• Jum. Des 6th, 2024

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Malam Orkestra Gratis di Bawah Langit Kota Tua: Sebuah Perayaan Harmoni Kemerdekaan

ByAdmin

Agu 11, 2024
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com -Pada Sabtu malam, tanggal 10 Agustus 2024, kawasan bersejarah Kota Tua, Jakarta, menjadi saksi sebuah perayaan yang begitu istimewa. Di bawah langit malam yang mulai gelap, ribuan orang dari berbagai kalangan berkumpul di pelataran Taman Fatahillah, sebuah lokasi yang menyimpan jejak panjang sejarah Jakarta. Mereka datang bukan hanya untuk menikmati suasana klasik Kota Tua, tetapi juga untuk menyaksikan sebuah konser yang berbeda dari biasanya—Konser Kemerdekaan oleh Gita Bahana Nusantara (GBN). Konser ini menjadi sorotan, bukan hanya karena keindahan musik yang disajikan, tetapi juga karena aksesibilitasnya yang luar biasa: sebuah orkestra yang sering dianggap sebagai musik untuk kalangan elite, kali ini dapat dinikmati oleh siapa saja tanpa dipungut biaya sepeser pun.

Kota Tua, dengan arsitektur kolonialnya yang megah, menjadi latar belakang sempurna untuk sebuah konser yang merayakan keberagaman budaya Indonesia. Ribuan pengunjung duduk lesehan di lantai batu pelataran Taman Fatahillah, saling berdesakan untuk mendapatkan posisi terbaik. Meskipun konser baru akan dimulai dalam satu jam, area ini sudah dipenuhi oleh antusiasme ribuan penonton yang tidak ingin melewatkan momen istimewa ini. Tidak ada tiket yang perlu dibeli, yang ada hanya semangat dan ketekunan untuk datang lebih awal agar bisa mendapatkan tempat di barisan terdepan.

Ketika pagar pembatas menuju panggung dibuka, hanya dalam hitungan detik, area depan panggung langsung penuh. Tepuk tangan dan sorak sorai menyambut kehadiran 191 anggota Gita Bahana Nusantara 2024 yang menaiki panggung. Penonton, yang terdiri dari masyarakat dengan latar belakang berbeda, mulai memanggil nama teman atau kerabat yang menjadi bagian dari tim GBN. Namun, keramaian tersebut seketika berubah menjadi hening saat pembawa acara mengumumkan bahwa konser akan segera dimulai dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Sebuah momen yang sakral, di mana ribuan suara bersatu menyanyikan lagu kebangsaan, menandai dimulainya konser yang akan membawakan pesan kebanggaan dan persatuan.

Konser malam itu dibagi menjadi empat sesi, masing-masing membawa nuansa dan warna musik yang berbeda. Sesi pertama dibuka dengan tiga lagu yang bercorak nasionalis, mengusung tema cinta tanah air dan semangat kemerdekaan. Lagu “Negeriku,” yang dipopulerkan oleh Chrisye, mengawali konser dengan elegan. Alunan nada panjang dan harmoni yang indah menciptakan suasana yang syahdu, membangkitkan rasa bangga dan cinta terhadap negeri ini. Tepuk tangan penonton semakin riuh ketika lagu “Hari Merdeka” karya H. Mutahar dinyanyikan. Lagu ini, dengan liriknya yang penuh semangat, seolah memompa semangat nasionalisme di tengah penonton. Ditambah lagi, gerakan tangan para anggota paduan suara yang memegang bendera Merah Putih, menambah kesan patriotik yang kuat. Sesi pertama ini ditutup dengan lagu “Kalimantan” ciptaan Guruh Soekarnoputra, yang dibawakan dengan begitu membahana, membuat penonton terhanyut dalam irama yang penuh energi.

Sesi kedua dari konser ini membawa suasana yang lebih modern dan kekinian. Tiga lagu yang dibawakan dalam sesi ini adalah “Manusia Kuat” dari Tulus, “Melompat Lebih Tinggi” dari Sheila On 7, dan “Elok Indonesiaku” yang dipopulerkan oleh Audrey Zhaninbita Nareswari. Penampilan Keisya Levronka, penyanyi muda yang tengah naik daun, berhasil memukau penonton dengan membawakan lagu “Elok Indonesiaku.” Penampilan ini terasa sangat relevan dengan generasi muda, memperlihatkan bagaimana musik orkestra bisa beradaptasi dengan selera musik modern tanpa kehilangan esensi budayanya.

Nuansa berbeda kembali hadir di sesi ketiga, yang menampilkan kombinasi tiga lagu yang tidak kalah istimewa. Lagu “Candra Buana” karya Ismail Marzuki, “Lenggang Puspita” ciptaan Guruh Soekarnoputra, dan “Asmalibrasi” dari Soegi Bornean, menciptakan komposisi yang penuh warna. Setiap lagu membawa penonton melalui perjalanan emosional yang berbeda, mulai dari melankolis hingga penuh semangat, menunjukkan betapa kaya dan beragamnya musik Indonesia.

