Bali, KowantaraNews.Com -Presidensi G20 Indonesia mencatatkan sejumlah pencapaian kesepakatan di antara para negara anggota. Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi mengatakan keketuaan Indonesia dalam gelaran G20 tahun ini sungguh luar biasa.
“Di Presidensi G20 Indonesia, kita ini berjalan extra mile. Kenapa? Di awal presidensi kita mengatakan ingin membawakan suara negara-negara berkembang dan kita ingin mempresentasikan kerjasama-kerjasama konkrit yang dilakukan oleh negara G20 untuk dunia,” kata Retno dalam dalam diskusi daring yang diadakan Forum Merdeka Barat (FMB) 9, Rabu (16/11).
Retno juga menjelaskan, kesuksesan sebuah KTT G20 dapat diukur melalui dua hal. Pertama adalah kehadiran para pemimpin negara anggota.
Dalam presidensi Indonesia, kehadiran para leaders dari negara anggota sangat tinggi. Padahal dalam situasi normal pun, katanya, tidak semua KTT G20 dihadiri oleh semua negara.
Ukuran kedua, tambah Retno, adalah output dari gelaran KTT G20 tersebut yang berakhir pada deklarasi, yakni nama sebuah dokumen.
“Di penghujung ini tentunya apa dong extra milenya, maka kita lakukan negosiasi terpisah untuk apa yang dinamakan G20 Action for Strong and Inklusive Recovery,” paparnya.
Terkait isinya dari dokumen ini adalah berupa daftar proyek disebut concrete deliverables. Dokumen ini nantinya disajikan untuk dunia. Dalam daftar proyek ini, ada yang sifatnya new projects, dukungan untuk existing projects hingga extention dari existing project. Selain itu, ada juga yang berbentuk hibah, research, capacity building, hingga investasi.
“Dan ini untuk pertama kalinya dalam G20 kita berpikir mengenai concrete deliverables. Jadi bukan saja katakanlah yang biasa dua itu yang menjadi ukuran, bahkan Indonesia sudah berjalan extra mile,” ungkapnya.
Sementara itu, pada forum yang sama, Duta Besar Inggris untuk Indonesia Owen Jenkins mengapresiasi tema yang diangkat dalam presidensi G20 Indonesia tahun ini yakni “Recover Together, Recover Stronger”.
Menurutnya, ini merupakan jargon sekaligus tema yang dibutuhkan dunia saat ini. Owen mengungkapkan tema ini telah mewakili keprihatinan seluruh negara pasca pandemi Covid-19 yang menghantam negara-negara di dunia dengan banyak aspek kehidupan terdampak.
“Dan saya rasa ketika Indonesia menetapkan jargon tersebut lengkap dengan tiga isu prioritas yaitu transasi energi, transformasi digital dan penguatan infrastruktur kesehatan global, sekali lagi ini sangat tepat karena kita baru saja pulih dari pandemi,” kata Owen. (***)
Ket. Foto: Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi/ Kanal Youtube FMB9ID_IKP