• Ming. Jan 26th, 2025

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Merindukan Negarawan Sejati: Pahlawan Modern dan Harapan Baru Bangsa

ByAdmin

Nov 10, 2024
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com -Setiap Hari Pahlawan yang jatuh pada 10 November, kita diajak untuk mengenang dan menghargai jasa-jasa para pahlawan bangsa. Namun, seiring perjalanan waktu dan perubahan zaman, makna kepahlawanan tidak lagi hanya tentang angkat senjata melawan penjajah. Di era modern ini, masyarakat merindukan kehadiran sosok negarawan—pemimpin yang mampu menjunjung tinggi kepentingan rakyat dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.

Hasil jajak pendapat terbaru dari Litbang Kompas yang dirilis pada akhir Oktober 2024 merekam dengan jelas kerinduan masyarakat Indonesia akan sosok pemimpin yang dapat diandalkan. Sebanyak 95,9 persen responden berharap agar para penyelenggara negara dapat mencerminkan nilai-nilai seorang negarawan sejati. Hal ini mengindikasikan harapan besar masyarakat terhadap pemimpin yang mampu membawa negara ini menuju kesejahteraan dan kemajuan. Sosok negarawan dianggap sebagai figur yang dapat menjadi “pahlawan masa kini,” mampu mengedepankan kemaslahatan rakyat dan negara di tengah dinamika serta tantangan global yang semakin kompleks.

Definisi Negarawan di Mata Masyarakat

Jajak pendapat Litbang Kompas menunjukkan bahwa masyarakat memiliki pemahaman yang dalam mengenai sosok seorang negarawan. Lebih dari setengah responden (53,4 persen) menyatakan bahwa negarawan adalah seseorang yang mengutamakan kepentingan rakyat di atas segala kepentingan lainnya. Sementara itu, sekitar sepertiga responden memandang negarawan sebagai sosok yang lebih mengutamakan kepentingan negara di atas segalanya. Dari dua pandangan utama ini, tampak bahwa masyarakat menginginkan pemimpin yang dapat mengesampingkan kepentingan pribadi, kelompok, atau partai politik demi kemajuan bersama.

Mengapa publik memiliki pandangan tersebut? Jawabannya dapat ditemukan dalam realitas kehidupan politik dan sosial di Indonesia saat ini. Di tengah harapan akan munculnya figur negarawan, masyarakat sering kali disuguhi kasus-kasus yang mencerminkan sebaliknya—penyalahgunaan kekuasaan, korupsi, dan kepentingan pribadi yang lebih diutamakan daripada kepentingan rakyat. Kasus suap dan korupsi yang melibatkan aparat penegak hukum serta para pejabat publik menjadi bukti nyata betapa besar tantangan untuk memiliki sosok negarawan sejati dalam birokrasi dan pemerintahan Indonesia.

Menyikapi Fenomena Korupsi di Indonesia

Korupsi telah menjadi salah satu persoalan yang paling disoroti di Indonesia. Pada akhir Oktober 2024, Kejaksaan Agung menangkap tiga hakim Pengadilan Negeri Surabaya karena terlibat dalam kasus suap dan gratifikasi. Kasus ini menggambarkan betapa rentannya lembaga hukum terhadap pengaruh negatif uang dan kekuasaan. Tidak hanya terjadi di ranah yudikatif, praktik korupsi juga mewarnai lembaga-lembaga eksekutif dan legislatif. Dalam 10 tahun terakhir, misalnya, setidaknya ada enam menteri yang terjerat kasus korupsi selama masa pemerintahan Presiden Joko Widodo. Bahkan baru-baru ini, pada awal November, Gubernur Kalimantan Selatan, Sahbirin Noor, menjadi tersangka dalam kasus dugaan korupsi pengadaan barang dan jasa di lingkup pemerintahannya.

Kasus-kasus korupsi seperti ini menciptakan persepsi negatif di mata masyarakat mengenai integritas pejabat publik. Masyarakat kian merindukan figur yang mampu menjunjung tinggi prinsip keadilan, moralitas, dan kepentingan umum di atas kepentingan pribadi. Sosok negarawan yang sejati dipandang sebagai penawar bagi persoalan korupsi yang merongrong tatanan bangsa ini, sekaligus pilar untuk membangun kembali kepercayaan publik terhadap institusi pemerintahan.

Harapan Terhadap Negarawan dari Berbagai Kelompok Masyarakat

Jika diteliti lebih dalam, kerinduan terhadap sosok negarawan terlihat pada berbagai kelompok masyarakat dengan latar belakang pendidikan yang berbeda. Dalam survei yang sama, responden dari kalangan berpendidikan dasar dan menengah lebih banyak yang mendefinisikan negarawan sebagai figur yang mengutamakan kepentingan rakyat. Sebanyak 52,7 persen responden dari kelompok berpendidikan dasar, misalnya, menyebut bahwa negarawan adalah seseorang yang lebih mementingkan rakyat daripada kepentingan pribadi atau golongan. Sementara responden dari kelompok pendidikan menengah menunjukkan angka serupa, yaitu sekitar 55,6 persen.

