Jakarta, Kowantaranews.com -Pada Rabu (10/7/2024), pesawat tempur Israel melancarkan serangan intensif terhadap wilayah Gaza, yang mengakibatkan gumpalan asap besar mengepul ke arah Kota Gaza. Serangan udara ini telah berlangsung selama 48 jam dan menewaskan puluhan orang. Militer Israel mendesak semua warga Palestina untuk meninggalkan wilayah tersebut dan menuju ke selatan Kota Gaza melalui selebaran yang disebarkan di hari yang sama.
Serangan ini dilakukan dengan alasan bahwa kelompok Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, telah berkumpul kembali dan memperkuat posisinya di wilayah tersebut. Hamas, yang oleh beberapa negara termasuk Amerika Serikat, Israel, dan Uni Eropa, dianggap sebagai organisasi teroris, seringkali menjadi sasaran serangan militer Israel sebagai bagian dari upaya mereka untuk menghentikan serangan roket dan ancaman lainnya yang datang dari Gaza.
Sumber-sumber lokal melaporkan bahwa serangan udara ini menargetkan berbagai lokasi strategis yang diduga menjadi tempat persembunyian atau operasi kelompok militan. Dampak dari serangan ini sangat dirasakan oleh penduduk Gaza, yang sudah lama hidup dalam kondisi yang sulit akibat blokade dan konflik yang berkepanjangan.
Dalam serangkaian serangan terbaru ini, Israel mengklaim telah menghancurkan sejumlah infrastruktur militer Hamas, termasuk terowongan bawah tanah yang digunakan untuk menyelundupkan senjata dan bahan peledak. Namun, serangan ini juga memicu kecaman dari berbagai pihak yang prihatin dengan dampaknya terhadap warga sipil yang tidak bersalah.
Sementara itu, pemerintah Israel menegaskan bahwa langkah-langkah militer ini diperlukan untuk melindungi warganya dari ancaman yang terus-menerus datang dari Gaza. Mereka berpendapat bahwa selama Hamas terus mengembangkan kemampuannya untuk menyerang Israel, operasi militer semacam ini tidak dapat dihindari.
Di sisi lain, Hamas mengutuk serangan ini dan menyebutnya sebagai tindakan agresi yang tidak berdasar. Mereka menyatakan bahwa mereka berhak untuk mempertahankan diri dan memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina yang mereka anggap terjajah.
Baca juga : Apa Itu Liga Arab, Kumpulan Negara yang Kompak Boikot Israel?
Read More : Gaza War Spurs Surge in Terrorist Recruitment, Warns U.S. Intelligence
Read More : Heavy Fighting in Gaza Forces Thousands to Flee Again Amid Ongoing Conflict
Konflik antara Israel dan Hamas telah berlangsung selama lebih dari satu dekade, dengan periode-periode eskalasi kekerasan yang menyebabkan banyak korban jiwa di kedua belah pihak. Upaya-upaya internasional untuk mencapai gencatan senjata yang berkelanjutan seringkali terganggu oleh ketidakpercayaan dan kepentingan politik yang bertentangan.
Situasi di Gaza tetap sangat tegang, dengan warga sipil yang terus hidup dalam ketidakpastian. Organisasi kemanusiaan telah berusaha untuk memberikan bantuan kepada mereka yang terkena dampak, tetapi akses ke wilayah tersebut sering kali dibatasi oleh kondisi keamanan yang tidak menentu.
Dengan serangan udara yang terus berlanjut, banyak yang mengkhawatirkan eskalasi lebih lanjut yang bisa memicu konflik yang lebih luas di wilayah tersebut. Komunitas internasional terus memantau perkembangan ini dengan cermat, sambil menyerukan kedua belah pihak untuk menahan diri dan mencari solusi damai untuk mengakhiri kekerasan yang berkepanjangan.
Dalam beberapa tahun terakhir, ada beberapa upaya diplomatik untuk mengurangi ketegangan di Gaza, termasuk mediasi oleh negara-negara seperti Mesir dan Qatar. Namun, hasil dari upaya ini seringkali terbatas dan tidak bertahan lama. Konflik ini tidak hanya melibatkan aspek militer, tetapi juga isu-isu politik, ekonomi, dan kemanusiaan yang kompleks.
Sebagai bagian dari komunitas global, penting untuk terus mendukung upaya-upaya perdamaian dan dialog yang konstruktif antara kedua belah pihak. Hanya dengan cara ini, harapan untuk masa depan yang lebih damai dan stabil bagi rakyat di Israel dan Palestina dapat diwujudkan.
