Jakarta, Kowantaranews.com -Tidak sedikit individu-individu dan organisasi sipil Yahudi yang sebenarnya mendukung hak-hak Palestina dan berjuang untuk mewujudkan persamaan hak dan hukum di wilayah pendudukan Israel.
Salah satu contohnya adalah organisasi hak asasi manusia B’Tselem, yang didirikan pada tahun 1989 oleh sekelompok aktivis Yahudi di Israel. Organisasi ini memfokuskan pada hak asasi manusia rakyat Palestina yang tinggal di Tepi Barat dan Jalur Gaza, serta menyoroti pelanggaran hak asasi manusia oleh pemerintah Israel dan militer di wilayah tersebut.
Selain B’Tselem, ada juga organisasi seperti Combatants for Peace, yang terdiri dari mantan tentara Israel dan mantan pejuang Palestina yang berjuang bersama untuk perdamaian dan persamaan hak di Israel dan Palestina, selain itu ada
Breaking the Silence: Breaking the Silence adalah kelompok veteran Tentara Pertahanan Israel (IDF) yang berupaya memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina dan menentang kebijakan Israel di wilayah Palestina. Mereka berupaya untuk mengungkap kebenaran tentang tindakan militer Israel di wilayah Palestina dan memperjuangkan perdamaian dan keadilan bagi rakyat Palestina.
Jewish Voice for Peace (JVP): JVP merupakan organisasi Yahudi terbesar di Amerika Serikat yang berupaya memperjuangkan hak-hak Palestina. Mereka memperjuangkan solusi dua negara yang adil dan damai serta menentang kebijakan Israel yang merugikan rakyat Palestina.
Jewish Women’s Archive – sebuah organisasi yang berbasis di Amerika Serikat yang bertujuan untuk mempromosikan keadilan sosial dan kesetaraan gender di seluruh dunia, termasuk dukungan untuk hak sipil Palestina.
Rabbis for Human Rights: Rabbis for Human Rights adalah kelompok rabbi Yahudi yang berupaya memperjuangkan hak asasi manusia dan keadilan bagi rakyat Palestina. Mereka menyediakan bantuan hukum bagi rakyat Palestina yang terkena dampak kebijakan Israel dan berupaya untuk mempromosikan dialog antara Yahudi dan Palestina.
Individu-individi Yahudi pendukung Arab Palestina
Terdapat juga individu-individu Yahudi seperti Avraham Burg, mantan Ketua Knesset (parlemen Israel), yang telah menjadi kritikus tajam terhadap kebijakan Israel terhadap rakyat Palestina dan memperjuangkan hak-hak mereka. Ada pula seorang aktivis bernama Rabbi Arik Ascherman, pendiri organisasi Rabbis for Human Rights, yang berjuang untuk hak asasi manusia dan persamaan hak di Israel dan Palestina.
Deretan lainnya :
Noam Chomsky – ahli linguistik dan aktivis politik Amerika Serikat yang menjadi suara terkemuka dalam dukungan terhadap hak sipil Palestina.
Norman Finkelstein – seorang ahli sejarah dan penulis Amerika Serikat yang telah menulis banyak buku tentang konflik Israel-Palestina dan mendukung hak sipil Palestina.
Rabbi Michael Lerner – seorang rabbi Yahudi dan pendiri Tikkun Magazine, sebuah publikasi yang menekankan pentingnya keadilan sosial dan perdamaian di Israel-Palestina.
Ilan Pappé – seorang sejarawan dan penulis Israel yang telah menulis banyak buku tentang konflik Israel-Palestina dan menjadi suara terkemuka dalam dukungan terhadap hak sipil Palestina.
Sarah Silverman – seorang pelawak dan aktivis politik Amerika Serikat yang telah membicarakan dukungannya terhadap hak sipil Palestina di media sosial dan wawancara.
Eve Ensler – seorang penulis dan aktivis politik Amerika Serikat yang terkenal karena karyanya, The Vagina Monologues, dan telah menjadi suara terkemuka dalam dukungan terhadap hak sipil Palestina.
Bernie Sanders – seorang politisi dan mantan calon presiden Amerika Serikat yang menyatakan dukungannya terhadap hak sipil Palestina dan menyerukan keadilan bagi rakyat Palestina.
