Jakarta, Kowantaranews.com -Indonesia, sebagai raksasa agraris, menghadapi tantangan berulang dalam pengelolaan komoditas perkebunan strategis. Rancangan Undang-Undang (RUU) Komoditas Strategis hadir sebagai harapan baru untuk mengatasi masalah-masalah kronis, seperti kelangkaan minyak goreng, penutupan industri pengolahan kelapa, hingga gula petani yang tidak laku di pasaran. Namun, di tengah ekspektasi tinggi, muncul pertanyaan kritis: akankah RUU ini menjadi solusi jitu atau sekadar janji manis bagi petani?
RUU ini bertujuan memberikan payung hukum komprehensif untuk mengatur sepuluh komoditas strategis: cengkeh, kakao, karet, kelapa, kelapa sawit, kopi, sagu, tebu, teh, dan tembakau. Fokusnya adalah pengelolaan dari hulu hingga hilir untuk mendukung pembangunan sosial, ekonomi, dan lingkungan. Pemerintah menjanjikan perlakuan khusus, termasuk penetapan harga dasar, kebijakan pajak, pengaturan kebutuhan domestik dan ekspor, serta jaminan promosi dagang dan distribusi yang lancar. Untuk mewujudkannya, akan dibentuk Badan Komoditas Strategis yang langsung bertanggung jawab kepada Presiden, menjadi pusat koordinasi bagi seluruh pemangku kepentingan.
Masalah yang ingin diselesaikan oleh RUU ini bukan perkara ringan. Krisis minyak goreng pada 2021-2022 dan 2024-2025 menjadi sorotan utama, ketika harga melonjak meski Indonesia adalah produsen minyak kelapa sawit (CPO) terbesar dunia. Program seperti Minyakita dan Domestic Market Obligation (DMO) hanya menjadi solusi sementara. Di sektor kelapa, banyak industri pengolahan tutup pada akhir 2024 hingga Agustus 2025 karena kekurangan bahan baku, akibat penurunan produksi dan ekspor kelapa bulat yang masif. Sementara itu, petani tebu menghadapi kenyataan pahit: gula mereka tidak laku di lelang pada Juli-September 2025, diduga karena maraknya gula rafinasi dan impor ilegal. Karet, komoditas strategis lainnya, terancam konversi ke kebun sawit karena dianggap kurang menguntungkan, meski Indonesia adalah produsen karet terbesar kedua dunia.
Harapan dari RUU ini sangat besar. UU ini dianggap sejalan dengan program hilirisasi 13 komoditas yang digencarkan Kementerian Pertanian, menjanjikan solusi jangka panjang untuk stabilisasi pasokan dan harga, pengendalian distorsi pasar, serta peningkatan nilai tambah melalui hilirisasi. Namun, tantangan tak kalah pelik. Sementara RUU masih dibahas, masalah mendesak seperti kelangkaan kelapa dan gula petani yang tidak laku menuntut solusi jangka pendek yang cepat dan efektif. Koordinasi antarinstansi yang seringkali lemah juga menjadi ancaman bagi implementasi RUU ini.
Swasembada Beras 2025: Kemenangan di Gudang, Penderitaan di Meja Makan?
Keberhasilan RUU Komoditas Strategis akan diuji oleh kemampuannya menjawab tantangan nyata di lapangan. Badan Komoditas Strategis diharapkan mampu mengintegrasikan kebijakan, mencegah praktik ilegal seperti impor gula, dan memastikan kesejahteraan petani. Tanpa implementasi yang kuat, regulasi ini berisiko menjadi janji kosong. Petani, sebagai tulang punggung sektor perkebunan, menanti bukti nyata bahwa RUU ini bukan hanya wacana, tetapi solusi yang benar-benar mengubah nasib mereka. Akankah RUU ini menjadi tonggak sejarah atau sekadar dokumen di atas kertas? Waktu akan menjawab. By Mukroni
Swasembada Beras 2025: Kemenangan di Gudang, Penderitaan di Meja Makan?
Beras Melambung, Ekonomi Merosot: Mengungkap Paradoks Inflasi di Tengah Deflasi Nasional
Distribusi Beras Murah di Jawa Barat: Janji Manis Pemerintah vs Kekecewaan Warga
Paradoks SPHP: Beras Berlimpah, Harga Melambung, Distribusi Ambruk ?
