Jakarta, Kowantaranews.com — Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena perjalanan medis warga Indonesia ke luar negeri semakin meningkat. Berdasarkan data, rakyat Indonesia menghabiskan sekitar Rp170 triliun per tahun untuk berobat di luar negeri. Ini mencerminkan adanya ketidakpuasan terhadap pelayanan kesehatan di dalam negeri dan memunculkan tantangan besar bagi sektor kesehatan Indonesia. Dalam merespons situasi ini, Menteri Kesehatan mengajukan rencana kontroversial untuk naturalisasi dokter asing dengan tujuan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan (yankes) di Indonesia. Namun, rencana ini mendapatkan penolakan keras dari berbagai pihak, termasuk dari dr. Ali Mahsun ATMO, M. Biomed.
Dr. Ali Mahsun ATMO, mantan Ketua dan Dewan Pakar Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), secara tegas menyatakan bahwa rencana naturalisasi dokter asing akan merobek kedaulatan kesehatan Indonesia. Dalam pernyataannya pada Kamis, 30 Mei 2024, dr. Ali menggarisbawahi bahwa upaya untuk meningkatkan kualitas yankes di Indonesia tidak seharusnya dilakukan dengan mengorbankan kedaulatan nasional. Menurutnya, langkah tersebut mencerminkan ketidakpercayaan terhadap kemampuan dokter-dokter Indonesia yang sebenarnya tidak kalah mumpuni dibandingkan dengan dokter asing.
“Kenapa harus naturalisasi dokter asing? Ini bukan solusi yang bijak. Kedaulatan kesehatan Indonesia adalah harga mati yang tidak boleh dikorbankan,” ujar dr. Ali dengan tegas. Sebagai Ketua Umum Komite Ekonomi Rakyat Indonesia (KERIS) dan ahli kekebalan tubuh yang menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) Malang dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Jakarta, dr. Ali merasa bahwa langkah ini menunjukkan kurangnya upaya pemerintah dalam mempercayai dan memberdayakan tenaga medis lokal.
Menurut dr. Ali, ada beberapa alasan utama mengapa banyak warga Indonesia memilih berobat ke luar negeri. Salah satunya adalah biaya yang lebih murah, kualitas komunikasi dengan dokter yang lebih baik, dan kenyamanan yang ditawarkan oleh wisata medis. IDI menyatakan bahwa faktor-faktor ini membuat layanan kesehatan di luar negeri lebih menarik bagi masyarakat Indonesia. Namun, dr. Ali menekankan bahwa solusi atas masalah ini seharusnya bukan dengan mendatangkan dokter asing, melainkan dengan memperbaiki sistem pelayanan kesehatan di dalam negeri.
“Ngunu yo ngunu tapi yo ojo ngunu,” ujar dr. Ali mengutip pepatah Jawa yang berarti “Begitu ya begitu, tapi jangan begitu.” Ia menekankan bahwa ketika ada kekurangan dalam pelayanan kesehatan di Indonesia, seharusnya pemerintah segera memperbaiki dan meningkatkan kualitasnya, bukan mencari jalan pintas dengan mengimpor tenaga medis dari luar. Ia yakin bahwa dokter-dokter Indonesia memiliki kompetensi yang tidak kalah dengan dokter asing. Oleh karena itu, dr. Ali mendesak Presiden untuk segera membatalkan rencana naturalisasi dokter asing.
Sebagai langkah konkret, dr. Ali mengajak IDI dan organisasi-organisasi dokter spesialis untuk segera mengambil langkah emergensi. Ia menyerukan agar mereka segera bertemu dengan Presiden Joko Widodo dan Presiden terpilih periode 2024-2029, Prabowo Subianto, untuk menyampaikan keprihatinan dan keberatan mereka terhadap rencana ini. Menurutnya, ini adalah soal kedaulatan kesehatan Indonesia yang tidak boleh dirobek atau dijajah oleh siapa pun.
Dr. Ali juga menyoroti pentingnya membangun sistem kesehatan yang mandiri dan berdaulat. Menurutnya, ketergantungan pada tenaga medis asing akan membawa dampak jangka panjang yang negatif bagi Indonesia. “Kita harus membangun kemandirian dalam sektor kesehatan. Dokter-dokter Indonesia harus didukung sepenuhnya agar bisa memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat,” tegasnya. Ia juga menekankan bahwa pemberdayaan dokter lokal dan peningkatan fasilitas kesehatan harus menjadi prioritas utama pemerintah.
Selain itu, dr. Ali mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk menyadari pentingnya menjaga kedaulatan kesehatan. Ia mengingatkan bahwa kesehatan adalah hak dasar setiap warga negara yang harus dijamin oleh negara. “Kita harus bersama-sama menjaga dan mempertahankan kedaulatan kesehatan kita. Ini adalah tanggung jawab kita bersama,” ujarnya.
Dr. Ali, yang juga pernah menjabat sebagai Ketua Umum Bakornas Lembaga Kesehatan Mahasiswa Indonesia (LKMI) dan Dewan Pembina Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU), berharap agar pemerintah lebih fokus pada perbaikan sistem kesehatan dalam negeri. Menurutnya, langkah-langkah seperti peningkatan kualitas pendidikan kedokteran, penyediaan fasilitas kesehatan yang memadai, serta peningkatan kesejahteraan tenaga medis adalah kunci untuk memperbaiki yankes di Indonesia.
Ia juga menekankan pentingnya komunikasi yang baik antara dokter dan pasien. Menurutnya, salah satu alasan mengapa banyak pasien memilih berobat ke luar negeri adalah karena mereka merasa lebih nyaman dengan cara dokter luar negeri berkomunikasi. Oleh karena itu, dr. Ali mengusulkan agar pelatihan komunikasi bagi dokter di Indonesia juga ditingkatkan. “Komunikasi yang baik antara dokter dan pasien adalah kunci keberhasilan dalam pelayanan kesehatan,” tegasnya.
Sebagai putra asli Mojokerto, Jawa Timur, dr. Ali memiliki komitmen yang kuat terhadap pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat. Ia berharap agar pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan dalam sektor kesehatan dapat bekerja sama untuk menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia. Menurutnya, dengan kerja sama yang baik, Indonesia dapat memiliki sistem kesehatan yang kuat dan mandiri, tanpa harus bergantung pada tenaga medis asing.
Mantan Pembantu Rektor V Universitas Darul Ulum Jombang, Jawa Timur ini juga menyatakan bahwa penolakan terhadap naturalisasi dokter asing bukan berarti menutup pintu bagi kerja sama internasional. Ia mendukung adanya kolaborasi dan pertukaran ilmu pengetahuan dengan negara lain, namun ia menegaskan bahwa hal tersebut harus dilakukan tanpa mengorbankan kedaulatan kesehatan Indonesia. “Kerja sama internasional itu penting, tapi kita harus tetap menjaga kedaulatan kita. Jangan sampai kita justru menjadi tergantung pada negara lain,” tutupnya.
Melalui pernyataan dan desakannya, dr. Ali Mahsun ATMO berharap agar pemerintah segera menyadari pentingnya menjaga kedaulatan kesehatan Indonesia. Ia percaya bahwa dengan dukungan dan kebijakan yang tepat, dokter-dokter Indonesia dapat memberikan pelayanan yang setara bahkan lebih baik dibandingkan dengan dokter asing. Pada akhirnya, yang diinginkan dr. Ali adalah agar rakyat Indonesia dapat merasakan pelayanan kesehatan terbaik di tanah airnya sendiri, tanpa harus pergi ke luar negeri. *Mukroni
Foto www.cakrawarta.com