Peter Beinart – seorang penulis dan jurnalis Amerika Serikat yang telah menulis banyak artikel tentang konflik Israel-Palestina dan mendukung hak sipil Palestina.
Miko Peled – seorang aktivis perdamaian dan penulis buku asal Israel yang dikenal karena kampanye dan karyanya yang kritis terhadap kebijakan Israel terhadap Palestina. Ia lahir pada tahun 1961 di Yerusalem dan merupakan putra dari seorang jenderal Israel yang terkenal, Matti Peled pernah bertugas di Angkatan Darat Israel, namun kemudian menjadi kritis terhadap kebijakan militer Israel terhadap rakyat Palestina.
Miko Peled telah menulis beberapa buku tentang konflik Israel-Palestina, termasuk “The General’s Son: Journey of an Israeli in Palestine” (2012) yang menjadi buku terkenalnya. Ia juga sering memberikan pidato dan wawancara untuk menyuarakan pandangannya tentang konflik tersebut dan mempromosikan perdamaian dan kesetaraan antara Israel dan Palestina.

Cendekiawan Muslim Berdarah Yahudi Muhammad Asad Pembela Arab Palestina
Muhammad Asad atau Leopold Weiss (23 Juli 1900 – 20 Februari 1992) adalah seorang cendekiawan muslim, mantan Duta Besar Pakistan untuk Perserikatan Bangsa Bangsa, dan penulis beberapa buku tentang Islam termasuk salah satu tafsir Al Qur’an modern yakni The Message of the Qur’an.
Muhammad Asad terlahir sebagai Leopold Weiss pada tahun 1900 di kota Lemberg, saat itu bagian dari Kekaisaran Austria-Hongaria(sekarang bernama Lviv dan terletak di Ukraina) dalam lingkungan keluarga Yahudi. Keluarganya secara turun-temurun adalah rabbi (pemuka agama Yahudi) kecuali ayahnya yang menjadi seorang pengacara. Pendidikan agama yang ia enyam selama masa kecil hingga mudanya menjadikan ia familiar dengan bahasa Aram, Kitab Perjanjian Lama serta teks-teks maupun tafsir dari Talmud, Mishna, Gemara dan Targum.
Pada usia 14 tahun ia lari dari rumah untuk bergabung dengan tentara Austria dalam Perang Dunia Pertama. Pada usia 19 tahun, ia meninggalkan studinya di bidang Filsafat dan Sejarah Seni, kemudian menjadi asisten perintis film, Dr. Murnau, dan genius di bidang teater, Max Reinhardt,di Berlin. Tahun 1922, ia menjadi reporter harian Frankfurter Zeitung (sebuah harian terkemuka di Jerman), dan kemudian menjadi korespondennya untuk negara Timur Dekat.
Tahun 1926, berkat kesan mendalam dari hasil pengembaraannya di negara-negara Islam Timur Tengah (terekam dalam salah satunya bukunya “Road to Mecca”) ia memeluk Islam. Ia lantas mengatakan mengenai Islam:” Dalam pandangan saya, Islam terlihat seperti sebuah hasil arsitektur yang sempurna. Semua elemen didalamnya secara harmonis dalam saling melengkapi dan mendukung; tidak ada yang berlebihan dan tidak ada yang kurang; hasilnya adalah sebuah struktur dengan keseimbangan sempurna dan komposisi yang kuat.” Ia mengembara dan menyaksikan dengan kepala sendiri beberapa pergerakan pembebasan yang muncul pada awal abad 20 untuk membebaskan daerah Islam dari kaum kolonial. Ia berkunjung ke India di mana ia berjumpa dan bekerjasama dengan Muhammad Iqbal, filsuf dan penyair yang menginspirasikan lahirnya negara Pakistan. Bahkan ia menjadi Duta Besar Pakistan pertama untuk PBB. Mendekati akhir hayatnya ia kemudian pindah ke Spanyol dan hidup disana bersama istri ke-empatnya Paola Hameeda Asad hingga wafatnya.
