Jakarta, Kowantaranews.com -Pada hari Rabu, 10 Juli 2024, wilayah Gaza kembali didera tragedi memilukan. Serangan udara yang dilancarkan oleh Israel menghantam sebuah gedung sekolah yang berfungsi sebagai tempat pengungsian bagi warga Palestina. Serangan tersebut mengakibatkan setidaknya 27 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka. Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak, yang seharusnya berlindung di tempat yang dianggap aman.
Lokasi Serangan
Serangan ini menargetkan gedung sekolah Al-Awda di Abasan, dekat kota Khan Younis di Gaza bagian selatan. Gedung sekolah ini telah menjadi tempat perlindungan bagi banyak keluarga yang melarikan diri dari konflik yang terus berkecamuk di wilayah tersebut. Sebelum serangan terbaru ini, Israel telah melancarkan tiga serangan lainnya sejak Sabtu pekan lalu di gedung-gedung sekolah yang digunakan sebagai tempat pengungsian.
Latar Belakang Konflik
Ketegangan antara Israel dan kelompok Hamas yang menguasai Gaza telah berlangsung selama bertahun-tahun, dengan puncak-puncaknya sering kali menyebabkan korban jiwa yang signifikan di kalangan warga sipil. Konflik ini sering kali dipicu oleh berbagai insiden, termasuk serangan roket dari Gaza ke wilayah Israel dan serangan balasan dari pihak Israel.
Sejak awal agresi terbaru ini pada 7 Oktober, angka korban sipil terus meningkat. Laporan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan bahwa lebih dari 500 orang telah meninggal dunia di gedung sekolah dan tempat-tempat penampungan lainnya. Data menunjukkan bahwa total korban tewas di Gaza telah mencapai 38 ribu jiwa, dengan mayoritas korban berasal dari kelompok rentan seperti lansia, perempuan, dan anak-anak.
Klaim dan Bantahan
Israel mengklaim bahwa serangan-serangan tersebut menargetkan kelompok Hamas yang bersembunyi di gedung-gedung sekolah. Namun, otoritas Gaza membantah tuduhan tersebut, dengan menyatakan bahwa gedung-gedung tersebut digunakan semata-mata untuk menampung pengungsi. Hal ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai penargetan dan penggunaan kekuatan dalam konflik ini, serta perlindungan terhadap warga sipil di daerah konflik.
Dampak pada Warga Sipil
Serangan di gedung sekolah Al-Awda bukanlah insiden pertama yang menimpa warga sipil di Gaza dalam beberapa hari terakhir. Pada Sabtu, 6 September, serangan Israel menghantam sekolah Al-Jawni yang dikelola oleh PBB di Nuseirat, Gaza Tengah, yang menyebabkan 16 orang tewas. Pada hari Senin berikutnya, serangan lainnya menghantam sekolah lain yang dikelola oleh Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) di wilayah Nuseirat. Rumah sakit setempat melaporkan bahwa beberapa orang yang terluka dalam serangan itu dibawa untuk dirawat.
Baca juga : Apa Itu Liga Arab, Kumpulan Negara yang Kompak Boikot Israel?
Read More : Gaza War Spurs Surge in Terrorist Recruitment, Warns U.S. Intelligence
Read More : Heavy Fighting in Gaza Forces Thousands to Flee Again Amid Ongoing Conflict
Read More : Gaza Summer: Sewage, Garbage, and Health Risks in War-Torn Tent Camps
Situasi ini memicu kecaman internasional, dengan banyak pihak menyerukan penurunan ketegangan dan penghentian serangan terhadap fasilitas sipil. Badan-badan kemanusiaan juga terus mendesak akses yang lebih besar untuk memberikan bantuan kepada warga yang terkena dampak konflik.
Reaksi Internasional
Serangan-serangan yang menargetkan fasilitas sipil seperti sekolah dan tempat penampungan pengungsi telah menuai kecaman luas dari komunitas internasional. Beberapa negara dan organisasi internasional telah menyerukan agar kedua belah pihak menghormati hukum humaniter internasional yang melindungi warga sipil dan infrastruktur sipil selama konflik bersenjata.
Pelapor PBB untuk wilayah Palestina, dalam sebuah pernyataan, menyebut serangan-serangan ini sebagai “tidak dapat diterima” dan menuduh media Barat menormalisasi tindakan tersebut. Ia menekankan bahwa masyarakat internasional harus mengambil langkah-langkah yang lebih tegas untuk memastikan bahwa pelanggaran hak asasi manusia tidak dibiarkan begitu saja.
