• Sel. Jul 1st, 2025

KowantaraNews

Halal Gratis, Warteg Nge-Hits: Tanpa Drama, Cuma Solusi!

Warteg vs Vape: Rokok Gaul Bikin Kantong Bolong, Makan Murah Jadi Solusi?

ByAdmin

Jun 26, 2025
Mahasiswa di Kota Malang Terbantu oleh Warteg-warteg Hadir di Seputar Kampus-kampus dengan makanan murah. Foto Kowantaranews.com
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com – Di tengah hiruk-pikuk kehidupan kota, warung makan tegal (warteg) tetap menjadi penyelamat perut anak muda yang kantongnya pas-pasan. Namun, ancaman baru mengintai generasi muda Indonesia: pemasaran agresif rokok elektronik alias vape yang menyerbu media sosial. Dengan kemasan warna-warni dan aroma buah-buahan, industri tembakau sukses memikat hati remaja, tapi dampaknya? Kantong bolong, kesehatan terancam, dan nasi warteg pun terlupakan.

Data terbaru menunjukkan stagnasi penjualan rokok global dalam dua dekade terakhir, tapi jumlah perokok muda, terutama perempuan, justru melonjak. Penyebab utamanya adalah strategi industri tembakau yang kian cerdas. Melalui platform seperti Instagram dan TikTok, vape dipromosikan sebagai simbol gaya hidup “gaul” dan “modern”. Iklan-iklan ini menampilkan influencer dengan gaya keren, menghisap vape rasa stroberi sambil berpose di kafe estetik. Klaim bahwa vape “lebih aman” daripada rokok konvensional pun menipu banyak anak muda, padahal nikotin tetap mengintai sebagai ancaman kesehatan.

Tidak hanya iklan digital, industri tembakau juga berinovasi dengan produk seperti vape rasa buah, tembakau yang dipanaskan (HTP), hingga kantong nikotin. Produk-produk ini dirancang untuk menarik perhatian generasi Z yang haus akan tren baru. Namun, di balik kemasan menarik itu, harga vape dan rokok elektronik tidaklah murah. Seorang pelajar atau mahasiswa yang biasanya bisa makan di warteg dengan Rp15.000 untuk nasi, tempe, dan sayur, kini harus merogoh kocek Rp50.000–100.000 untuk satu pod vape. Dampaknya? Kantong bolong, tabungan habis, dan makan murah di warteg jadi hanya kenangan.

Pemerintah Indonesia berupaya melawan gempuran ini. Kampanye digital seperti #SuaraTanpaRokok digaungkan oleh pemerintah dan NGO untuk meningkatkan kesadaran bahaya rokok. Peraturan Pemerintah No. 28/2024 juga melarang penjualan rokok batangan di dekat sekolah, meski implementasinya masih lemah. Selain itu, kenaikan pajak rokok menjadi harapan besar. Studi dari Vital Strategies memperkirakan, kenaikan harga rokok hingga 50% bisa menyelamatkan 50 juta nyawa dalam 50 tahun dan menghasilkan pendapatan global hingga $7 triliun. Pajak ini juga bisa dialokasikan untuk kesehatan publik, seperti membiayai edukasi antirokok atau memperbaiki fasilitas kesehatan.

Beras Mahal, Kuota Hangus: Kantong Bolong, Dompet Nangis di Warteg!

Namun, tantangan masih besar. Di Indonesia, penerimaan cukai rokok turun 12,6% pada 2023, memengaruhi pelaku usaha kecil seperti pedagang warteg yang bergantung pada perputaran ekonomi lokal. Sementara itu, prevalensi perokok remaja tetap tinggi, terutama karena iklan terselubung di media sosial sulit dikendalikan. Banyak anak muda terjebak dalam citra “keren” yang diciptakan industri, lupa bahwa uang untuk vape bisa digunakan untuk makan enak di warteg selama sebulan.

Andrew Black dari Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) menekankan pentingnya melibatkan anak muda dalam merancang kebijakan antirokok. “Mereka yang paling paham tren di kalangan teman sebayanya. Biarkan mereka bicara,” ujarnya. Selain itu, literasi media perlu ditingkatkan agar generasi muda kritis terhadap manipulasi pemasaran. Warteg, dengan harga murah dan kehangatannya, bisa jadi simbol perlawanan: makan sehat, hemat, dan bebas asap. Jadi, pilih vape yang bikin kantong bolong atau nasi warteg yang bikin perut kenyang? Pilihan ada di tangan anak muda.

Saran Aksi:

  1. Perkuat regulasi iklan rokok di media sosial.
  2. Alokasikan pajak rokok untuk edukasi kesehatan.
  3. Ajak anak muda kembangkan kampanye kreatif antirokok.

Mari dukung generasi muda pilih hidup sehat, bukan asap!

  • Berita Terkait :

Beras Mahal, Kuota Hangus: Kantong Bolong, Dompet Nangis di Warteg!

Minyakita Mahal, Warteg Ngeluh: Goreng Telor Aja Bikin Kantong Bolong!

Timur Tengah Menggila, IHSG dan Rupiah Makan Hati di Warteg!

Indonesia-Rusia Kolplay Digital: 5G Ngegas, Warteg Go Online, Tapi Awas Jangan Kejebak Vodka Virtual!

Rupiah Goyang, Minyak Melayang: Warteg Tetap Jualan, Tapi Porsi Menciut!

Gula Manis di 2025: Warteg Senyum, Harga Tetap, Tapi Gula Ilegal Bikin Was-was!

TikTok Beli Tokopedia: KPPU Kasih PR Biar Gak Jadi ‘Raja Monopoli’ di Warteg Digital!

Dari Karyawan Kena PHK ke Ojol TikTok: Ngegas di Jalan, Ngevlog di Layar, Makan di Warteg!

Sawit Dunia Lagi Susah, Warteg Tetap Jualan Tempe dengan Percaya Diri!

Sawit Dijegal, Kedelai Meroket: Warteg Cuma Bisa Jual Telur Ceplok?

Sawit Susah Masuk Eropa, Warteg Tetap Jual Gorengan Tempe!

Warteg vs Nimbus: Orek Tempe Tetap Juara, Masker Jadi Pelengkap!

Bank Dunia Bikin Panik: 194 Juta Orang Indonesia Jadi ‘Miskin’, Warteg Jadi Penutup atau Penutup Dompet?

Beras Naik, Dompet Menjerit: Tarif AS, Krisis Jepang, dan Warteg Nusantara Ketar-Ketir!

Ekonomi RI 2025: Ngegas 5,2%, Rem Kepencet Jadi 4,7%, Warteg Tetap Jadi Penolong Daya Beli!

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *