Jakarta, Kowantaranews.com – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Nilai ekspor Indonesia pada September 2024 adalah sebesar 22,08 miliar dolar AS. Nilai tersebut turun 5,80 persen dibanding Agustus 2024 yang sebesar 23,44 miliar dolar AS.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan penurunan itu dipengaruhi oleh melemahnya sektor industri pengolahan dan pertambangan.
“Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari sampai dengan September 2024 mencapai 192,85 miliar dolar AS,” ujarnya saat konferensi pers hari ini, Selasa (15/10).
Amalia mengungkapkan, provinsi teratas penyumbang ekspor adalah Jawa Barat dengan nilai 28,09 miliar dolar AS (14,57 persen). Diikuti Jawa Timur sebesar 19,06 miliar dolar AS (9,88 persen) dan Kalimantan Timur 18,58 miliar (9,64 persen).
Sementara untuk negara tujuan, ekspor Indonesia paling banyak ke Tiongkok dengan porsi 25,56 persen. Lalu, Amerika Serikat 10,60 persen dan Jepang sebesar 7,41 persen.
“Walaupun turun secara bulanan, ekspor Indonesia mencatatkan pertumbuhan 6,44 persen dibandingkan dengan September 2023,” tuturnya.
Kinerja Impor
Amalia menambahkan, nilai impor Indonesia September 2024 mencapai 18,82 miliar dolar AS. Angka ini turun 8,91 persen dibandingkan Agustus 2024 yang sebesar 20,67 miliar dolar AS.
Dia menjelaskan, anjloknya impor terjadi pada barang mesin/perlengkapan elektrik. Sementara golongan instrumen optik, fotografi, sinematografi, dan medis mengalami peningkatan. Adapun, tiga negara pemasok barang impor terbesar adalah Tiongkok, Jepang, dan Australia.
“Secara keseluruhan, impor Indonesia pada Januari sampai dengan September 2024 adalah sebesar 170,87 miliar dolar AS. Jumlah ini lebih tinggi dari Januari-September 2023 yang sebesar 164,52 dolar AS,” imbuh Amalia.
Neraca Perdagangan Tetap Surplus
Pada September 2024, neraca perdagangan barang Indonesia kembali mengalami surplus sebesar 3,26 miliar dolar AS. Secara kumulatif atau Januari hingga September 2024, neraca perdagangan bertengger di angka 21,98 miliar dolar AS.
Amalia menyebut, surplus September 2024 lebih tinggi dibandingkan dengan surplus pada bulan lalu, tetapi lebih rendah dibandingkan bulan yang sama tahun 2023.
“Neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 53 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” tutup dia. *Andry
Foto Bisnis