Sementara itu, situasi di Gaza tetap memprihatinkan dan memerlukan perhatian serta tindakan cepat dari berbagai pihak untuk mencegah kerugian lebih lanjut dan membantu mereka yang terdampak oleh konflik ini. *Mukroni
Foto Kowantaranews.com
- Berita Terkait :
Heavy Fighting in Gaza Forces Thousands to Flee Again Amid Ongoing Conflict
Gaza Summer: Sewage, Garbage, and Health Risks in War-Torn Tent Camps
Head of Gaza’s Largest Hospital Released by Israel After Seven Months of Detention
Kisah Pegunungan Bani Yas’in: Esau bin Ishaq dan Keberanian Bani Jawa dalam Catatan Ibnu Khaldun
Unimaginable Suffering: A Hull Surgeon’s Mission to Aid Gaza’s War-Torn Civilians
Escalating Tensions: Israel and Hezbollah Edge Closer to Conflict Amid Rocket Fire and Threats
Netanyahu Announces Imminent Conclusion of Gaza Conflict’s Intense Phase
Gaza’s Overlooked Hostages: Thousands Held Without Charge in Israeli Detention
Chilean Art Exhibition Celebrates Palestinian Solidarity
Houthi Rebels Sink Bulk Carrier in Red Sea Escalation Amid Israel-Hamas Conflict
Tragedi Kemanusiaan di Gaza: Serangan Israel Menewaskan Sedikitnya 42 Orang
Kuba Ikut Dalam Gugatan Internasional Afrika Selatan di ICJ Mengenai Tindakan Israel di Gaza
Mengapa Gaza Adalah Zona Perang Terburuk: Perspektif Ahli Bedah Trauma David Nott
Armenia Resmi Akui Palestina sebagai Negara di Tengah Konflik Gaza-Israel
Qatar Lakukan Negosiasi Intensif untuk Gencatan Senjata Israel-Hamas
Day 256: Gaza Under Siege – Israel’s Airstrikes Claim Dozens of Lives
Pengunduran Diri Pejabat AS Stacy Gilbert: Protes terhadap Kebijakan Bantuan Kemanusiaan di Gaza
Idul Adha di Tengah Konflik: Ketika Kegembiraan Berganti Kesedihan di Gaza
Tragedi di Rafah: Delapan Tentara Israel Tewas dalam Pertempuran Terbaru di Jalur Gaza
AS menjatuhkan sanksi pada ‘kelompok ekstremis Israel’ karena memblokir bantuan Gaza
Langkah Israel: ‘Jeda Taktis’ untuk Meringankan Krisis Kemanusiaan di Gaza
Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza oleh Qatar dan Mesir: Langkah Baru Menuju Perdamaian
Akhir yang Mendekat bagi Pemerintahan Netanyahu yang Terpecah
Krisis Kemanusiaan di Gaza: Keputusasaan di Tengah Pertempuran
Ketegangan AS-Israel: Perdebatan atas Berbagi Informasi Intelijen
Tekanan Boikot Israel terhadap Merek-merek Amerika di Timur Tengah
$7.000 untuk Keluar dari Gaza: Eksploitasi Warga Palestina yang Melarikan Diri ke Mesir
Krisis Kemanusiaan di Gaza Meningkat, Yordania Gelar Pertemuan Darurat Internasional
Transformasi Ekonomi Global: Dampak Penghentian Perjanjian Petro Dollar oleh Arab Saudi
Rencana Gencatan Senjata Gaza Terhambat oleh Perubahan Usulan dari Hamas, Klaim AS
HRW: Penggunaan Kelaparan oleh Israel sebagai Senjata Perang di Gaza Merupakan ‘Kejahatan Perang’
PBB Temukan Bukti Kejahatan Kemanusiaan oleh Israel di Gaza
Resolusi DK PBB Dukung Gencatan Senjata Gaza: Langkah Menuju Perdamaian yang Tantangannya Besar”
Pertemuan Tegang di Kairo: Morsi Dituduh Mengimplikasikan Yahudi Mengendalikan Media AS
Gideon Levy: Pendudukan Israel Tidak Akan Berakhir Sampai Mereka Membayar Akibatnya
Ribuan Orang Berkumpul di Luar Gedung Putih untuk Memprotes Perang di Gaza
Benny Gantz Mengundurkan Diri dari Kabinet Perang: Pukulan Telak bagi Netanyahu
Kebencian terhadap Netanyahu Meningkat di Tengah Isolasi Internasional Israel
Dewan Menteri D-8 Serukan Gencatan Senjata “Segera, Permanen, Tanpa Syarat” di Gaza
Israel Menyerang Sekolah di Gaza yang Menampung Pengungsi Palestina, Menewaskan Sedikitnya 40 Orang
Bagaimana “Le Monde” Meliput Konflik Israel-Palestina Sejak 1945
Spanyol Ikut Campur dalam Kasus Genosida Afrika Selatan Terhadap Israel di ICJ
Bernie Sanders: Menghormati Netanyahu dengan Pidato Kongres adalah Kesalahan Besar
Gideon Levy Mengkritik Media Israel yang Tidak Memperlihatkan Penderitaan di Gaza
Kontroversi di Parlemen Prancis: Bendera Palestina di Tengah Isu Politik Sensitif
Lapid Kecam Smotrich dan Ben Gvir atas Ancaman Gulingkan Koalisi Terkait Gencatan Senjata Sandera
Macklemore: Melawan Apartheid demi Kemerdekaan Palestina di Tengah Konflik Gaza
Mesir Bergabung dalam Kasus Genosida terhadap Israel di Pengadilan Tinggi PBB
Türkiye Bergabung dalam Kasus Genosida Afrika Selatan terhadap Israel di ICJ