Jakarta, Kowantaranews.com – Menjelang puncak perayaan hari raya Natal 2025 dan Tahun Baru 2026, industri perbankan nasional menyatakan kesiapannya dalam melayani kebutuhan masyarakat. Seiring dengan proyeksi meningkatnya mobilitas warga dan aktivitas ekonomi selama masa liburan akhir tahun, sejumlah bank besar telah memastikan ketersediaan uang tunai yang mencukupi, sekaligus memperkuat infrastruktur layanan digital guna mengantisipasi lonjakan transaksi.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menjadi salah satu perbankan yang telah mengambil langkah antisipatif. Corporate Secretary BTN, Ramon Armando, mengungkapkan bahwa pihaknya telah menyiapkan dana tunai sebesar Rp 19,67 triliun. Dari total dana tersebut, sekitar 35 persen atau setara Rp 6,82 triliun dialokasikan khusus untuk mengisi mesin ATM yang tersebar di seluruh Indonesia, sementara sisanya sebesar Rp 12,85 triliun disiapkan untuk kebutuhan kas di seluruh outlet kantor cabang.
Ramon menjelaskan, alokasi ini didasarkan pada perhitungan matang di mana rata-rata kas selama libur panjang mencapai 1,09 kali lipat dari kondisi normal. Meski demikian, jumlah uang tunai yang disiapkan BTN tahun ini tercatat lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang mencapai Rp 20,37 triliun. Penurunan ini sejalan dengan proyeksi Bank Indonesia serta tren perubahan perilaku nasabah yang semakin beralih ke transaksi non-tunai. Oleh karena itu, BTN juga menjamin optimalisasi layanan aplikasi super bale by BTN.
Berbeda dengan BTN, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) justru memproyeksikan adanya peningkatan kebutuhan uang tunai. Presiden Direktur BCA, Hendra Lembong, menyatakan bahwa bank swasta terbesar ini mengalokasikan uang tunai sebesar Rp 42,1 triliun. Angka ini meningkat 2,18 persen dibandingkan persiapan tahun sebelumnya. Berdasarkan analisis internal, BCA memperkirakan peningkatan kebutuhan uang tunai akan mulai terlihat sejak 22 Desember 2025, dengan puncak transaksi tarik tunai diprediksi terjadi pada 31 Desember 2025. Kendati stok tunai melimpah, BCA tetap mendorong nasabah untuk memanfaatkan kenyamanan kanal digital seperti myBCA dan BCA mobile demi keamanan transaksi selama liburan.
Sementara itu, kesiapan serupa juga ditunjukkan oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Corporate Secretary Bank Mandiri, Adhika Vista, menyebutkan bahwa perseroan menyiapkan uang tunai sebesar Rp 25 triliun. Meskipun angka persiapan ini turun dibanding rencana tahun lalu, jumlah tersebut sejatinya meningkat 5,8 persen jika dibandingkan dengan realisasi penggunaan uang tunai pada tahun sebelumnya.
Alarm Ekonomi: Rupiah Tembus Rp 16.700, Sinyal Bahaya Berlanjut hingga 2026
Bank Mandiri memperkirakan puncak kebutuhan pengisian uang tunai di mesin ATM akan terjadi pada satu hari sebelum Natal dan satu hari sebelum Tahun Baru 2026. Sebagai bagian dari sinergi layanan, Bank Mandiri juga memperkuat jaringan transaksi elektronik dengan menyiagakan lebih dari 307.000 mesin EDC (Electronic Data Capture) untuk memfasilitasi belanja masyarakat.
Secara keseluruhan, strategi perbankan tahun ini mencerminkan adaptasi terhadap lanskap pembayaran yang semakin hibrida. Bank tidak hanya menjamin uang fisik tersedia bagi mereka yang membutuhkan, tetapi juga memastikan jaringan digital tetap prima untuk melayani transaksi non-tunai yang cepat dan aman. Dengan persiapan ganda ini, masyarakat diharapkan dapat menikmati momen liburan dengan tenang tanpa kendala keuangan. By Mukroni
- Berita Terkait :
Alarm Ekonomi: Rupiah Tembus Rp 16.700, Sinyal Bahaya Berlanjut hingga 2026
Butuh Setahun untuk Pulihkan Mata Pencarian Petani Padi di Sumatra
Ironi Negeri Kelapa: Ekspor Melambung 143%, Rakyat Tercekik Kenaikan Harga dan Kelangkaan Pasokan
Pemerintah dan Swasta Bersinergi, Targetkan 1,1 Juta UMKM Naik Kelas Pasca-Kunjungan UNSGSA
Mulai Hari Ini! Kereta Petani & Pedagang Rp3.000 Bisa Bawa 2 Koli Sayur-Buah
UMKM Masih Sulit Masuk Stasiun & Bandara, Sewa Mahal Jadi Biang Kerok
Resmi: Bentuk Koperasi Merah Putih Jadi Syarat Wajib Cairkan Dana Desa Tahap II
“Malu Makan Tempe Impor!” Titiek Soeharto Sentil Ketergantungan 90% Kedelai dari AS
Indonesia Terancam Impor 2,9 Juta Ton Kedelai di 2026 gara-gara Makan Bergizi Gratis
Libur Natal & Tahun Baru Makin Hemat: Tiket Pesawat, Kereta, Kapal & Penyeberangan Didiskon Besar
UMKM Dapat Kepastian Pajak 0,5% Selamanya, Tapi Usaha Besar Tak Bisa Lagi “Ngumpet”
Warteg Online: Nasi Orek Tempe UMKM vs. Menu Impor Shopee, Lazada, dan TikTok Shop
Rupiah Goyang, Defisit Melebar: APBN 2025 Tetap Santai kayak di Warteg!
IHSG Ngebut ke 7.300: Cuan di Pasar, Makan di Warteg Tetap Enak!
Gas 3 Kg Satu Harga: Warteg Tetap Ngegas, Harga Tabung Nggak Bikin Mewek!
Impor Longgar, Waralaba Ngacir: Ekonomi RI Siap Gebrak dari Warteg!
Gig Economy: Bekerja Bebas, Tapi Jangan Sampai ‘Bebas’ dari Perlindungan Seperti Warteg Tanpa Lauk!
Rupiah Goyang, Minyak Melayang: Warteg Tetap Jualan, Tapi Porsi Menciut!
Gula Manis di 2025: Warteg Senyum, Harga Tetap, Tapi Gula Ilegal Bikin Was-was!
TikTok Beli Tokopedia: KPPU Kasih PR Biar Gak Jadi ‘Raja Monopoli’ di Warteg Digital!
Dari Karyawan Kena PHK ke Ojol TikTok: Ngegas di Jalan, Ngevlog di Layar, Makan di Warteg!
Sawit Dunia Lagi Susah, Warteg Tetap Jualan Tempe dengan Percaya Diri!
Sawit Dijegal, Kedelai Meroket: Warteg Cuma Bisa Jual Telur Ceplok?
Sawit Susah Masuk Eropa, Warteg Tetap Jual Gorengan Tempe!
Warteg vs Nimbus: Orek Tempe Tetap Juara, Masker Jadi Pelengkap!
Beras Naik, Dompet Menjerit: Tarif AS, Krisis Jepang, dan Warteg Nusantara Ketar-Ketir!
Ekonomi RI 2025: Ngegas 5,2%, Rem Kepencet Jadi 4,7%, Warteg Tetap Jadi Penolong Daya Beli!