Kondisi di Lapangan
Di lapangan, situasi semakin mencekam bagi penduduk Gaza yang sudah lama hidup dalam kondisi sulit. Blokade yang diberlakukan Israel selama lebih dari satu dekade telah menyebabkan kekurangan barang-barang kebutuhan dasar, termasuk makanan, obat-obatan, dan bahan bakar. Serangan udara yang terus berlangsung hanya memperburuk kondisi kemanusiaan di wilayah tersebut.
Laporan dari sumber-sumber lokal di Gaza menggambarkan pemandangan yang menyayat hati setelah serangan-serangan tersebut. Banyak keluarga yang kehilangan anggota keluarganya, sementara yang lain terpaksa hidup dalam ketakutan dan ketidakpastian. Rumah sakit dan fasilitas medis kewalahan dengan jumlah korban yang membutuhkan perawatan, sementara pasokan medis semakin menipis.
Upaya Bantuan Kemanusiaan
Badan-badan kemanusiaan, termasuk UNRWA dan Palang Merah, terus berupaya memberikan bantuan kepada mereka yang terkena dampak. Namun, upaya ini sering kali terhambat oleh pembatasan akses dan kondisi keamanan yang tidak stabil. Meskipun demikian, tim-tim kemanusiaan terus bekerja tanpa lelah untuk menyediakan makanan, air, dan layanan medis kepada mereka yang paling membutuhkan.
Selain itu, upaya diplomatik juga terus dilakukan untuk mencapai gencatan senjata dan penyelesaian konflik secara damai. Negara-negara seperti Mesir dan Qatar telah memainkan peran penting dalam memediasi pembicaraan antara Israel dan Hamas, meskipun hasilnya masih belum terlihat jelas.
Masa Depan yang Tidak Pasti
Masa depan Gaza dan penduduknya tetap tidak pasti. Selama konflik berkepanjangan ini, warga sipil selalu menjadi pihak yang paling menderita. Banyak anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan kekerasan dan ketidakpastian, dengan dampak jangka panjang yang serius terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan mereka.
Komunitas internasional memiliki tanggung jawab besar untuk membantu mencari solusi jangka panjang yang dapat membawa perdamaian dan stabilitas ke wilayah ini. Ini termasuk mendukung upaya-upaya untuk mengakhiri blokade, memastikan akses kemanusiaan yang berkelanjutan, dan mendorong dialog antara pihak-pihak yang berkonflik.
Serangan di gedung sekolah Al-Awda di Gaza adalah pengingat tragis akan biaya manusia yang tinggi dari konflik yang berkepanjangan. Puluhan nyawa yang hilang dalam sekejap, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak, menggambarkan betapa pentingnya mencari solusi damai dan adil untuk mengakhiri penderitaan ini.
Komunitas internasional harus bersatu dalam mendesak penghentian kekerasan dan memastikan bahwa hak-hak dasar manusia dihormati di setiap wilayah konflik. Hanya dengan demikian, kita dapat berharap untuk masa depan yang lebih baik bagi semua pihak yang terlibat, terutama bagi warga sipil yang tidak berdosa yang selalu menjadi korban utama dalam setiap perang. *Mukroni
- Berita Terkait :
Heavy Fighting in Gaza Forces Thousands to Flee Again Amid Ongoing Conflict
Gaza Summer: Sewage, Garbage, and Health Risks in War-Torn Tent Camps
Head of Gaza’s Largest Hospital Released by Israel After Seven Months of Detention
Kisah Pegunungan Bani Yas’in: Esau bin Ishaq dan Keberanian Bani Jawa dalam Catatan Ibnu Khaldun
Unimaginable Suffering: A Hull Surgeon’s Mission to Aid Gaza’s War-Torn Civilians
Escalating Tensions: Israel and Hezbollah Edge Closer to Conflict Amid Rocket Fire and Threats
