. Konflik ini sering kali dipicu oleh berbagai insiden, termasuk serangan roket dari Gaza ke wilayah Israel dan serangan balasan dari pihak Israel.

Sejak awal agresi terbaru ini pada 7 Oktober, angka korban sipil terus meningkat. Laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan bahwa lebih dari 500 orang telah meninggal dunia di gedung sekolah dan tempat-tempat penampungan lainnya. Data menunjukkan bahwa total korban tewas di Gaza telah mencapai 38 ribu jiwa, dengan mayoritas korban berasal dari kelompok rentan seperti lansia, perempuan, dan anak-anak.

Klaim dan Bantahan

Israel mengklaim bahwa serangan-serangan tersebut menargetkan kelompok Hamas yang bersembunyi di gedung-gedung sekolah. Namun, otoritas Gaza membantah tuduhan tersebut, dengan menyatakan bahwa gedung-gedung tersebut digunakan semata-mata untuk menampung pengungsi. Hal ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai penargetan dan penggunaan kekuatan dalam konflik ini, serta perlindungan terhadap warga sipil di daerah konflik.

Dampak pada Warga Sipil

Serangan di gedung sekolah Al-Awda bukanlah insiden pertama yang menimpa warga sipil di Gaza dalam beberapa hari terakhir. Pada Sabtu, 6 September, serangan Israel menghantam sekolah Al-Jawni yang dikelola oleh PBB di Nuseirat, Gaza Tengah, yang menyebabkan 16 orang tewas. Pada hari Senin berikutnya, serangan lainnya menghantam sekolah lain yang dikelola oleh Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di wilayah Nuseirat. Rumah sakit setempat melaporkan bahwa beberapa orang yang terluka dalam serangan itu dibawa untuk dirawat.

Baca juga : Apa Itu Liga Arab, Kumpulan Negara yang Kompak Boikot Israel?

Read More : Gaza War Spurs Surge in Terrorist Recruitment, Warns U.S. Intelligence

Read More : Heavy Fighting in Gaza Forces Thousands to Flee Again Amid Ongoing Conflict

Read More : Gaza Summer: Sewage, Garbage, and Health Risks in War-Torn Tent Camps

Situasi ini memicu kecaman internasional, dengan banyak pihak menyerukan penurunan ketegangan dan penghentian serangan terhadap fasilitas sipil. Badan-badan kemanusiaan juga terus mendesak akses yang lebih besar untuk memberikan bantuan kepada warga yang terkena dampak konflik.

Reaksi Internasional

Serangan-serangan yang menargetkan fasilitas sipil seperti sekolah dan tempat penampungan pengungsi telah menuai kecaman luas dari komunitas internasional. Beberapa negara dan organisasi internasional telah menyerukan agar kedua belah pihak menghormati hukum humaniter internasional yang melindungi warga sipil dan infrastruktur sipil selama konflik bersenjata.

Pelapor PBB untuk wilayah Palestina, dalam sebuah pernyataan, menyebut serangan-serangan ini sebagai “tidak dapat diterima” dan menuduh media Barat menormalisasi tindakan tersebut. Ia menekankan bahwa masyarakat internasional harus mengambil langkah-langkah yang lebih tegas untuk memastikan bahwa pelanggaran hak asasi manusia tidak dibiarkan begitu saja.

Kondisi di Lapangan

Di lapangan, situasi semakin mencekam bagi penduduk Gaza yang sudah lama hidup dalam kondisi sulit. Blokade yang diberlakukan Israel selama lebih dari satu dekade telah menyebabkan kekurangan barang-barang kebutuhan dasar, termasuk makanan, obat-obatan, dan bahan bakar. Serangan udara yang terus berlangsung hanya memperburuk kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut.

Laporan dari sumber-sumber lokal di Gaza menggambarkan pemandangan yang menyayat hati setelah serangan-serangan tersebut. Banyak keluarga yang kehilangan anggota keluarganya, sementara yang lain terpaksa hidup dalam ketakutan dan ketidakpastian. Rumah sakit dan fasilitas medis kewalahan dengan jumlah korban yang membutuhkan perawatan, sementara pasokan medis semakin menipis.

Upaya Bantuan Kemanusiaan

Badan-badan kemanusiaan, termasuk UNRWA dan Palang Merah, terus berupaya memberikan bantuan kepada mereka yang terkena dampak. Namun, upaya ini sering kali terhambat oleh pembatasan akses dan kondisi keamanan yang tidak stabil. Meskipun demikian, tim-tim kemanusiaan terus bekerja tanpa lelah untuk menyediakan makanan, air, dan layanan medis kepada mereka yang paling membutuhkan.

Selain itu, upaya diplomatik juga terus dilakukan untuk mencapai gencatan senjata dan penyelesaian konflik secara damai. Negara-negara seperti Mesir dan Qatar telah memainkan peran penting dalam memediasi pembicaraan antara Israel dan Hamas, meskipun hasilnya masih belum terlihat jelas.