Gaji DPR Ratusan Juta, Rakyat Memulung: Kesenjangan Ekonomi yang Menyengat di Indonesia
Kelas Menengah Atas Kuasai Konsumsi, Ekonomi Indonesia Stagnan di 5%: Siapa Peduli pada Kelas Bawah?
IKN: Kota Impian Jokowi Jadi Kota Hantu Prabowo?
Revolusi UMKM Kuliner: Rahasia Menang di Pasar Sengit!
Rebut Kedaulatan Pangan: Bangkitkan Pangan Nusantara, Hentikan Impor!
Subsektor Tanaman Pangan Ambruk di Triwulan II-2025: Krisis Musiman atau Bom Waktu Ketahanan Pangan?
Beras Langka, Harga Meroket: Indonesia di Ujung Krisis Pangan 2025?
Beras Oplosan dan Musim Kemarau Ancam Krisis Pangan: Pemerintah Siap Hadapi Lonjakan Harga?
Mafia Pangan Menggila: Beras dan Gula Oplosan Kuasai Pasar Indonesia!
Industri Kemasan Makanan dan Minuman Indonesia: Kebal Resesi, Prospek Cerah
Gula Petani Tersisih: Lelang Sepi, Impor Ilegal dan Oplosan Kuasai Pasar!
Hapus Kelas Mutu Beras: Petani Dirugikan, Konsumen Terbebani, Oplosan Mengintai!
Harga Beras Meroket, SPHP Gagal Total: Stok Melimpah, Distribusi Amburadul!
Krisis Lapangan Kerja Indonesia: PHK Merajalela, Produktivitas Terpuruk, Solusi di Ujung Tanduk!
Beras Rp1,2 Juta per Karung: Warga Mahakam Ulu Menjerit di Tengah Krisis Kemarau
Data Pribadi Warga Indonesia: Apa Benar Dijual ke AS, Dilindungi atau Dikhianati?
Beras Melambung Lampaui HET: Apa Benar Petani Sejahtera, Rakyat Merana?
Tarif 19% ke AS: Kemenangan Diplomasi atau Jebakan Ekonomi bagi Indonesia?
Pelaku Beras Oplosan Subversi Ekonomi: Pengkhianatan Mutu yang Guncang Ketahanan Pangan!
Tarif Trump 32%: Indonesia di Ujung Tanduk atau Peluang Emas?
8,7 Juta Pekerja Masih Menanti BSU: Verifikasi Molor, Janji Pemerintah Terhambat!
Warteg Online: Nasi Orek Tempe UMKM vs. Menu Impor Shopee, Lazada, dan TikTok Shop
Rupiah Goyang, Defisit Melebar: APBN 2025 Tetap Santai kayak di Warteg!
IHSG Ngebut ke 7.300: Cuan di Pasar, Makan di Warteg Tetap Enak!
Gas 3 Kg Satu Harga: Warteg Tetap Ngegas, Harga Tabung Nggak Bikin Mewek!
Impor Longgar, Waralaba Ngacir: Ekonomi RI Siap Gebrak dari Warteg!
Gig Economy: Bekerja Bebas, Tapi Jangan Sampai ‘Bebas’ dari Perlindungan Seperti Warteg Tanpa Lauk!
Rupiah Goyang, Minyak Melayang: Warteg Tetap Jualan, Tapi Porsi Menciut!
Gula Manis di 2025: Warteg Senyum, Harga Tetap, Tapi Gula Ilegal Bikin Was-was!
TikTok Beli Tokopedia: KPPU Kasih PR Biar Gak Jadi ‘Raja Monopoli’ di Warteg Digital!
Dari Karyawan Kena PHK ke Ojol TikTok: Ngegas di Jalan, Ngevlog di Layar, Makan di Warteg!
Sawit Dunia Lagi Susah, Warteg Tetap Jualan Tempe dengan Percaya Diri!
Sawit Dijegal, Kedelai Meroket: Warteg Cuma Bisa Jual Telur Ceplok?
Sawit Susah Masuk Eropa, Warteg Tetap Jual Gorengan Tempe!
Warteg vs Nimbus: Orek Tempe Tetap Juara, Masker Jadi Pelengkap!
Beras Naik, Dompet Menjerit: Tarif AS, Krisis Jepang, dan Warteg Nusantara Ketar-Ketir!
Ekonomi RI 2025: Ngegas 5,2%, Rem Kepencet Jadi 4,7%, Warteg Tetap Jadi Penolong Daya Beli!
Data Pribadi Warga Indonesia: Apa Benar Dijual ke AS, Dilindungi atau Dikhianati?