Netanyahu Announces Imminent Conclusion of Gaza Conflict’s Intense Phase
Gaza’s Overlooked Hostages: Thousands Held Without Charge in Israeli Detention
Chilean Art Exhibition Celebrates Palestinian Solidarity
Houthi Rebels Sink Bulk Carrier in Red Sea Escalation Amid Israel-Hamas Conflict
Tragedi Kemanusiaan di Gaza: Serangan Israel Menewaskan Sedikitnya 42 Orang
Kuba Ikut Dalam Gugatan Internasional Afrika Selatan di ICJ Mengenai Tindakan Israel di Gaza
Mengapa Gaza Adalah Zona Perang Terburuk: Perspektif Ahli Bedah Trauma David Nott
Armenia Resmi Akui Palestina sebagai Negara di Tengah Konflik Gaza-Israel
Qatar Lakukan Negosiasi Intensif untuk Gencatan Senjata Israel-Hamas
Day 256: Gaza Under Siege – Israel’s Airstrikes Claim Dozens of Lives
Pengunduran Diri Pejabat AS Stacy Gilbert: Protes terhadap Kebijakan Bantuan Kemanusiaan di Gaza
Idul Adha di Tengah Konflik: Ketika Kegembiraan Berganti Kesedihan di Gaza
Tragedi di Rafah: Delapan Tentara Israel Tewas dalam Pertempuran Terbaru di Jalur Gaza
AS menjatuhkan sanksi pada ‘kelompok ekstremis Israel’ karena memblokir bantuan Gaza
Langkah Israel: ‘Jeda Taktis’ untuk Meringankan Krisis Kemanusiaan di Gaza
Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza oleh Qatar dan Mesir: Langkah Baru Menuju Perdamaian
Akhir yang Mendekat bagi Pemerintahan Netanyahu yang Terpecah
Krisis Kemanusiaan di Gaza: Keputusasaan di Tengah Pertempuran
Ketegangan AS-Israel: Perdebatan atas Berbagi Informasi Intelijen
Tekanan Boikot Israel terhadap Merek-merek Amerika di Timur Tengah
$7.000 untuk Keluar dari Gaza: Eksploitasi Warga Palestina yang Melarikan Diri ke Mesir
Krisis Kemanusiaan di Gaza Meningkat, Yordania Gelar Pertemuan Darurat Internasional
Transformasi Ekonomi Global: Dampak Penghentian Perjanjian Petro Dollar oleh Arab Saudi
Rencana Gencatan Senjata Gaza Terhambat oleh Perubahan Usulan dari Hamas, Klaim AS
HRW: Penggunaan Kelaparan oleh Israel sebagai Senjata Perang di Gaza Merupakan ‘Kejahatan Perang’
PBB Temukan Bukti Kejahatan Kemanusiaan oleh Israel di Gaza
Resolusi DK PBB Dukung Gencatan Senjata Gaza: Langkah Menuju Perdamaian yang Tantangannya Besar”
Pertemuan Tegang di Kairo: Morsi Dituduh Mengimplikasikan Yahudi Mengendalikan Media AS
Gideon Levy: Pendudukan Israel Tidak Akan Berakhir Sampai Mereka Membayar Akibatnya
Ribuan Orang Berkumpul di Luar Gedung Putih untuk Memprotes Perang di Gaza
Benny Gantz Mengundurkan Diri dari Kabinet Perang: Pukulan Telak bagi Netanyahu
Kebencian terhadap Netanyahu Meningkat di Tengah Isolasi Internasional Israel
Dewan Menteri D-8 Serukan Gencatan Senjata “Segera, Permanen, Tanpa Syarat” di Gaza
Israel Menyerang Sekolah di Gaza yang Menampung Pengungsi Palestina, Menewaskan Sedikitnya 40 Orang
Bagaimana “Le Monde” Meliput Konflik Israel-Palestina Sejak 1945
Spanyol Ikut Campur dalam Kasus Genosida Afrika Selatan Terhadap Israel di ICJ
Bernie Sanders: Menghormati Netanyahu dengan Pidato Kongres adalah Kesalahan Besar
Gideon Levy Mengkritik Media Israel yang Tidak Memperlihatkan Penderitaan di Gaza
Kontroversi di Parlemen Prancis: Bendera Palestina di Tengah Isu Politik Sensitif
Lapid Kecam Smotrich dan Ben Gvir atas Ancaman Gulingkan Koalisi Terkait Gencatan Senjata Sandera
Macklemore: Melawan Apartheid demi Kemerdekaan Palestina di Tengah Konflik Gaza
Mesir Bergabung dalam Kasus Genosida terhadap Israel di Pengadilan Tinggi PBB
Türkiye Bergabung dalam Kasus Genosida Afrika Selatan terhadap Israel di ICJ