Di tahun 2013, Desa Sidapurna, Kecamatan Dukuhturi, Kabupaten Tegal, mendadak heboh bak pasar malam ketiban meteor. Acara bertajuk Merajut Paseduluran dalam Bingkai Halal Bihalal Kowantara digelar dengan semangat guyub rukun yang bikin warga dari tetangga sebelah sampai Jakarta ikut nimbrung. Bayangin, desa yang biasanya cuma ramai pas musim duren, tiba-tiba jadi pusat perhatian kayak panggung Dangdut Academy. Apa sih yang bikin acara ini begitu spesial? Mari kita telusuri dengan gaya santai, penuh tawa, dan sedikit lebay!
Pagi itu, lapangan desa Sidapurna udah ramai kayak terminal pas mudik. Spanduk bertuliskan “Halal Bihalal Kowantara 2013” terpampang gagah, meski huruf “H”-nya agak miring karena angin kencang semalam. Warga berdatangan, dari yang bawa anak balita sampe eyang yang tongkatnya lebih modis dari sepatu anak muda. Aroma ketupat dan opor ayam menguar, bikin perut keroncongan meski baru selesai sarapan. “Ini sih bukan halal bihalal, tapi festival perut!” celetuk Pak RT sambil nyem duit buat beli sate.
Acara dibuka dengan sambutan Kepala Desa, Pak Lurah, yang pidatonya panjang banget sampe ada yang ngira dia stand-up comedian. “Paseduluran itu kayak ketupat, harus dirajut erat biar ga bocor!” katanya, disambut tepuk tangan dan tawa ngakak, entah karena lucu atau karena udah laper. Lalu, ada penampilan marawis dari ibu-ibu PKK yang kompak banget, meski nadanya kadang lari ke lagu Dangdut Koplo. Penonton nggak protes, malah joget bareng, termasuk Pak Camat yang biasanya kaku kayak tiang listrik.
Puncaknya adalah sesi “paseduluran” alias saling maaf-maafan. Ini nih yang bikin suasana kayak sinetron komedi. Ada Mas Joko, yang dikenal pelit, tiba-tiba minta maaf ke tetangga karena pernah nyanyi karaoke sampe jam dua pagi. “Maaf ya, Bu, kalo suara saya kemaren mirip kucing kejepit!” katanya, bikin Bu Sari ketawa ngik-ngik sambil bilang, “Lain kali pake mic yang bagus, Jo!” Lalu ada Mbak Yuni, yang minta maaf karena ayamnya suka nyanyi di kandang tetangga. “Tapi ayam saya kan sopran, pasti nggak ganggu!” candanya, bikin warga tepuk jidat.
Nggak cuma maaf-maafan, acara ini juga penuh games ala kampung yang bikin ngakak. Ada lomba makan kerupuk, di mana Pak Haji Umar, yang terkenal kalem, malah jadi juara karena “teknik kunyah kilat”-nya. Lomba balap karung juga nggak kalah seru; anak-anak muda pada salto gara-gara karungnya kekecilan, sementara ibu-ibu malah lari kayak atlet lari estafet. “Ini karung apa kaos ketat?!” protes Dedi, penutup warteg, sambil nyungsep di lapangan.
Malam harinya, ada pentas seni yang bikin suasana makin gayeng. Anak-anak SD nyanyi lagu daerah Tegalan dengan logat kental, bikin penonton nostalgia. “Eh, ini lagu apa kok kayak iklan sambal?” bisik penonton, tapi tetap tepuk tangan riuh. Ditutup dengan doa bersama, acara ini sukses merajut kebersamaan, meski ada yang bilang, “Paseduluran sih, tapi dompetku kok makin tipis!”
Acara Halal Bihalal Kowantara 2013 di Sidapurna ini bukan cuma soal maaf-maafan, tapi juga soal tawa, canda, dan kehangatan. Desa kecil ini membuktikan, dengan semangat gotong royong dan humor khas Tegalan, paseduluran bisa dirajut lebih erat dari anyaman ketupat Lebaran!
- Vidio Lainnya
KORAN TEMPO MENULIS ACARA GEBYAR DANGDUT WARTEG PPWJ DI KARAWANG di TAHUN 2003
WARTEG DAN PILIHAN POLITIK DI PILPRES TAHUN 2009, PASANGAN JUSUF KALLA – WIRANTO
PEMBENTUKAN KOPERASI WARTEG NUSANTARA DISINGKAT KOWANTARA TAHUN 2011
25.000 WARTEG TUTUP, KOPERASI WARTEG NUSANTARA MINTA PEMERINTAH BERI INSENTIF
Kouta 75 Sertifikat Halal Gratis dari BSI untuk anggota Kowantara #warteg #kowantara
SUARA HAJI JENDERAL P. TNI WIRANTO DI GEBYAR DANGDUT WARTEG 3 DI BREBES TAHUN 2004
Efek PPKM, Omset Anjlok & Ribuan Warteg Gulung Tikar
IKN belum menerima warteg, kenapa yaah ? warteg kumuh, jorok ? #trending #warteg
Ucapan HUT Kowantara DKI JAKARTA ke 3 dari Bapak Wakil Gubernur DKI JAKARTA Bapak Reza Patria