Jakarta, Kowantaranews.com – Indonesia dan Rusia resmi menjalin kerja sama digital melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) pada 20 Juni 2025, membentuk Subkomite Khusus Program Digital Bersama. Kesepakatan ini, ditandatangani oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Indonesia dan Kementerian Pengembangan Digital, Komunikasi, dan Media Massa Rusia, menjadi salah satu dari empat MoU yang diteken saat kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Rusia. Dengan masa berlaku lima tahun dan opsi perpanjangan otomatis, kerja sama ini diharapkan mempercepat transformasi digital Indonesia, meski tak luput dari sorotan kritis.
Kerja sama ini mencakup empat pilar utama: pengembangan teknologi, sumber daya manusia (SDM) digital, infrastruktur digital, dan konten digital serta diplomasi. Dalam pengembangan teknologi, Indonesia dan Rusia akan berbagi keahlian untuk mendorong jaringan 5G dan Internet of Things (IoT), sekaligus memperkuat keamanan siber. Rusia, yang dikenal dengan inovasi teknologi canggihnya, menjadi mitra strategis untuk membantu Indonesia mengejar ketertinggalan di sektor ini. Bayangkan, warteg di pelosok pun bisa go online dengan 5G ngegas, memesan rendang via aplikasi tanpa buffering!
Untuk SDM digital, fokusnya adalah pelatihan talenta di bidang kecerdasan buatan (AI), analisis data, dan keamanan siber. Seminar bilateral dan pertukaran riset juga akan digelar untuk memperkaya wawasan. Indonesia, yang diproyeksikan membutuhkan 12,092 juta talenta digital pada 2030, masih menghadapi defisit besar hingga 9,34 juta orang. Ironisnya, SDM digital saat ini masih terkonsentrasi di Jawa, sementara daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar) kerap terabaikan. Dengan bantuan Rusia, pelatihan ini diharapkan mencetak talenta digital yang siap bersaing, mungkin sampai bisa bikin aplikasi pesan antar warteg berbasis AI!
Di sisi infrastruktur digital, Indonesia ingin meniru keberhasilan Rusia yang mampu menyediakan internet cepat dan terjangkau untuk 92% penduduknya dengan tarif hanya Rp 95.000–Rp 160.000 per bulan. Bayangkan warteg di Papua bisa livestream menu harian dengan koneksi stabil! Fokusnya adalah memperluas jaringan ke daerah 3T, sehingga akses digital tak lagi jadi barang mewah. Sementara itu, untuk konten dan diplomasi digital, kedua negara akan memproduksi konten kolaboratif dan memperkuat posisi Indonesia di panggung digital global. Siapa tahu, drama kolplay Indonesia-Rusia bisa trending di platform streaming!
Rupiah Goyang, Minyak Melayang: Warteg Tetap Jualan, Tapi Porsi Menciut!
Namun, di balik potensi besar ini, sejumlah tantangan dan kritik muncul. Benni Hasbiyalloh, dosen Universitas Paramadina, memperingatkan risiko ketergantungan teknologi yang bisa melemahkan kedaulatan digital Indonesia. “Kerja sama ini seperti makan di warteg Rusia: enak, tapi kalau kebanyakan pesan, dompet digital kita bisa jebol,” katanya. Suzie Sudarman dari Universitas Indonesia menambahkan, kebijakan digital Indonesia yang belum matang membuat negara rentan terhadap kepentingan asing. Ditambah lagi, dominasi China dan AS dalam riset teknologi (8 dari 10 institusi riset top dunia adalah dari China, menurut Nature Index 2025) menempatkan Indonesia di posisi rawan dalam persaingan geopolitik. Awas, jangan sampai kolaborasi ini malah bikin Indonesia “mabuk” vodka virtual Rusia!
Kerja sama ini memang membuka peluang besar untuk mempercepat transformasi digital, meningkatkan kapasitas SDM, dan memperluas infrastruktur. Namun, tanpa strategi digital nasional yang kuat, Indonesia berisiko terjebak dalam ketergantungan teknologi dan pengaruh geopolitik. Seperti memesan di warteg, Indonesia harus pintar-pintar memilih menu kerja sama agar tak hanya kenyang sesaat, tapi juga sehat dalam jangka panjang. By Mukroni
Foto Kowantaranews.com
- Berita Terkait :
Rupiah Goyang, Minyak Melayang: Warteg Tetap Jualan, Tapi Porsi Menciut!
Gula Manis di 2025: Warteg Senyum, Harga Tetap, Tapi Gula Ilegal Bikin Was-was!
TikTok Beli Tokopedia: KPPU Kasih PR Biar Gak Jadi ‘Raja Monopoli’ di Warteg Digital!
Dari Karyawan Kena PHK ke Ojol TikTok: Ngegas di Jalan, Ngevlog di Layar, Makan di Warteg!
Sawit Dunia Lagi Susah, Warteg Tetap Jualan Tempe dengan Percaya Diri!
Sawit Dijegal, Kedelai Meroket: Warteg Cuma Bisa Jual Telur Ceplok?
Sawit Susah Masuk Eropa, Warteg Tetap Jual Gorengan Tempe!
Warteg vs Nimbus: Orek Tempe Tetap Juara, Masker Jadi Pelengkap!
Beras Naik, Dompet Menjerit: Tarif AS, Krisis Jepang, dan Warteg Nusantara Ketar-Ketir!
Ekonomi RI 2025: Ngegas 5,2%, Rem Kepencet Jadi 4,7%, Warteg Tetap Jadi Penolong Daya Beli!