Menariknya, bagi responden yang berpendidikan tinggi, makna seorang negarawan terlihat lebih seimbang. Mereka mendefinisikan negarawan sebagai figur yang mampu memperjuangkan kepentingan rakyat dan negara secara bersamaan. Hampir separuh responden (49,3 persen) dari kelompok berpendidikan tinggi memandang negarawan sebagai sosok yang mengutamakan kepentingan rakyat, sementara 42,7 persen lainnya melihatnya sebagai sosok yang lebih mementingkan negara.

Perbedaan pandangan ini mencerminkan variasi harapan masyarakat terhadap pemimpin di masa depan. Sosok negarawan yang ideal di mata masyarakat bukan hanya seseorang yang mengutamakan kesejahteraan rakyat, tetapi juga mampu menjaga kepentingan bangsa di tengah tekanan politik, ekonomi, dan sosial.

Citra Partai Politik dan Kepemimpinan Negarawan

Masyarakat juga mulai mempertanyakan apakah partai politik dapat menjadi instrumen yang melahirkan negarawan sejati. Dalam survei Kompas pada Juni 2024, citra partai politik di mata publik masih berada di bawah 50 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap partai politik masih rendah. Dalam pandangan masyarakat, partai politik cenderung lebih fokus pada kepentingan elektoral dan politik praktis, daripada pada kepentingan rakyat.

Kritik terhadap partai politik ini semakin memperkuat harapan akan kehadiran negarawan yang tidak hanya berpihak pada partai atau golongan tertentu, tetapi juga dapat merangkul kepentingan seluruh masyarakat. Figur negarawan dipandang sebagai pemimpin yang berani melampaui sekat-sekat partai politik demi tercapainya cita-cita kemerdekaan dan kesejahteraan bersama.

Kepemimpinan sebagai Bentuk Kepahlawanan Modern

Di tengah hiruk-pikuk politik dan berbagai tantangan sosial, harapan masyarakat terhadap negarawan sejati bagaikan merindukan seorang pahlawan modern. Bagi banyak orang, sosok negarawan bukan hanya seorang pemimpin, tetapi juga seorang pahlawan yang mampu menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pandangan masyarakat, seorang negarawan sejati tidak hanya menginspirasi lewat kata-kata, tetapi juga dengan tindakan yang nyata.

Presiden Prabowo Subianto, dalam pidato pelantikannya pada 20 Oktober 2024, menyampaikan pesan yang menggarisbawahi prinsip kepemimpinan sebagai amanah rakyat. Ia menegaskan bahwa kekuasaan adalah milik rakyat, dan seorang pemimpin berkuasa hanya untuk kepentingan rakyat. Pernyataan ini diharapkan dapat menjadi pijakan bagi para penyelenggara negara untuk benar-benar mengutamakan kepentingan rakyat dalam setiap kebijakan dan keputusan yang diambil.

Membangun Masa Depan dengan Kepemimpinan Negarawan

Melihat kerinduan masyarakat terhadap sosok negarawan, para pemimpin negara diharapkan dapat memenuhi harapan publik dengan mengedepankan prinsip-prinsip keteladanan, kejujuran, dan integritas dalam menjalankan tugasnya. Sebagai sosok pemimpin, negarawan sejati diharapkan mampu mengatasi godaan untuk memperkaya diri atau kelompok, dan sebaliknya, menempatkan kepentingan rakyat sebagai prioritas utama.

James Freeman Clarke, seorang penulis Amerika Serikat, pernah mengungkapkan bahwa “Seorang politisi memikirkan pemilu berikutnya, sementara seorang negarawan memikirkan generasi berikutnya.” Pernyataan ini menggambarkan betapa pentingnya memiliki pemimpin yang berpikir jauh ke depan, bukan hanya demi kepentingan politik jangka pendek, tetapi juga demi kemaslahatan rakyat dalam jangka panjang. Sosok negarawan dipandang sebagai figur yang mampu melampaui batas-batas politik demi kepentingan bersama.

Pada akhirnya, Hari Pahlawan ini tidak hanya menjadi momen untuk mengenang perjuangan masa lalu, tetapi juga untuk melihat ke depan dengan penuh harapan. Masyarakat menginginkan sosok pemimpin yang mampu menjunjung tinggi prinsip-prinsip keadilan dan kejujuran, serta berjuang demi kesejahteraan rakyat dan masa depan bangsa. Harapan ini tidaklah mustahil untuk diwujudkan jika para pemimpin mampu mendedikasikan diri sebagai negarawan sejati—pahlawan modern yang diharapkan oleh seluruh rakyat Indonesia. *Mukroni

Foto kebonagung-bantul.desa.id

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *