Jakarta, Kowantaranews.com -Di tengah kemeriahan dan kehangatan hari pelantikan, pidato pertama Presiden Prabowo Subianto pada 20 Oktober di depan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) menyuguhkan visi yang berakar kuat dalam sejarah dan budaya bangsa. Menggunakan ungkapan “wong cilik” atau “orang kecil” dalam bahasa Jawa, Prabowo merangkai pesan harapan dan janji yang dirasakan seperti pengingat atas sejarah panjang bangsa Indonesia—bahwa kekuatan kemerdekaan ini ada karena pengorbanan rakyat jelata. Dengan tekad menegakkan keadilan bagi rakyat kecil, Prabowo berjanji mengakhiri “Kala Bendu” atau masa kelam yang dirasakan oleh wong cilik, dan membawa mereka ke zaman penuh kesejahteraan, atau “Kala Suba.”
Dalam pidato tersebut, Prabowo menyampaikan harapan besar bahwa rakyat kecil, mereka yang hidup di desa-desa, bekerja sebagai petani, nelayan, pekerja kasar, dan buruh, akan kembali mendapatkan hak dan martabatnya sebagai warga negara merdeka. Ungkapan ini bukan hanya sekadar seruan semangat atau janji kosong belaka; Presiden Prabowo membawa makna sejarah dan tradisi yang sarat makna bagi masyarakat Jawa, yaitu keberanian untuk bermimpi bahwa suatu saat keadilan dan kemakmuran akan sampai pada wong cilik, sehingga mereka bisa tertawa (gumuyu) tanpa beban.
Menggali Akar dan Hakikat Wong Cilik
Mengingat sejarah, Prabowo dengan lugas menekankan bagaimana pengorbanan terbesar bangsa ini berasal dari rakyat kecil. Ketika para pejuang angkat senjata untuk kemerdekaan, yang memberi makan mereka adalah wong cilik—para petani dan nelayan yang rela berbagi meski hidup dalam kesederhanaan dan keterbatasan. Melalui pesan ini, Prabowo menggugah kesadaran akan betapa besar pengorbanan rakyat kecil dalam perjuangan kemerdekaan, yang hingga kini mungkin belum sepenuhnya mendapatkan pengakuan.
Lebih dari sekadar mengakui sejarah, Prabowo menyoroti kesenjangan sosial yang masih mengakar dalam bangsa ini. “Kita mungkin bangga disebut sebagai salah satu ekonomi terbesar di dunia, namun bagaimana mungkin kita merasa telah merdeka jika rakyat kecil masih harus menderita?” tanyanya tegas. Di sini, Prabowo mengkritisi sistem yang sering kali memihak para penguasa dan kelompok kaya, sementara rakyat kecil masih harus berjuang sekadar untuk bertahan hidup.
Kala Bendu: Zaman Kelam yang Menghambat Kesejahteraan Rakyat
Dalam tradisi Jawa, Kala Bendu dikenal sebagai masa penuh penderitaan dan ketidakadilan, di mana rakyat terjebak dalam sistem yang hanya menguntungkan pihak tertentu. Melalui pidato ini, Prabowo seolah-olah ingin menyampaikan bahwa selama ini bangsa ini masih berada dalam Kala Bendu, dan tugas utamanya sebagai presiden adalah menggempur masa kelam tersebut, memberantas korupsi, kolusi, nepotisme, serta ketidakadilan yang mengakar di berbagai lini pemerintahan dan kehidupan sosial. Prabowo menyebutkan bahwa kebocoran anggaran, kolusi, dan politik praktis yang egois menjadi sumber penderitaan wong cilik yang terjebak dalam ketidakberdayaan.
Prabowo bahkan melangkah lebih jauh dengan mengkritik para pejabat yang bekerja bukan untuk kepentingan rakyat, melainkan hanya demi memperkaya diri atau kelompoknya sendiri. Ia menyampaikan bahwa politik yang berpihak kepada wong cilik harus benar-benar bebas dari niat mencari keuntungan pribadi. “Kita berkuasa seizin rakyat, dan kekuasaan harus dijalankan untuk kepentingan rakyat,” ujarnya.
Kala Suba: Visi Prabowo untuk Mewujudkan Zaman Sejahtera
Dalam pidatonya, Prabowo tidak hanya mengajak bangsa Indonesia mengakhiri masa Kala Bendu, tetapi juga menawarkan visi menuju Kala Suba, atau zaman yang damai, sejahtera, dan bahagia. Dalam tradisi dan ramalan Jawa, Kala Suba adalah zaman keadilan dan kemakmuran di mana rakyat tidak lagi menderita, dapat menikmati hidup yang cukup dalam hal sandang, pangan, dan papan, dan yang lebih penting, dapat tersenyum bahagia tanpa dihantui ketakutan akan kemiskinan.
Ia berjanji untuk memprioritaskan wong cilik dalam setiap kebijakan dan langkah pemerintahannya. Berangkat dari prinsip “gemah ripah loh jinawi,” Prabowo menegaskan kembali cita-citanya untuk mewujudkan Indonesia sebagai negara yang makmur dan sejahtera, di mana setiap rakyat, tak peduli latar belakang atau kondisi ekonomi, memiliki hak yang sama untuk merasakan hasil kemerdekaan.