Asad menulis beberapa buku, salah satu yang terkenal adalah Road To Mecca, di mana ia menceritakan pengembaraannya dalam daerah Islam dan bagaimana ia kemudian memeluk Islam, juga beberapa pemikirannya tentang pergerakan Zionis. Ia juga menulis The Message of the Qur’an, terjemahan yang dia lengkapi dengan tafsir singkat berdasarkan pengetahuannya dalam bahasa arab klasik dan tafsir-tafsir klasik. Tafsir tersebut diakui sebagai salah satu terjemahan terbaik Al Qur’an dalam bahasa Inggris walaupun dikritik oleh beberapa aliran tradisional seperti Mu’tazilah. Ia juga menulis terjemahan dan komentar terhadap kitab Sahih Bukhari, salah satu kitab koleksi hadits terkemuka.
Pembela Arab Palestina
Di beberapa kasus, Asad sempat menentang eks Presiden Israel Chaim Weizmann. Ia meminta Weizmann menjelaskan mengapa Yahudi bisa mengklaim lebih banyak hak-hak daripada Arab Palestina yang lebih lama hidup di kawasan itu, demikian dikutip TRT World.
Kedekatan Assad dengan Palestina tak hanya sampai di situ. Ia pernah memiliki kawan berkebangsaan Palestina yang tewas karena menentang Zionis.
Beberapa tahun kemudian, ia berjanji bakal terus membela Palestina saat Israel mencoba mengambil alih Yerusalem. Israel ingin merebut Yerusalem dan menjadikannya sebagai ibu kota.
Assad lalu menulis artikel soal bagaimana Islam memandang Yerusalem sebagai Kota Suci untuk semua agama, bukan hanya untuk Yahudi.
Anak pengacara ternama itu kemudian melakukan perjalan ke Yordania, Mesir, dan Arab Saudi.
Pemikiran
Peradaban Barat
Muhammad Asad mengemukakan bahwa peradaban Barat pada era modern hanya mengakui urusan manusia yang berkaitan dengan ekonomi, sosial, dan kebangsaan. Asad berpendapat bahwa tuhan dari peradaban Barat bukanlah kebahagiaan spritiual, melainkan kenikmatan duniawi. Menurutnya, peradaban Barat di era modern hanya merupakan warisan dari peradaban Romawi Kuno yang materialistik. Di sisi lain, Asad berpendapat bahwa agama Kristen hanya memberikan sumbangsih yang kecil bagi terbentuknya peradaban Barat. Kecilnya pengaruh ini karena peradaban Barat bersifat tidak mementingkan agama.
Sumber wikipedia
Foto islam.in.ua
- Berita Terkait
Ternyata Seorang Yahudi Bahira yang Pertama Kali Melihat Tanda-Tanda Kenabian Muhammad SAW
Inilah Peringatan Vatikan !, : “Israel Tidak Boleh Klaim Wilayah Berdasarkan Alkitab”
Ternyata Bukan Palestina yang Ditawarkan Proposal Pembentukan Negara Zionis, Tetapi Uganda di Afrika
Kekerasan & Mempertanyakan Keaslian Kitab Suci Kaum Yahudi
Ternyata Nama Kabupaten Sleman Asal Muasal dari Nama Kabupaten Sulaiman
Ternyata Peninggalan Benda Pusaka Majapahit Tersimpan di Musium Amerika Serikat
Sejarah dan Karakteristik Java Orange yang Tumbuh Subur di Negeri Palestina
Siapa Dr. Fadel Al-Rubaie ?, Pengarang Buku “Al-Quds Bukan Yerusalem”
Siapa Ibnu Khaldun ?, Tulisannya di Kitab Tarikh : “Bani Jawa” Pernah Menghuni Negeri Palestina
Ternyata ! Bahasa Jawa & Indonesia Masuk 15 Bahasa Yang Banyak Ditutur
Wow Keren Ada Beasiswa Dari Universitas Bergengsi Inggris Oxford Untuk Pelajar Indonesia
Bahas hubungan FIR dan Keamanan Maritim, Kabakamla RI Beri Kuliah Umum di UNPAD
Layangkan SP2, Kemenag Minta Penggarap Lahan Kampus UIII Keluar
Kemendikbudristek Gelar Festival Literasi Siswa Indonesia 2022
Pentingnya Manajemen Media Sosial Pada Keluarga Dengan Anak Usia Dini