• Jum. Feb 14th, 2025

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Purwanto Pemuda Gentan Sukses di Jakarta

ByAdmin

Nov 22, 2022
Sharing is caring

Purwanto yang juga biasa disapa Guntur bercerita kepada kowantaranews ketika ditemui di daerah tebet Jakarta Selatan, membuka percakapan di sore itu dengan cuaca yang gerimis  Orang tuanya bukan keluarga yang berada  hanya seorang petani tulen yang ingin anaknya bisa sekolah tinggi dan sukses adalah impian setiap orang tua kepada anaknya, berasal dari Desa Gentan, Kec. Gantiwarno, Klaten, Jawa Tengah. Menuju sekolahnya di Klaten di tempuh selama satu setengah jam saat pulang sekolah masih bantu orang tua nyangkul di sawah. Bahkan sampai kuliah masih ikut tanam cabe, tembakau, pokoknya Polowijo. ucapnya

Purwanto yang memulai pendidikannya di SDN Gentan 1 lulus tahun 1987 kemudian menempuh jenjang selanjutnya di SMPN 2 Wedi Klaten sewaktu di smp purwanto anak yang cerdas dibuktikan dengan juara 1(Satu) dari dua ratusan siswa saat itu dan lulus Tahun 1990, kemudian masuk STM Negeri 1 Klaten lulus Tahun 1993, terus tahun 94 kuliah di Universitas Gadjah Mada Fakultas Teknik DTM. Uang sakunya 10ribu untuk satu minggu dari orang tua, sehingga purwanto sering tidak masuk kuliah karena cari uang tambahan dan juga ikut kerja dengan anaknya ibu kos kerja kaca painting kerja sambil kuliah.

Purwanto lulus kuliah 9 Pebruari 1998, tahun 2000 nekat ikut seleksi TKI ke KORSEL, berhasil ikut seleksi dan bekerja di perusahaan anak cabangnya Hyundai bikin cetakan buat pengecoran sparepart mobil, th 2000-2005 di Namyakshok. Pulang ke (Indonesia) bulan November 2005.

Suatu ketika saat masih di korea Purwanto berkenalan dengan seorang gadis cantik asal Cilacap bernama Retno Sumarningsih, katanya ada cerita menarik tentang perkenalannya denga sang kekasihnya Retno, berkenalan oleh karena telpon nyasar dilanjutin dengan sosmed waktu itu messenger webcam  yang dikemudian hari menjadi istrinya dan menikah di tahun 2006 sambil tersenyum, tidak sampai disitu, pada saat bertemu pertama kali purwanto meminta Retno untuk menjemputnya di bandara soekarno Hatta, sampai salah orang, ketika saya selesai nelpon kok orang yang saya kira calon saya itu kok masih nelpon? itu disebabkan LDR hubungan jarak jauh selama 3 tahun hanya via telpon dengan senyum khasnya purwanto. Bertemu dengan Retno yang waktu itu bekerja di Hongkong.

Masih lanjut katanya Kalau dulu kita dapat modal kata orang tua untuk beli sawah dibelilah sawah saat itu dan sebagian lagi dananya buat beli kios di pasar Kramat Jati.

Saat di Korea minat untuk dagang belum ada, justeru berpikirnya masih ingin lanjut ngelamar kerja setibanya di Jakarta, Purwanto kaget dengan kemacetan yang ada, apalagi saya lihat kakak saya sendiri yang berangkat kerja jam 5 pagi pulang jam 8 malam purwanto membandingkan teman saudara yang ada di pasar induk Kramat jati kok sepertinya kerjanya santai, hidupnya juga pada mapan, itu sebabnya kepingin seperti mereka. Kurang lebih 2 tahun melihat mengamati sampai Purwanto memutuskan berdagang sendiri dimulai pada 20 Februari 2009. Dengan bermodalkan Rp.35Jt Pertama kali masih coba coba tetapi tidak disangka berjalan lancar mulai dari cabe 200 – 300kg, hingga sekarang dapat menjual 4-5 ton per hari,sebelum covid cabai kriting bisa sampai 7-8 ton, ujarnya  paman dan budenya lah yang saya anggap guru berdagang saya serta upaya untuk terus menjaga amanah dan kepercayaan hasilnya Alhamdulillah lancar, dan berkah. orang2 daerah banyak yang nelpon saya menawarkan sesuatu yang bisa saya jual, mereka dapat nomer hp saya dari teman atau sopir saya.

Dalam bertransaksi saya selalu memperjelas aturan bisnisnya, saya lebih suka ngomong pahit di depan daripada manis di depan dan pahit di belakang. Sehingga dikemudian hari tidak ada perselisihan antara teman atau mitra dagang kita.

Jadi saya usaha itu dibikin aman, nyaman, tenang yang penting jujur dan amanah. Barang dagangannya banyak berasal dari Temanggung, terus  Magelang, Sleman, Banjarnegara, Jawa Tengah ada dari daerah Kediri, Malang, Banyuwangi, bahkan dari Mataram NTB.

Foto Keluarga Purwanto

Kalau yang kirim barang orang Temanggung dan sekitarnya saya sudah tahu orangnya bahkan pernah mampir. Tapi kalau dari Malang, Kediri apalagi Mataram saya belum pernah bertemu dengan orangnya sama sekali.

Purwanto sangat mengenali karakter setiap cabe dari berbagai daerah. Sehingga tanpa diberitahu pun sudah tahu ini cabe kiriman dari daerah mana.

Cabe yang bagus itu kadar airnya tidak terlalu tinggi, kulitnya tebal dan warna kulitnya agak mengkilat. Jadi agak keras cabenya. Kalau cabe great A itu keluar Jawa 3-4 hari masih kuat. Ke Medan 4 hari, ke Padang 2 hari, ke Bangka 26  jam. Kita biasanya seminggu kirim 3 kali 4 kali. Setelah covid turunya drastis, paling sekarang kirim kisaran 2-3 ton….(Bersambung)

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *