• Ming. Jul 13th, 2025

KowantaraNews

Kowantara News: Berita tajam, warteg jaya, UMKM tak terjajah!

SEBARAN RIBUAN WARTEG-WARTEG SE JADEBOTABEKA

ByAdmin

Jun 19, 2025
Sharing is caring

Warung Tegal, atau yang akrab disapa warteg, memang jadi primadona kuliner murah meriah di kawasan Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi). Ribuan warteg bertebaran di sudut-sudut kota, dari gang sempit sampai pinggir jalan raya, bagaikan jamur di musim hujan. Berdasarkan data dari berbagai sumber, berikut gambaran sebaran warteg di Jabodetabek dengan sedikit bumbu humor biar nggak kaku kayak tempe goreng keabisan minyak!

Jumlah dan Sebaran Warteg

Menurut Ketua Koordinator Komunitas Warung Tegal Nusantara (Kowantara), Mukroni, pada 2020, jumlah warteg di Jabodetabek mencapai sekitar 40.000 unit! Angka ini bikin melongo, karena artinya kalau tiap warteg dikunjungi satu orang aja per hari, udah kayak populasi kota kecil yang antre buat makan telur balado. Warteg-warteg ini nggak cuma nongkrong di Jakarta, tapi juga merambah ke kota-kota satelit seperti Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Jakarta memang jadi pusatnya, tapi daerah pinggiran kayak Bekasi dan Depok juga nggak kalah ramai, apalagi karena sewa tempat di sana lebih ramah dompet dibandingkan ibu kota.

  • Jakarta: Hampir di setiap kecamatan, dari Glodok sampai Tebet, warteg jadi penutup lapar sejuta umat. Warteg legendaris seperti Warteg Gang Mangga (Glodok, buka 24 jam sejak 1978) atau Warteg Warmo (Tebet, berdiri sejak 1969) jadi bukti warteg di Jakarta itu kayak warisan budaya kuliner. Warteg Kharisma Bahari, dengan ratusan cabang dan ciri khas warna hijau-merah, juga merajai Jakarta.
  • Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi: Banyak warteg pindah ke pinggiran karena sewa di Jakarta bikin pengusaha warteg pusing tujuh keliling. Di daerah ini, warteg sering jadi penyelamat mahasiswa kosan atau pekerja kantoran yang dompetnya lagi menjerit.
  • Ciri Khas Sebaran: Warteg biasanya strategis, dekat perkantoran, kampus, atau permukiman padat. Contohnya, di Jakarta Selatan, ada Warteg Agung Gandaria (Kebayoran Baru) yang buka 24 jam dan laris manis via ojol. Di Jakarta Timur, Gewart (Makasar) punya vibe modern dengan prasmanan.

Asal Usul dan Pengelola

Warteg di Jabodetabek kebanyakan dikelola oleh perantau dari Tegal, khususnya dari Desa Sidapurna, Sidakaton, dan Krandon di Kecamatan Dukuhturi. Desa-desa ini bahkan dijuluki “Kampung Warteg” karena banyak rumah megah di sana hasil jerih payah usaha warteg. Pengelola warteg biasanya tergabung dalam Koperasi Warung Tegal (Kowarteg) atau Kowantara, yang bikin mereka kayak komunitas superhero kuliner, saling bantu dan berbagi tips biar usaha tetap jalan.

Tantangan Ekonomi

Sayangnya, nggak semua warteg hidup bahagia selamanya. Pada 2020, Mukroni bilang sekitar 25% warteg (10.000 unit) di Jabodetabek tutup gara-gara pandemi Covid-19. Bahkan, ada kabar di 2021 bahwa 50% warteg (20.000 unit) terancam gulung tikar karena daya beli masyarakat drop dan sewa tempat bikin nangis. Banyak yang pindah ke pinggiran atau balik kampung, tapi semangat warteg tetep nggak padam

Ciri Khas Warteg

Warteg di Jabodetabek punya ciri khas yang bikin orang langsung tahu, “Oh, ini warteg beneran!”:

  • Dua pintu masuk: Biar pembeli nggak desak-desakan, kayak antrean konser gratis.
  • Etalase kaca: Lauk-pauk ditata rapi, dari semur jengkol sampai ikan laut, bikin mata laper.
  • Warna biru: Simbol laut, soalnya Tegal kan kota pesisir.
  • Menu sederhana: Telur balado, orek tempe, sayur kol, sampai soto ayam, semua murah dan ngenyangin.

Fun Fact

  • Warteg udah ada sejak 1950-an, lahir pas Jakarta lagi dibangun besar-besaran sama Soekarno. Awalnya cuma buat nyanyi perut kuli bangunan, eh sekarang malah jadi favorit semua kalangan, dari mahasiswa sampe pejabat.
  • Ada warteg modern kayak Warteg Gaspoll di Pasar Santa yang sajikan menu ala rice bowl, biar kekinian

Kesimpulan

Sebaran warteg di Jabodetabek itu kayak bintang di langit malam, banyak dan bikin hidup lebih cerah (atau perut lebih kenyang). Meski sempat diterpa badai ekonomi, warteg tetep jadi simbol paseduluran dan ketangguhan kuliner rakyat. Jadi, kalau lagi laper di Jabodetabek, tinggal melipir ke warteg terdekat, ambil nasi sepiring, tambah telur dadar, terus bilang, “Bu, sambelnya banyakin, ya!” Dijamin, dompet aman, hati senang!

1

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *