Ditulis oleh : Mukroni, Caleg DPRD Kab. Brebes, Dapil 6 Kec. Wanasari – Kec. Bulakamba
Meskipun Angka Stunting turun menjadi 32,7 persen di tahun 2017 dibandingkan pada tahun 2013 yang mencapai 47 persen di Kabupaten Brebes, sayangnya Kabupaten Brebes masih menempati puncak tertinggi dalam hal angka stunting di wilayah Jawa Tengah, bahkan Kabupaten Brebes merupakan wilayah dengan prevalensi balita stunting tertinggi di Jawa Tengah pada SSGI 2022, yakni mencapai 29,1%. Angka tersebut meningkat 2,8 poin dari hasil SSGI pada tahun sebelumnya sebesar 26,3%. (databoks.katadata.co.id, 2023). Sementara berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan, prevalensi balita stunting di Jawa Tengah mencapai 20,8% pada 2022. Provinsi tersebut menempati peringkat ke-20 tertinggi secara nasional.
Kenyataan bahwa Kabupaten Brebes masih berada di peringkat tertinggi angka stunting di Jawa Tengah mencerminkan sisi kompleksitas dan tantangan dalam menangani masalah ini. Oleh karena itu masalah stunting masih menjadi momok yang meresahkan bagi stakeholders Kabupaten Brebes, baik saat ini maupun bagi para stakeholders yang akan datang. Dampak negatif dari masalah stunting tidak hanya terasa pada tingkat kesehatan anak-anak, tetapi juga memiliki implikasi yang lebih luas terhadap pertumbuhan ekonomi, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Pemerintah dan Stakeholders saat ini, menghadapi kenyataan bahwa masalah stunting telah mengakar dalam masyarakat Brebes. Mereka merasakan beban moral dan tanggung jawab untuk mengatasi masalah ini. Mereka menyadari bahwa tindakan yang diambil saat ini akan memengaruhi masa depan anak-anak dan kemampuan generasi mendatang dalam berkontribusi terhadap pembangunan daerah. Oleh karena itu, Pemerintah dan stakeholders saat ini merasa terpanggil untuk mengambil langkah-langkah tegas guna memerangi stunting.
Pemerintah dan Stakeholders yang akan datang dihadapkan pada tantangan yang sama. Mereka mewarisi tantangan jangka panjang dalam bentuk angka stunting yang mungkin masih tinggi. Namun, mereka juga memiliki kesempatan untuk membangun pada upaya yang telah dimulai oleh pemerintah dan stakeholder sebelumnya. Pemerintah dan stakeholders yang baru menyadari bahwa stunting bukan hanya masalah kesehatan, tetapi juga faktor penghambat pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, mereka perlu memiliki visi yang kuat dan komitmen untuk melanjutkan upaya pencegahan stunting.
Masalah stunting di Brebes, seperti di banyak daerah lainnya, berkaitan dengan beberapa faktor kompleks. Beberapa masalah terkait stunting meliputi:
- Kurangnya Gizi: Salah satu faktor utama penyebab stunting adalah kurangnya asupan gizi yang mencukupi, baik selama masa kehamilan, ASI eksklusif, atau makanan pendamping ASI (MPASI) yang tepat dan bergizi. Kurangnya pemahaman tentang gizi yang baik dan pola makan yang seimbang dapat berkontribusi pada masalah ini.
- Kesehatan Ibu: Kesehatan ibu selama masa kehamilan memainkan peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan janin. Jika ibu tidak mendapatkan perawatan medis yang cukup atau jika ibu hamil dengan usia terlalu muda atau terlalu tua, risiko stunting pada anak dapat meningkat.
- Sanitasi dan Air Bersih: Akses terhadap sanitasi yang buruk dan air bersih yang tidak memadai dapat berkontribusi pada penyebaran penyakit infeksi yang dapat mengganggu pertumbuhan anak.
- Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat: Kurangnya pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya gizi seimbang, perawatan kesehatan yang baik, dan praktik-praktik yang mendukung pertumbuhan anak dapat mempengaruhi tingginya angka stunting.