Kontribusi Warteg Dalam Kemandirian Pangan
Warung Tegal dan Peluang Bisnis Digital sebagai Lapangan Kerja Menjanjikan bagi Generasi Z
NETRALITAS DALAM PILPRES: WUJUD MENGHORMATI NEGARA
Menolak Netralitas: Menjadikan Wong Cilik Sebagai Prioritas Utama
Dengan tekad untuk memberdayakan wong cilik, Prabowo menyadari bahwa langkahnya harus jelas berpihak kepada mereka. Baginya, sikap netral di tengah ketidakadilan tidak akan memberikan perubahan yang berarti. Dalam situasi sosial yang timpang, di mana kemiskinan masih menjadi momok besar bagi rakyat kecil, Prabowo berpegang teguh pada prinsip bahwa keberpihakan kepada wong cilik bukanlah ketidakadilan bagi golongan lain, melainkan langkah korektif terhadap kondisi yang telah lama tidak adil.
Lebih jauh, Prabowo menekankan bahwa sikap netral hanya akan mempertahankan status quo dan mengukuhkan posisi mereka yang sudah mapan dan berkuasa. Prinsip ini sejalan dengan pemikiran tokoh-tokoh pembebasan dunia seperti Desmond Tutu, yang pernah mengatakan bahwa dalam situasi ketidakadilan, tidak ada tempat untuk bersikap netral. Oleh karena itu, Prabowo menyerukan sebuah opsi politik yang tegas berpihak kepada wong cilik, demi membangun sistem keadilan yang lebih inklusif.
Tantangan Realisasi dan Upaya Konkret dalam Pemerintahan
Meski membawa janji besar, Prabowo tidak menampik bahwa menghapus kemiskinan dan mengangkat martabat wong cilik bukanlah tugas yang ringan. Bahkan, ia mengakui bahwa banyak pihak mungkin meragukan bahwa Indonesia bisa mencapai titik di mana kemiskinan benar-benar hilang. Namun, dengan nada optimisme yang penuh visi, Prabowo meyakinkan bahwa dengan kepemimpinan yang berani dan komitmen yang tulus, bangsa Indonesia dapat mengatasi tantangan yang tampak mustahil.
Untuk itu, pemerintahan Prabowo diharapkan mampu melahirkan kebijakan ekonomi yang pro-rakyat, dengan mendorong pembangunan di sektor pedesaan dan meningkatkan akses wong cilik terhadap pendidikan dan layanan kesehatan. Selain itu, upaya pemberantasan korupsi dan penyalahgunaan wewenang menjadi agenda utama dalam mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berorientasi pada kepentingan rakyat.
Menegakkan Keadilan Sosial sebagai Landasan Demokrasi Sejati
Di bawah kepemimpinannya, Prabowo bertekad untuk menegakkan keadilan sosial sebagai landasan demokrasi sejati. Baginya, demokrasi yang sesungguhnya adalah demokrasi yang mampu memberikan ruang dan kesempatan kepada rakyat kecil untuk turut serta dalam pembangunan bangsa. Demokrasi yang sehat, menurut Prabowo, harus memberikan akses bagi wong cilik untuk mengekspresikan pendapatnya, berpartisipasi dalam proses politik, dan mengambil peran aktif dalam menentukan arah kebijakan yang berdampak pada kehidupan mereka.
Visi demokrasi yang pro-rakyat ini sangat relevan dengan konteks sosial Indonesia saat ini, di mana ketimpangan ekonomi masih menjadi permasalahan serius. Prabowo memahami bahwa keadilan sosial tidak bisa terwujud jika wong cilik hanya menjadi penerima kebijakan tanpa memiliki suara dalam proses tersebut. Oleh karena itu, pemerintahan Prabowo diharapkan dapat menciptakan suasana partisipatif yang melibatkan rakyat kecil dalam perumusan kebijakan publik.
Prabowo dan Perjuangan Mewujudkan Wong Cilik Bisa Gumuyu
Pidato Presiden Prabowo Subianto bukan hanya sekadar janji politik atau retorika semata. Dengan tegas, Prabowo membawa harapan bagi wong cilik untuk merasakan kesejahteraan dan kebahagiaan yang selama ini masih sulit dijangkau. Dalam pandangannya, kesejahteraan bagi rakyat kecil adalah tolok ukur sejati dari kemajuan bangsa.
Janji Prabowo untuk membawa wong cilik menuju zaman Kala Suba seakan menghidupkan kembali harapan lama, sebuah visi yang mendalam dan kuat untuk melawan ketidakadilan, mengakhiri penderitaan wong cilik, serta memastikan bahwa rakyat kecil dapat tertawa dan merasakan kemakmuran di tanah air mereka sendiri.
Meski jalannya tidak akan mudah dan tantangan terus menghadang, visi Prabowo memberi secercah cahaya bagi mereka yang selama ini hidup dalam bayang-bayang Kala Bendu. Dengan semangat baru dan komitmen yang tulus, Prabowo berharap dapat menegakkan keadilan dan membangun Indonesia yang lebih baik, di mana setiap rakyat, terutama wong cilik, dapat merasakan makna sejati dari kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh pendahulu mereka. *Mukroni
Foto Kowantaranews