Masa Depan yang Tidak Pasti

Masa depan Gaza dan penduduknya tetap tidak pasti. Selama konflik berkepanjangan ini, warga sipil selalu menjadi pihak yang paling menderita. Banyak anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan kekerasan dan ketidakpastian, dengan dampak jangka panjang yang serius terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan mereka.

Komunitas internasional memiliki tanggung jawab besar untuk membantu mencari solusi jangka panjang yang dapat membawa perdamaian dan stabilitas ke wilayah ini. Ini termasuk mendukung upaya-upaya untuk mengakhiri blokade, memastikan akses kemanusiaan yang berkelanjutan, dan mendorong dialog antara pihak-pihak yang berkonflik.

Serangan di gedung sekolah Al-Awda di Gaza adalah pengingat tragis akan biaya manusia yang tinggi dari konflik yang berkepanjangan. Puluhan nyawa yang hilang dalam sekejap, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak, menggambarkan betapa pentingnya mencari solusi damai dan adil untuk mengakhiri penderitaan ini.

Komunitas internasional harus bersatu dalam mendesak penghentian kekerasan dan memastikan bahwa hak-hak dasar manusia dihormati di setiap wilayah konflik. Hanya dengan demikian, kita dapat berharap untuk masa depan yang lebih baik bagi semua pihak yang terlibat, terutama bagi warga sipil yang tidak berdosa yang selalu menjadi korban utama dalam setiap perang. *Mukroni

  • Berita Terkait :

Heavy Fighting in Gaza Forces Thousands to Flee Again Amid Ongoing Conflict

Gaza Summer: Sewage, Garbage, and Health Risks in War-Torn Tent Camps

Head of Gaza’s Largest Hospital Released by Israel After Seven Months of Detention

Kisah Pegunungan Bani Yas’in: Esau bin Ishaq dan Keberanian Bani Jawa dalam Catatan Ibnu Khaldun

Unimaginable Suffering: A Hull Surgeon’s Mission to Aid Gaza’s War-Torn Civilians

Escalating Tensions: Israel and Hezbollah Edge Closer to Conflict Amid Rocket Fire and Threats

Netanyahu Announces Imminent Conclusion of Gaza Conflict’s Intense Phase

Gaza’s Overlooked Hostages: Thousands Held Without Charge in Israeli Detention

Chilean Art Exhibition Celebrates Palestinian Solidarity

Houthi Rebels Sink Bulk Carrier in Red Sea Escalation Amid Israel-Hamas Conflict

Tragedi Kemanusiaan di Gaza: Serangan Israel Menewaskan Sedikitnya 42 Orang

Kuba Ikut Dalam Gugatan Internasional Afrika Selatan di ICJ Mengenai Tindakan Israel di Gaza

Mengapa Gaza Adalah Zona Perang Terburuk: Perspektif Ahli Bedah Trauma David Nott

Armenia Resmi Akui Palestina sebagai Negara di Tengah Konflik Gaza-Israel

Qatar Lakukan Negosiasi Intensif untuk Gencatan Senjata Israel-Hamas

Day 256: Gaza Under Siege – Israel’s Airstrikes Claim Dozens of Lives

Laporan PBB: Israel dan Kelompok Bersenjata Palestina Terlibat dalam Pelanggaran Berat Hukum Internasional

Pengunduran Diri Pejabat AS Stacy Gilbert: Protes terhadap Kebijakan Bantuan Kemanusiaan di Gaza

Perusahaan Senjata Israel Elbit Terpaksa Menjual Pabrik di Tamworth akibat Tekanan Aksi Pro-Palestina

Pandangan Perdana Menteri Albania Rama tentang Konflik Palestina-Israel: Sejarah, Tantangan, dan Solusi

Idul Adha di Tengah Konflik: Ketika Kegembiraan Berganti Kesedihan di Gaza

Tragedi di Rafah: Delapan Tentara Israel Tewas dalam Pertempuran Terbaru di Jalur Gaza

AS menjatuhkan sanksi pada ‘kelompok ekstremis Israel’ karena memblokir bantuan Gaza

Langkah Israel: ‘Jeda Taktis’ untuk Meringankan Krisis Kemanusiaan di Gaza

Menelusuri Jalur ‘Muslim Vote’ di Inggris: Dukungan Terhadap Kandidat Alternatif dan Perubahan Politik Menuju Perdamaian Palestina

Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza oleh Qatar dan Mesir: Langkah Baru Menuju Perdamaian

Akhir yang Mendekat bagi Pemerintahan Netanyahu yang Terpecah

Krisis Kemanusiaan di Gaza: Keputusasaan di Tengah Pertempuran

Ketegangan AS-Israel: Perdebatan atas Berbagi Informasi Intelijen

Tekanan Boikot Israel terhadap Merek-merek Amerika di Timur Tengah

$7.000 untuk Keluar dari Gaza: Eksploitasi Warga Palestina yang Melarikan Diri ke Mesir

Krisis Kemanusiaan di Gaza Meningkat, Yordania Gelar Pertemuan Darurat Internasional

Apple Dituduh Mendukung Konflik Israel-Palestina: Karyawan Menuntut Penghentian Sumbangan Kontroversial

Transformasi Ekonomi Global: Dampak Penghentian Perjanjian Petro Dollar oleh Arab Saudi

Rencana Gencatan Senjata Gaza Terhambat oleh Perubahan Usulan dari Hamas, Klaim AS

HRW: Penggunaan Kelaparan oleh Israel sebagai Senjata Perang di Gaza Merupakan ‘Kejahatan Perang’

PBB Temukan Bukti Kejahatan Kemanusiaan oleh Israel di Gaza

Knesset Israel Setujui Undang-Undang Kontroversial Wajib Militer Ultra-Ortodoks di Tengah Konflik Gaza

Resolusi DK PBB Dukung Gencatan Senjata Gaza: Langkah Menuju Perdamaian yang Tantangannya Besar”

Pertemuan Tegang di Kairo: Morsi Dituduh Mengimplikasikan Yahudi Mengendalikan Media AS

Angelina Jolie Menuduh Israel dan Pemimpin Dunia Melakukan ‘Kejahatan Perang’ di Gaza: Gaza Menjadi Kuburan Massal dan Penjara Terbuka

Paus Fransiskus Mendesak Tindakan Segera untuk Membantu Warga Gaza yang Dilanda Perang dengan ‘Segala Cara’

Gideon Levy: Pendudukan Israel Tidak Akan Berakhir Sampai Mereka Membayar Akibatnya

Pengusiran Orang Yahudi oleh Jenderal Ulysses S. Grant pada 1862: Perintah Kontroversial di Tengah Perang Saudara

Ribuan Orang Berkumpul di Luar Gedung Putih untuk Memprotes Perang di Gaza

Benny Gantz Mengundurkan Diri dari Kabinet Perang: Pukulan Telak bagi Netanyahu

Kebencian terhadap Netanyahu Meningkat di Tengah Isolasi Internasional Israel

Kolombia Hentikan Ekspor Batu Bara ke Israel karena Konflik Gaza: Tindakan Tegas Presiden Gustavo Petro

Truk Bantuan Palsu Digunakan dalam Operasi Penyelamatan di Nuseirat: Partisipasi ‘Sel Khusus’ AS Terungkap

Dewan Menteri D-8 Serukan Gencatan Senjata “Segera, Permanen, Tanpa Syarat” di Gaza

Penindasan Suara Pro-Palestina: Akademisi Inggris Mengungkap “Perburuan Penyihir” terhadap Muslim di Kehidupan Publik

Israel Menyerang Sekolah di Gaza yang Menampung Pengungsi Palestina, Menewaskan Sedikitnya 40 Orang

Bagaimana “Le Monde” Meliput Konflik Israel-Palestina Sejak 1945

Spanyol Ikut Campur dalam Kasus Genosida Afrika Selatan Terhadap Israel di ICJ

Opini Roy  tentang Solidaritas Mahasiswa Elit Prancis untuk Gaza: Sebuah Tindakan Moral, Bukan Revolusi

Bernie Sanders: Menghormati Netanyahu dengan Pidato Kongres adalah Kesalahan Besar

Gideon Levy Mengkritik Media Israel yang Tidak Memperlihatkan Penderitaan di Gaza

Gencatan Senjata Gaza: Amrit Kaur Menyerukan Kesetiaan pada Kemanusiaan dalam Penerimaan Penghargaan Layar Kanada

Kontroversi di Parlemen Prancis: Bendera Palestina di Tengah Isu Politik Sensitif

Lapid Kecam Smotrich dan Ben Gvir atas Ancaman Gulingkan Koalisi Terkait Gencatan Senjata Sandera

Macklemore: Melawan Apartheid demi Kemerdekaan Palestina di Tengah Konflik Gaza

Maladewa Melarang Warga Israel Masuk Negara Terkait Konflik Gaza: Solidaritas dengan Palestina dan Implikasi Regional

Max Chandler-Mather Menggemakan Solidaritas untuk Palestina di Parlemen: Sebuah Seruan Melawan Ketidakadilan dan Dukungan untuk Penentuan Nasib Sendiri

Mesir Bergabung dalam Kasus Genosida terhadap Israel di Pengadilan Tinggi PBB

Türkiye Bergabung dalam Kasus Genosida Afrika Selatan terhadap Israel di ICJ

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *