• Sab. Jul 12th, 2025

KowantaraNews

Kowantara News: Berita tajam, warteg jaya, UMKM tak terjajah!

Optimisme Ekonomi Indonesia 2025: Masih Bertahan atau Mulai Runtuh?

ByAdmin

Jul 12, 2025
Ilustrasi Grafik Pertumbuhan Melambat Tahun 2025. Gambar AI Kowantaranews.com
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com – Optimisme masyarakat Indonesia terhadap kondisi ekonomi nasional pada 2025 menunjukkan tanda-tanda pelemahan, meski masih berada di zona positif. Berdasarkan data terbaru dari Bank Indonesia, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Juni 2025 tercatat di level 117,8, masih di atas ambang optimisme (>100). Namun, angka ini turun drastis dari 133,8 pada Juni 2024 dan menjadi yang terendah sejak September 2022 (117,2). Penurunan ini mencerminkan kekhawatiran masyarakat, terutama di kalangan berpenghasilan rendah, terhadap masa depan ekonomi.

Kelompok dengan pengeluaran Rp1-2 juta per bulan menjadi yang paling terdampak, dengan IKK hanya mencapai 108,7. David Sumual, Kepala Ekonom BCA, menyoroti bahwa pelemahan daya beli di segmen menengah-bawah menjadi pemicu utama stagnasi belanja domestik. Konsumsi rumah tangga, yang merupakan tulang punggung pertumbuhan ekonomi Indonesia, melambat dari 4,91% pada Q1 2024 menjadi 4,89% pada Q1 2025. Pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan juga turun menjadi 4,87% (yoy) dari 5,11% pada periode yang sama tahun lalu. Selain itu, rasio tabungan masyarakat menyusut dari 16,5% menjadi 14,1%, sementara rasio cicilan pinjaman naik dari 9,6% menjadi 10,8%, menandakan beban keuangan yang kian berat.

Krisis lapangan kerja formal turut memperburuk situasi. Indeks ketersediaan lapangan kerja berada di zona pesimis selama dua bulan berturut-turut, dengan angka 95,7 pada Mei 2025 dan 94,1 pada Juni 2025. Kelompok berpenghasilan rendah bahkan mencatat indeks lebih rendah, hanya 87,3. Achmad Nur Hidayat, pakar kebijakan publik dari UPN Veteran Jakarta, menyoroti fenomena “labor misallocation” sebagai masalah akut. Banyak tenaga kerja terampil tidak mendapatkan pekerjaan sesuai kompetensi, yang berdampak pada produktivitas nasional dan kepercayaan masyarakat.

Pemerintah pun merevisi target pertumbuhan ekonomi 2025 dari 5,2% menjadi 4,7-5,0%, sejalan dengan proyeksi pertumbuhan global yang hanya 2,3%. Meski pertumbuhan Indonesia tetap di atas rata-rata global, revisi ini mencerminkan tantangan eksternal seperti perlambatan ekonomi dunia dan risiko geopolitik, ditambah tekanan domestik dari melemahnya konsumsi dan lapangan kerja.

Swasembada Pangan 2026: Anggaran Membengkak, Target Berantakan, Harga Pangan Masih Melambung?

Namun, ada secercah harapan. Standard Chartered memprediksi Bank Indonesia berpotensi menurunkan suku bunga hingga 50 basis poin pada paruh kedua 2025, yang dapat mendorong kredit dan investasi. Rekomendasi kebijakan lain termasuk fokus pada pertumbuhan berkualitas berbasis lapangan kerja, investasi di sektor padat karya berteknologi menengah, dan program pemerintah dengan efek berganda ke sektor prioritas. Tanpa respons kebijakan yang cepat dan tepat, optimisme masyarakat berisiko terus terkikis.

Meski IKK masih menunjukkan optimisme, tren penurunan ini menjadi peringatan dini. Pemerintah dan pemangku kepentingan harus segera bertindak untuk mengatasi pelemahan daya beli, krisis lapangan kerja, dan ketidakpastian global. Pertanyaan besarnya kini: akankah ekonomi Indonesia mampu bertahan, atau justru mulai runtuh di tengah tekanan ini? By Kowantara

  • Berita Terkait :

Swasembada Pangan 2026: Anggaran Membengkak, Target Berantakan, Harga Pangan Masih Melambung?

Tarif AS 32% Ancam Jutaan Pekerja Indonesia: Bisakah Insentif Selamatkan Industri Padat Karya?

Tarif Trump 32%: Indonesia di Ujung Tanduk atau Peluang Emas?

8,7 Juta Pekerja Masih Menanti BSU: Verifikasi Molor, Janji Pemerintah Terhambat!

Warteg Online: Nasi Orek Tempe UMKM vs. Menu Impor Shopee, Lazada, dan TikTok Shop

Rupiah Goyang, Defisit Melebar: APBN 2025 Tetap Santai kayak di Warteg!

IHSG Ngebut ke 7.300: Cuan di Pasar, Makan di Warteg Tetap Enak!

Gas 3 Kg Satu Harga: Warteg Tetap Ngegas, Harga Tabung Nggak Bikin Mewek!

Impor Longgar, Waralaba Ngacir: Ekonomi RI Siap Gebrak dari Warteg!

Gig Economy: Bekerja Bebas, Tapi Jangan Sampai ‘Bebas’ dari Perlindungan Seperti Warteg Tanpa Lauk!

Indonesia-Rusia Kolplay Digital: 5G Ngegas, Warteg Go Online, Tapi Awas Jangan Kejebak Vodka Virtual!

Rupiah Goyang, Minyak Melayang: Warteg Tetap Jualan, Tapi Porsi Menciut!

Gula Manis di 2025: Warteg Senyum, Harga Tetap, Tapi Gula Ilegal Bikin Was-was!

TikTok Beli Tokopedia: KPPU Kasih PR Biar Gak Jadi ‘Raja Monopoli’ di Warteg Digital!

Dari Karyawan Kena PHK ke Ojol TikTok: Ngegas di Jalan, Ngevlog di Layar, Makan di Warteg!

Sawit Dunia Lagi Susah, Warteg Tetap Jualan Tempe dengan Percaya Diri!

Sawit Dijegal, Kedelai Meroket: Warteg Cuma Bisa Jual Telur Ceplok?

Sawit Susah Masuk Eropa, Warteg Tetap Jual Gorengan Tempe!

Warteg vs Nimbus: Orek Tempe Tetap Juara, Masker Jadi Pelengkap!

Bank Dunia Bikin Panik: 194 Juta Orang Indonesia Jadi ‘Miskin’, Warteg Jadi Penutup atau Penutup Dompet?

Beras Naik, Dompet Menjerit: Tarif AS, Krisis Jepang, dan Warteg Nusantara Ketar-Ketir!

Ekonomi RI 2025: Ngegas 5,2%, Rem Kepencet Jadi 4,7%, Warteg Tetap Jadi Penolong Daya Beli!

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *