Meski saat ini perhatian teralihkan dengan merebaknya Covid-19, namun patut disadari bahwasanya pandemi AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) masih mengancam dunia. Penyakit AIDS yang pada era 1980-an sempat membuat heboh seluruh dunia, sebenanrya hingga hari ini tetap merupakan permasalahan serius.
AIDS merupakan penyakit yang menyerang sistem imunitas tubuh dan dapat berakhir dengan kematian. Penyebab AIDS adalah virus HIV (Human Immunodeficiency Virus).
Berdasarkan Global HIV & AIDS Statistik, di seluruh dunia pada 2021 terdapat 38,4 juta orang pengindap HIV dan 54% di antaranya adalah perempuan. Dari pengindap HIV tersebut, sekitar 5,9 juta orang tidak mengetahui kalau dirinya pengindap HIV.
Sejak awal mulainya pandemi AIDS pada tahun 1981, di seluruh dunia 84,2 juta orang telah terinfeksi HIV, dan 40,1 juta orang meninggal karena AIDS. Puncak penularan terjadi pada 1996 yang mencapai 3,2 juta orang terinfeksi HIV dan kini sudah menurun sebesar 54%. Sedangkan puncak kematian berlangsung pada 2004 yang mencapai 2 juta orang meninggal karena AIDS dan kini sudah menurun sebesar 68%.
Berdasarkan data modeling AEM (Asia Epidemic Model), di Indonesia tahun 2021 diperkirakan ada sekitar 526,841 orang hidup dengan HIV dengan estimasi kasus baru sebanyak 27 ribu kasus. Penularan HIV terbanyak pada kelompok heteroseksual, yakni sebesar 28,1% kemudian kelompok LGBT sebesar 18,7%.
Dalam mengatasi penyakit AIDS hingga saat ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkan maupun vaksinnya. Menghadapi AIDS yang terutama adalah mencegah penularan HIV. Sedang bagi yang sudah tertular HIV dapat dilakukan pengobatan ART (Anti Retroviral Therapy).
Pengobatan ART tidak membunuh virus HIV tapi menghambat pertumbuhannya. Selain itu penggunaan obat ART juga dapat mengurangi risiko penularan HIV.
Pengobatan ART dilakukan bagi pengindap HIV-AIDS atau yang sering disebut sebagai ODHA (Orang Dengan HIV AIDS). Dengan menggunakan obat ART maka virus dapat menjadi tidak terdeteksi, namun bila pengobatan dihentikan, virus akan terdeteksi lagi. Hingga obat ART harus terus menerus dikonsumsi.
Dengan pengobatan yang efektif, ODHA dapat bertahan hidup sehat hingga usia lanjut, serta mencegah risiko penularan pada orang lain. Berdasarkan kenyataan tersebut maka AIDS tidak lagi merupakan penyakit yang mematikan, melainkan kini dikategorikan sebagai penyakit yang dapat dikendalikan.
Mewujudkan Kesetaraan
Sejak 1988 setiap tahun pada 1 desember diperingati sebagai Hari AIDS Sedunia (World AIDS Day). Peringatan Hari AIDS Sedunia secara global dikoordinasi oleh UNAIDS (United Nations Programme on HIV/AIDS).
Tahun 2022 peringatan Hari AIDS Sedunia mengusung tema Mewujudkan Kesetaraan (Equalize). Di Indonesia tema nasional yang ditetapkan Kementerian Kesehatan adalah: Satukan Langkah Cegah HIV, Semua Setara Akhiri AIDS. Berdasar tema tersebut mengajak untuk mengulurkan tangan, bergerak bersama untuk mengakhiri AIDS di Indonesia dengan kesetaraan bagi semua, khususnya perempuan, anak, dan remaja.
Kenyataan menunjukkan, selama lebih 4 dekade menghadapi AIDS terdapat ketidak setaraan untuk mendapatkan pelayanan dasar seperti pencegahan, pemeriksaan, perawatan, maupun penggunaan sarana dan pemanfaatan teknologi. Ketidak setaraan berasal dari faktor ekonomi, sosial, dan kultural, serta juga dalam penegakkan hukum. Ditambah lagi dengan adanya kesulitan dalam pembiayaan maka ketidak setaraan akan semakin parah.
Ketidak setaraan mencolok terjadi antara kelas sosial, dan antara lelaki dengan perempuan. Ketidak setaraan berlangsung pula terhadap kelompok yang sebenarnya berisiko tinggi tertular HIV seperti para pekerja seks, LGBT, pengguna narkoba, dan para narapidana.
Kesetaraan mengandung makna penghargaan terhadap martabat kemanusiaan termasuk bagi ODHA. Namun kenyataan menunjukkan ketidak setaraan dalam memandang martabat kemanusiaan menyebabkan terjadinya stigma dan diskriminasi, bahkan kriminalisasi terhadap ODHA maupun juga mereka yang berisiko tinggi terinfeksi HIV.
Ketidak setaraan terutama terhadap mereka yang berisiko tertular, sangat menghambat upaya mengatasi AIDS. Hal ini merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan lambatnya pencapaian target untuk mengakhiri pandemi AIDS.
Menurut laporan yang dipublikasikan UNAIDS, dengan menghilangkan ketidak setaraan yang dilakukan di beberapa negara di Afrika telah menghasilkan peningkatan secara signifikan dalam mereduksi tingkat penularan HIV.
UNAIDS dalam pernyataannya pada Hari AIDS Sedunia tahun 2022 menyatakan bahwa kesetaraan hak, kesetaraan aksesibilitas pelayanan kesehatan, dan kesetaraan dalam pemanfaatan kemajuan ilmu kedokteran tidak hanya menjamin kesehatan serta kesejahteraan mereka yang termarginalisasi saja, namun terlebih lagi juga bagi seluruh masyarakat.
Diharapkan dengan peringatan Hari AIDS Sedunia kali ini akan menggugah kesadaran mengenai perlunya kesetaraan dalam bersama-sama mengatasi AIDS, Dengan demikian akan semakin mendekatkan diri kita untuk segera mengakhiri AIDS.
Penulis: Dr Paulus Januar, drg, MS, CMC – pegiat kesehatan masyarakat