Jakarta, Kowantaranews.com -Di pedalaman Mahakam Ulu, Kalimantan Timur, warga menghadapi krisis ekonomi dan logistik yang mencekik akibat musim kemarau berkepanjangan. Harga beras untuk karung 25 kg melonjak drastis hingga Rp1,2 juta, atau Rp48.000 per kg, jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) pemerintah sebesar Rp15.400 per kg untuk beras premium. Kenaikan harga tak hanya melanda beras, tetapi juga kebutuhan pokok lain. Elpiji 12 kg dijual Rp800.000, bensin eceran Rp30.000 per liter, minyak goreng 5 liter Rp250.000, dan telur ayam mencapai Rp10.000 per butir. Lonjakan ini membuat lebih dari 5.000 warga di wilayah terpencil seperti Long Apari kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, bahkan terancam kelaparan.
Penyebab utama krisis ini adalah terganggunya distribusi barang akibat surutnya Sungai Mahakam, jalur utama transportasi di wilayah ini. Sungai yang biasanya dilalui longboat untuk mengangkut bahan pokok kini sulit dinavigasi karena arus deras dan banyaknya batu. Beberapa kapal pengangkut rusak atau terdampar, memperparah kelangkaan. Akses darat pun tak kalah sulit. Jalan menuju Long Apari nyaris tidak layak, dengan perjalanan 100 km memakan waktu 7–9 jam dan biaya transportasi mencapai Rp5–6,5 juta per trip. Infrastruktur yang minim membuat desa-desa terisolasi, terutama saat kemarau.
Warga setempat, seperti Agustinus Lejiu, menyuarakan keputusasaan mereka. “Kami sudah menjerit. Butuh penanganan serius, bukan sekadar janji,” katanya. Kelangkaan solar semakin memperburuk situasi, dengan jatah harian hanya 5 liter per warga, padahal distribusi barang membutuhkan setidaknya 25 liter per perjalanan. Kondisi ini tak hanya mengancam ketahanan pangan, tetapi juga menghambat aktivitas sehari-hari masyarakat.
Pemerintah telah berupaya merespons krisis ini. Untuk jangka pendek, disediakan subsidi transportasi senilai Rp400–500 juta pada 2025 bagi pedagang agar menekan biaya distribusi. Perbaikan darurat jalur darat Ujoh Bilang–Long Lunuk juga dilakukan, meski medan yang sulit tetap menjadi kendala. Untuk jangka panjang, pemerintah merencanakan pembangunan jalan sepanjang 157 km menuju Long Apari, namun progresnya lambat. Bulog juga didorong mempercepat distribusi beras melalui jalur sungai, tetapi tantangan logistik masih besar.
Data Pribadi Warga Indonesia: Apa Benar Dijual ke AS, Dilindungi atau Dikhianati?
Krisis ini menyoroti ketimpangan infrastruktur antara wilayah perkotaan dan pedalaman. Tanpa jalan darat yang memadai atau solusi transportasi air yang tahan kemarau, warga Mahakam Ulu terus hidup dalam siklus isolasi setiap musim kemarau. Solusi darurat seperti distribusi via udara mungkin diperlukan untuk mencegah kelaparan, meski biayanya tinggi. Selain itu, pembangunan infrastruktur permanen dan pengembangan ketahanan pangan lokal, seperti pertanian beras, harus diprioritaskan untuk mengurangi ketergantungan pada distribusi luar. Krisis ini bukan sekadar masalah harga, tetapi cerminan mendesaknya keadilan akses bagi masyarakat pedalaman. Pemerintah perlu bertindak cepat sebelum jeritan warga Long Apari menjadi lebih keras. By Mukroni
Data Pribadi Warga Indonesia: Apa Benar Dijual ke AS, Dilindungi atau Dikhianati?
Beras Melambung Lampaui HET: Apa Benar Petani Sejahtera, Rakyat Merana?
Tarif 19% ke AS: Kemenangan Diplomasi atau Jebakan Ekonomi bagi Indonesia?
Pelaku Beras Oplosan Subversi Ekonomi: Pengkhianatan Mutu yang Guncang Ketahanan Pangan!
Tarif Trump 32%: Indonesia di Ujung Tanduk atau Peluang Emas?
8,7 Juta Pekerja Masih Menanti BSU: Verifikasi Molor, Janji Pemerintah Terhambat!
Warteg Online: Nasi Orek Tempe UMKM vs. Menu Impor Shopee, Lazada, dan TikTok Shop
Rupiah Goyang, Defisit Melebar: APBN 2025 Tetap Santai kayak di Warteg!
IHSG Ngebut ke 7.300: Cuan di Pasar, Makan di Warteg Tetap Enak!
Gas 3 Kg Satu Harga: Warteg Tetap Ngegas, Harga Tabung Nggak Bikin Mewek!
Impor Longgar, Waralaba Ngacir: Ekonomi RI Siap Gebrak dari Warteg!
Gig Economy: Bekerja Bebas, Tapi Jangan Sampai ‘Bebas’ dari Perlindungan Seperti Warteg Tanpa Lauk!
Rupiah Goyang, Minyak Melayang: Warteg Tetap Jualan, Tapi Porsi Menciut!
Gula Manis di 2025: Warteg Senyum, Harga Tetap, Tapi Gula Ilegal Bikin Was-was!
TikTok Beli Tokopedia: KPPU Kasih PR Biar Gak Jadi ‘Raja Monopoli’ di Warteg Digital!
Dari Karyawan Kena PHK ke Ojol TikTok: Ngegas di Jalan, Ngevlog di Layar, Makan di Warteg!
Sawit Dunia Lagi Susah, Warteg Tetap Jualan Tempe dengan Percaya Diri!
Sawit Dijegal, Kedelai Meroket: Warteg Cuma Bisa Jual Telur Ceplok?
Sawit Susah Masuk Eropa, Warteg Tetap Jual Gorengan Tempe!
Warteg vs Nimbus: Orek Tempe Tetap Juara, Masker Jadi Pelengkap!
Beras Naik, Dompet Menjerit: Tarif AS, Krisis Jepang, dan Warteg Nusantara Ketar-Ketir!
Ekonomi RI 2025: Ngegas 5,2%, Rem Kepencet Jadi 4,7%, Warteg Tetap Jadi Penolong Daya Beli!
Data Pribadi Warga Indonesia: Apa Benar Dijual ke AS, Dilindungi atau Dikhianati?