• Rab. Nov 26th, 2025

KowantaraNews

Kowantara News: Berita tajam, warteg jaya, UMKM tak terjajah!

Lumbung Pangan Desa Senaung Terancam Program Lumbung Pangan

ByAdmin

Nov 26, 2025
Petani membawa hasil panen menggunakan traktor di areal persawahan lumbung pangan nasional di Desa Belanti Siam, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, 2021. ANTARA/Makna Zaezar
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com   -Di tengah hamparan sawah tadah hujan Desa Senaung, Kecamatan Mestong, Kabupaten Muaro Jambi, puluhan varietas padi lokal masih berdiri gagah. Pocong, Kembang Kelapo, Jemadi, Ketan Putih Senaung, dan belasan nama lain yang hanya dikenal di sini menjadi penanda bahwa desa ini adalah salah satu kantong terakhir keragaman padi tradisional di Provinsi Jambi.

“Padi kami tahan banjir dua minggu, tahan wereng, tidak perlu pestisida banyak,” ujar Misana (54), petani sekaligus penyimpan benih tradisional. Hasil panennya jarang dijual. Beras dari padi lokal ini untuk makan keluarga, sedekah, dan ritual adat seperti sedekah bumi. Bagi warga Senaung, padi bukan sekadar komoditas, tapi identitas. Namun, lumbung pangan hidup yang telah bertahan ratusan tahun ini kini terancam justru oleh program berlabel sama: “lumbung pangan” nasional.

Sejak 2023, Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Jambi gencar menggenjot perluasan tanam jagung hibrida di lahan-lahan tadah hujan. Petani ditawari bibit jagung gratis, pupuk bersubsidi, bahkan alsintan. Targetnya jelas: ribuan hektare jagung demi mendukung program food estate dan ketahanan pangan nasional.

Akibatnya, banyak petani mulai meninggalkan padi lokal. “Kalau tanam jagung, tiga bulan sudah bisa jual. Padi lokal butuh lima-enam bulan,” kata Marjus (46), petani lainnya. Lahan yang dulu ditanami belasan varietas padi kini mulai didominasi barisan tanaman jagung yang seragam.

Data penelitian LPPM Universitas Hazairin (2019) mencatat, dari 18 varietas padi lokal yang pernah ada di Senaung, empat di antaranya—ketumbar, raden kuning, kembang macang, dan ketan hitam lokal—sudah punah. Kini hanya 14 varietas yang masih bertahan. Tanpa intervensi cepat, sisanya terancam menyusul.

Elwamendri Velegita, dosen Fakultas Pertanian Universitas Jambi, menilai pendekatan jagung di lahan tadah hujan Senaung kurang tepat. “Lahan di sini cocok untuk padi lokal yang sudah terbukti tahan iklim ekstrem. Justru padi lokal inilah yang seharusnya diperkuat sebagai lumbung pangan,” katanya.

“Malu Makan Tempe Impor!” Titiek Soeharto Sentil Ketergantungan 90% Kedelai dari AS

Ia menyarankan pemerintah mengalihkan insentif yang sama—bibit gratis, pupuk, dan bantuan alsintan kecil—untuk perbanyakan benih padi lokal, perbaikan embung, serta pengembangan pasar beras premium berlabel “Beras Warisan Senaung”. Di lapangan, suara petani mulai terbelah. Ada yang tetap bertahan dengan padi adat, ada yang tergiur janji panen cepat dari jagung. Yang pasti, setiap musim tanam kini menjadi pertaruhan: apakah keragaman padi lokal yang telah memberi makan nenek moyang mereka selama berabad-abad masih akan ada untuk anak-cucu mereka.

Senaung sedang menanti jawaban: apakah “lumbung pangan” versi pemerintah akan menghancurkan lumbung pangan yang sudah hidup dan terbukti tangguh sejak ratusan tahun lalu, atau justru memperkuatnya. By Mukroni

  • Berita Terkait :

“Malu Makan Tempe Impor!” Titiek Soeharto Sentil Ketergantungan 90% Kedelai dari AS

Indonesia Terancam Impor 2,9 Juta Ton Kedelai di 2026 gara-gara Makan Bergizi Gratis

Libur Natal & Tahun Baru Makin Hemat: Tiket Pesawat, Kereta, Kapal & Penyeberangan Didiskon Besar

UMKM Dapat Kepastian Pajak 0,5% Selamanya, Tapi Usaha Besar Tak Bisa Lagi “Ngumpet”

Warteg Online: Nasi Orek Tempe UMKM vs. Menu Impor Shopee, Lazada, dan TikTok Shop

Rupiah Goyang, Defisit Melebar: APBN 2025 Tetap Santai kayak di Warteg!

IHSG Ngebut ke 7.300: Cuan di Pasar, Makan di Warteg Tetap Enak!

Gas 3 Kg Satu Harga: Warteg Tetap Ngegas, Harga Tabung Nggak Bikin Mewek!

Impor Longgar, Waralaba Ngacir: Ekonomi RI Siap Gebrak dari Warteg!

Gig Economy: Bekerja Bebas, Tapi Jangan Sampai ‘Bebas’ dari Perlindungan Seperti Warteg Tanpa Lauk!

Indonesia-Rusia Kolplay Digital: 5G Ngegas, Warteg Go Online, Tapi Awas Jangan Kejebak Vodka Virtual!

Rupiah Goyang, Minyak Melayang: Warteg Tetap Jualan, Tapi Porsi Menciut!

Gula Manis di 2025: Warteg Senyum, Harga Tetap, Tapi Gula Ilegal Bikin Was-was!

TikTok Beli Tokopedia: KPPU Kasih PR Biar Gak Jadi ‘Raja Monopoli’ di Warteg Digital!

Dari Karyawan Kena PHK ke Ojol TikTok: Ngegas di Jalan, Ngevlog di Layar, Makan di Warteg!

Sawit Dunia Lagi Susah, Warteg Tetap Jualan Tempe dengan Percaya Diri!

Sawit Dijegal, Kedelai Meroket: Warteg Cuma Bisa Jual Telur Ceplok?

Sawit Susah Masuk Eropa, Warteg Tetap Jual Gorengan Tempe!

Warteg vs Nimbus: Orek Tempe Tetap Juara, Masker Jadi Pelengkap!

Bank Dunia Bikin Panik: 194 Juta Orang Indonesia Jadi ‘Miskin’, Warteg Jadi Penutup atau Penutup Dompet?

Beras Naik, Dompet Menjerit: Tarif AS, Krisis Jepang, dan Warteg Nusantara Ketar-Ketir!

Ekonomi RI 2025: Ngegas 5,2%, Rem Kepencet Jadi 4,7%, Warteg Tetap Jadi Penolong Daya Beli!

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *