Jakarta, Kowantaranews.com -Di Jawa Timur, gudang-gudang petani tebu dipenuhi 100.000 ton gula yang tak terserap pasar, sementara harga tetes tebu (molase) anjlok 60% dari Rp 2.500-3.000/kg pada 2024 menjadi Rp 1.000-1.400/kg pada 2025. Krisis ini bukan sekadar angka, tetapi ancaman nyata bagi keberlangsungan hidup ribuan petani tebu dan mimpi swasembada gula nasional sesuai Perpres No. 40/2023. Akar masalahnya adalah kebijakan impor yang tidak terkendali, kebocoran gula rafinasi, dan lemahnya penegakan hukum, yang semuanya memperparah penderitaan petani.
Kebocoran gula rafinasi ke pasar konsumsi menjadi biang keladi utama. Gula rafinasi, yang seharusnya hanya untuk industri sesuai Permendag No. 1/2019 juncto No. 17/2022, malah dijual murah di pasar eceran, seringkali dalam kemasan menyerupai gula konsumsi atau dicampur dengan gula petani. Harganya di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Rp 14.500/kg, membuat gula kristal putih (GKP) petani tak mampu bersaing. Anggota Komisi VI DPR, Ahmad Labib, menuding adanya “mafia gula” yang memanfaatkan lemahnya pengawasan untuk mengeruk keuntungan, merugikan petani dan konsumen.
Kebijakan impor etanol yang destruktif memperburuk situasi. Pasal 93 Permendag No. 16/2025 membebaskan impor etanol tanpa rekomendasi atau bea masuk, menyebabkan banjir etanol murah yang mematikan permintaan molase lokal sebagai bahan baku bioetanol. Akibatnya, pendapatan petani dari molase—sumber penghasilan penting—merosot tajam. Padahal, Perpres No. 40/2023 menargetkan produksi bioetanol 1,2 juta kL pada 2030 untuk mendukung swasembada gula dan energi terbarukan.
Kebijakan ini jelas bertentangan dengan visi tersebut.
Lemahnya penegakan hukum semakin memperparah krisis. Meski regulasi melarang distribusi gula rafinasi ke pasar konsumsi, pengawasan nyaris absen. Satgas Pangan Polri belum menunjukkan tindakan tegas terhadap pelaku penyimpangan, sementara audit terhadap 11 pabrik gula rafinasi yang diminta DPR belum terlaksana.
Di sisi lain, keputusan impor 200.000 ton gula konsumsi pada Februari 2025 dianggap tidak sensitif, mengingat stok GKP nasional per Januari 2025 mencapai 842.517 ton—cukup hingga musim giling Mei 2025.
Untuk mengatasi krisis, pemerintah harus bertindak cepat. Dalam jangka pendek, alokasikan dana Rp 1,5 triliun dari Danantara untuk membeli gula petani sesuai HPP, libatkan BUMN seperti ID Food dan koperasi untuk lelang cadangan pemerintah, serta tunda impor gula konsumsi hingga stok terserap. Satgas Pangan harus mengusut kebocoran gula rafinasi dengan sanksi keras, termasuk pencabutan izin usaha. Audit menyeluruh terhadap refiner juga mendesak untuk memastikan kepatuhan distribusi.
Krisis Pangan Menggila: Beras Melambung, Minyakita Langka, Gula Petani Terpuruk ?
Jangka menengah, revisi Pasal 93 Permendag No. 16/2025 untuk mengenakan bea masuk pada etanol impor dan terapkan sistem pelacakan digital gula rafinasi. Jangka panjang, revitalisasi industri gula melalui peremajaan kebun tebu, diversifikasi produk seperti bioetanol, dan skema off-take yang menjamin serapan gula petani. Tanpa tindakan nyata, krisis ini tidak hanya menghancurkan petani, tetapi juga mengubur impian swasembada gula. Pemerintah harus memilih: melindungi petani atau membiarkan impor liar dan kebijakan amburadul menang. By Mukroni
Krisis Pangan Menggila: Beras Melambung, Minyakita Langka, Gula Petani Terpuruk ?
Birokrasi Lamban dan Dana Macet: Danantara Sabotase Ketahanan Pangan Nasional?
Kelas Menengah Atas Kuasai Konsumsi, Ekonomi Indonesia Stagnan di 5%: Siapa Peduli pada Kelas Bawah?
IKN: Kota Impian Jokowi Jadi Kota Hantu Prabowo?
Revolusi UMKM Kuliner: Rahasia Menang di Pasar Sengit!
Rebut Kedaulatan Pangan: Bangkitkan Pangan Nusantara, Hentikan Impor!
Subsektor Tanaman Pangan Ambruk di Triwulan II-2025: Krisis Musiman atau Bom Waktu Ketahanan Pangan?
Beras Langka, Harga Meroket: Indonesia di Ujung Krisis Pangan 2025?
Beras Oplosan dan Musim Kemarau Ancam Krisis Pangan: Pemerintah Siap Hadapi Lonjakan Harga?
Mafia Pangan Menggila: Beras dan Gula Oplosan Kuasai Pasar Indonesia!
Industri Kemasan Makanan dan Minuman Indonesia: Kebal Resesi, Prospek Cerah
Gula Petani Tersisih: Lelang Sepi, Impor Ilegal dan Oplosan Kuasai Pasar!
Hapus Kelas Mutu Beras: Petani Dirugikan, Konsumen Terbebani, Oplosan Mengintai!
Harga Beras Meroket, SPHP Gagal Total: Stok Melimpah, Distribusi Amburadul!
Krisis Lapangan Kerja Indonesia: PHK Merajalela, Produktivitas Terpuruk, Solusi di Ujung Tanduk!
Beras Rp1,2 Juta per Karung: Warga Mahakam Ulu Menjerit di Tengah Krisis Kemarau
Data Pribadi Warga Indonesia: Apa Benar Dijual ke AS, Dilindungi atau Dikhianati?
Beras Melambung Lampaui HET: Apa Benar Petani Sejahtera, Rakyat Merana?
Tarif 19% ke AS: Kemenangan Diplomasi atau Jebakan Ekonomi bagi Indonesia?
Pelaku Beras Oplosan Subversi Ekonomi: Pengkhianatan Mutu yang Guncang Ketahanan Pangan!
Tarif Trump 32%: Indonesia di Ujung Tanduk atau Peluang Emas?
8,7 Juta Pekerja Masih Menanti BSU: Verifikasi Molor, Janji Pemerintah Terhambat!
Warteg Online: Nasi Orek Tempe UMKM vs. Menu Impor Shopee, Lazada, dan TikTok Shop
Rupiah Goyang, Defisit Melebar: APBN 2025 Tetap Santai kayak di Warteg!
IHSG Ngebut ke 7.300: Cuan di Pasar, Makan di Warteg Tetap Enak!
Gas 3 Kg Satu Harga: Warteg Tetap Ngegas, Harga Tabung Nggak Bikin Mewek!
Impor Longgar, Waralaba Ngacir: Ekonomi RI Siap Gebrak dari Warteg!
Gig Economy: Bekerja Bebas, Tapi Jangan Sampai ‘Bebas’ dari Perlindungan Seperti Warteg Tanpa Lauk!
Rupiah Goyang, Minyak Melayang: Warteg Tetap Jualan, Tapi Porsi Menciut!
Gula Manis di 2025: Warteg Senyum, Harga Tetap, Tapi Gula Ilegal Bikin Was-was!
TikTok Beli Tokopedia: KPPU Kasih PR Biar Gak Jadi ‘Raja Monopoli’ di Warteg Digital!
Dari Karyawan Kena PHK ke Ojol TikTok: Ngegas di Jalan, Ngevlog di Layar, Makan di Warteg!
Sawit Dunia Lagi Susah, Warteg Tetap Jualan Tempe dengan Percaya Diri!
Sawit Dijegal, Kedelai Meroket: Warteg Cuma Bisa Jual Telur Ceplok?
Sawit Susah Masuk Eropa, Warteg Tetap Jual Gorengan Tempe!
Warteg vs Nimbus: Orek Tempe Tetap Juara, Masker Jadi Pelengkap!
Beras Naik, Dompet Menjerit: Tarif AS, Krisis Jepang, dan Warteg Nusantara Ketar-Ketir!
Ekonomi RI 2025: Ngegas 5,2%, Rem Kepencet Jadi 4,7%, Warteg Tetap Jadi Penolong Daya Beli!
Data Pribadi Warga Indonesia: Apa Benar Dijual ke AS, Dilindungi atau Dikhianati?