- Kemiskinan dan Akses Terhadap Makanan: Tingkat kemiskinan yang tinggi bisa membuat keluarga sulit mengakses makanan bergizi yang cukup, terutama makanan dengan kandungan protein, vitamin, dan mineral yang diperlukan untuk pertumbuhan anak.
- Pelayanan Kesehatan dan Gizi: Ketersediaan pelayanan kesehatan dan gizi yang baik serta aksesibilitas yang memadai sangat penting dalam mencegah dan mengatasi stunting. Bila pelayanan ini tidak tersedia atau tidak optimal, maka risiko stunting bisa meningkat.
- Kondisi Lingkungan dan Infrastruktur: Kondisi lingkungan dan infrastruktur, seperti tempat tinggal yang tidak sehat atau lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhan anak, juga dapat berperan dalam masalah stunting. Stagnant Stunting Rate Despite Rapid Economic Growth in Papua New Guinea?Factors Correlated with Malnutrition Among Children Under Five (Xiaohui Hou, 2017)
Stunting adalah kondisi gagal pertumbuhan pada anak akibat kekurangan gizi kronis yang berlangsung dalam jangka waktu lama, terutama pada periode 1.000 hari pertama kehidupan, yaitu sejak dalam kandungan hingga usia 2 tahun. Stunting dapat memiliki dampak jangka panjang terhadap perkembangan fisik dan kognitif anak serta berdampak pada produktivitas dan kesejahteraan di kemudian hari.
Dampak Pertumbuhan Ekonomi
Stunting dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan produktivitas tenaga kerja, berdampak pada 11% PDB (produk domestik bruto) dan menurunkan pendapatan pekerja dewasa hingga 20%
Sementara hasil penelitian menunjukkan angka kejadian stunting pada balita di Indonesia pada tahun 2021 sebesar 24,4%. Secara nasional, Indonesia mempunyai potensi kerugian ekonomi akibat stunting pada balita yang berkisar antara Rp15.062 hingga Rp67.780 miliar. Jumlah tersebut setara dengan kisaran 0,89-3,99% dari total PDB tahun 2021 (Rp16.970,8 triliun). (The Potential Ecconomic Of Loss Due To Stunting In Indonesia , Esty Asriyana Suryana, Miftahul Azis, Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia, 2023)
Permasalahan stunting adalah suatu isu yang memerlukan penanganan serius dan komprehensif dari berbagai pihak. Ini bukan hanya masalah kesehatan anak semata, tetapi juga memiliki dampak yang luas dan jangka panjang pada masyarakat dan pembangunan suatu negara. Berikut adalah beberapa alasan mengapa penanganan stunting perlu dilakukan dengan serius:
- Dampak Terhadap Generasi Mendatang: Stunting dapat menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak-anak. Ini berarti bahwa generasi mendatang akan tumbuh dengan potensi yang tidak maksimal, yang pada akhirnya dapat memengaruhi produktivitas, kreativitas, dan kontribusi mereka pada masyarakat dan perekonomian.
- Siklus Kemiskinan: Stunting memiliki keterkaitan erat dengan kemiskinan. Anak-anak yang mengalami stunting memiliki risiko lebih tinggi untuk tumbuh menjadi dewasa yang tidak produktif dan lebih rentan terhadap penyakit. Ini dapat memicu siklus kemiskinan yang sulit diputuskan.
- Dampak pada Kesehatan Masyarakat: Anak-anak yang mengalami stunting cenderung memiliki sistem kekebalan yang lebih lemah dan lebih rentan terhadap penyakit. Hal ini berpotensi memicu beban kesehatan masyarakat yang lebih besar dan biaya perawatan yang tinggi.
- Dampak pada Pendidikan: Anak-anak yang mengalami stunting mungkin mengalami hambatan dalam belajar dan berkembang secara kognitif. Ini dapat mempengaruhi prestasi sekolah dan peluang pendidikan di masa depan.
- Pemulihan yang Mahal: Mengatasi stunting memerlukan intervensi yang tepat dan intensif. Namun, biaya untuk pemulihan dan rehabilitasi anak yang mengalami stunting jauh lebih tinggi daripada upaya pencegahan sejak dini.
- Pengaruh Terhadap Kualitas Hidup: Stunting dapat membatasi kualitas hidup anak-anak dan masyarakat pada umumnya. Keterbatasan fisik dan perkembangan kognitif dapat menghalangi seseorang untuk mengalami hidup yang produktif, sehat, dan bahagia.
- Tantangan Pembangunan Berkelanjutan: Stunting dapat menjadi hambatan bagi pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan, termasuk tujuan terkait kesehatan, pendidikan, dan pengentasan kemiskinan.
Oleh karena itu, penanganan stunting tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga melibatkan seluruh lapisan masyarakat, lembaga swasta, LSM, dan semua anggota dewan kabupaten. Diperlukan upaya kolaboratif untuk meningkatkan kesadaran, memberikan akses terhadap gizi yang baik, perawatan kesehatan, dan pendidikan yang berkualitas. Hanya dengan pendekatan yang terintegrasi dan langkah-langkah yang berkelanjutan, masalah stunting dapat diatasi dan generasi mendatang dapat tumbuh dengan potensi penuh.
Berikut beberapa langkah lebih lanjut yang dapat diambil untuk mengatasi masalah stunting di Brebes:
- Pendidikan dan Kampanye Kesadaran: Program edukasi dan kampanye kesadaran perlu dilakukan baik kepada ibu hamil maupun kepada masyarakat umum. Ini melibatkan edukasi tentang pentingnya gizi seimbang, ASI eksklusif, dan pola makan yang baik bagi ibu hamil dan anak.
- Peningkatan Akses Terhadap Pelayanan Kesehatan: Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu dan anak yang berkualitas, termasuk pemeriksaan rutin selama kehamilan dan pemeriksaan kesehatan anak, dapat membantu mendeteksi masalah pertumbuhan secara dini.
- Pemberdayaan Perempuan: Memberdayakan perempuan dalam hal pendidikan, ekonomi, dan kesehatan memiliki dampak positif terhadap pertumbuhan anak. Perempuan yang mendapatkan pendidikan dan memiliki akses terhadap pekerjaan yang layak memiliki peluang yang lebih besar untuk memberikan perawatan dan nutrisi yang baik pada anak-anak mereka.
- Program Pemberian Makanan Tambahan: Implementasi program pemberian makanan tambahan yang bergizi kepada balita atau ibu hamil dan menyusui dapat membantu memenuhi kebutuhan gizi yang mungkin tidak tercukupi dari pola makan sehari-hari.
- Perbaikan Sanitasi dan Air Bersih: Upaya perbaikan sanitasi dan akses terhadap air bersih harus diutamakan. Fasilitas sanitasi yang buruk dapat menyebabkan penyakit dan infeksi yang memengaruhi pertumbuhan anak. (Bappenas. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2022). Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional RI. In Laporan Pelaksanaan Pencapaian TPB/SDGS Tahun 2021)
- Kolaborasi Antar Sektor: Kolaborasi antara berbagai sektor seperti kesehatan, pendidikan, pertanian, dan sosial sangat penting. Pendekatan lintas sektor dapat menghasilkan solusi yang lebih holistik dan berkelanjutan dalam mengatasi stunting.
- Pemantauan dan Evaluasi: Pemantauan terus-menerus terhadap kondisi pertumbuhan anak serta evaluasi program-program yang telah diimplementasikan perlu dilakukan. Hal ini akan membantu dalam menilai efektivitas langkah-langkah yang telah diambil dan membuat perbaikan jika diperlukan.
- Penelitian dan Inovasi: Mendukung penelitian ilmiah tentang stunting dan faktor-faktor penyebabnya dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang situasi lokal dan membantu mengembangkan inovasi dalam pendekatan pencegahan dan penanggulangan stunting.
Mengatasi masalah stunting memerlukan komitmen dan upaya bersama dari pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait. Dengan langkah-langkah yang terintegrasi dan berkelanjutan, diharapkan angka stunting di Brebes dapat dikurangi dan generasi muda dapat tumbuh dengan potensi penuh untuk masa depan yang lebih baik.
Oleh : Mukroni
Caleg DPRD Kab. Brebes Dapil 6 Kec. Wanasari – Kec. Bulakamba