Baca juga : Adidas Minta Maaf kepada Bella Hadid Setelah Iklan Memicu Kontroversi dengan Pendukung Israel

Baca juga : Adidas Dihujani Kritik Usai Menarik Iklan Bella Hadid Karena Desakan Pro-Israel

Baca juga : Ucapan Terima Kasih dan Penghormatan dari Angelina Jolie untuk Anak-Anak dan Perempuan yang Menderita

Sesi keempat sekaligus menjadi penutup konser malam itu, menampilkan medley dari tujuh lagu daerah yang diaransemen dengan sangat apik. Lagu-lagu seperti “Indung-indung,” “Tutu Koda,” “Bindhe Biluhuta,” “Sang Bumi Ruwa Jurai,” “Lir Sa’alir,” “E Mambo Simbo,” dan “O, Ulate” dibawakan dalam satu rangkaian medley yang seakan mengajak penonton menjelajah keindahan dan keragaman budaya Indonesia. Dengan latar belakang Kota Tua yang sarat sejarah, penampilan ini terasa sangat istimewa, seolah membawa penonton untuk merasakan keindahan setiap sudut Indonesia dalam satu malam.

Malam itu bukan hanya menjadi hiburan semata, tetapi juga sebuah momen refleksi tentang kekayaan budaya Indonesia. Eriyanto, seorang warga Jakarta Selatan yang baru pertama kali menonton musik orkestra secara langsung, mengaku terkesan dengan suasana yang tercipta. “Selama ini cuma bisa nonton di televisi dan YouTube. Ternyata nonton langsung itu nuansanya beda. Ini momen yang berkesan. Musik mahal, tapi murah meriah,” ujarnya. Pernyataan ini mencerminkan bagaimana konser orkestra yang biasanya dianggap eksklusif, kali ini mampu dihadirkan secara gratis dan dinikmati oleh semua kalangan.

Irini Dewi Wanti, Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), menyampaikan apresiasinya terhadap antusiasme masyarakat yang tinggi, terutama dari generasi muda. Menurutnya, konser ini membuktikan bahwa orkestra bukanlah sesuatu yang eksklusif, melainkan sebuah bentuk seni yang bisa dinikmati oleh semua orang. “Kami melihat antusias masyarakat, terutama generasi muda, menyaksikan konser GBN di ruang publik. Konser ini menghadirkan bahwa orkestra bukan sesuatu yang eksklusif, tetapi bisa disaksikan dan dinikmati semua kalangan,” ucapnya. Ia juga menambahkan bahwa GBN adalah sebuah contoh nyata bagaimana seni bisa menjadi jembatan yang menyatukan berbagai latar belakang budaya di Indonesia.

Konser malam itu merupakan penampilan kedua GBN di ruang publik setelah kesuksesan tahun lalu di tempat yang sama. Namun, bagi sebagian besar penonton, ini adalah kali pertama mereka menyaksikan GBN secara langsung. Tim GBN 2024, yang terdiri dari 121 anggota paduan suara dan 70 anggota orkestra, dipilih dari 33 provinsi di Indonesia, dengan anggota yang berusia antara 16 hingga 23 tahun. Keberagaman latar belakang para anggotanya menjadi kekuatan utama dalam menyajikan harmoni yang menyentuh hati.

Syukur Asih Suprojo, Ketua Panitia GBN 2024, menyatakan kebanggaannya terhadap penampilan malam itu. Menurutnya, konser ini bukan hanya tentang menampilkan musik yang indah, tetapi juga tentang menyampaikan pesan-pesan kebangsaan dan semangat persatuan yang relevan dengan dunia anak muda saat ini. “Maunya menghadirkan semangat yang relate dengan anak muda, baik dalam lagu maupun pesan. Dan, ternyata respons penonton sangat baik,” ujarnya.

Konduktor GBN 2024, Eki Satria, juga mengungkapkan kepuasannya terhadap penampilan malam itu. Ia menyadari bahwa tantangan terbesar dalam membangun ikatan emosional dan kekompakan di antara para anggota GBN adalah keberagaman mereka, baik dari segi daerah asal maupun kemampuan bermusik. Namun, antusiasme masyarakat yang menyaksikan konser ini menjadi bukti bahwa seni dan musik memang milik semua orang, tidak terbatas oleh status sosial atau latar belakang apapun. “Pada dasarnya, seni itu bebas. Justru ini yang harus kita gaungkan. Seni tidak perlu dikotak-kotakkan. Musik milik kita semua,” katanya.

Malam itu berakhir dengan penuh kesan, meninggalkan jejak mendalam di hati setiap penonton yang hadir. Di tengah kemegahan arsitektur Kota Tua, konser Gita Bahana Nusantara berhasil menyatukan suara-suara dari berbagai pelosok Indonesia dalam sebuah harmoni yang indah. Ini bukan hanya sekedar konser musik, tetapi sebuah perayaan atas keberagaman dan persatuan yang menjadi fondasi utama bangsa Indonesia. Dengan semangat kemerdekaan yang terasa kental, konser malam itu menjadi pengingat akan pentingnya menjaga dan merayakan kekayaan budaya yang dimiliki oleh negeri ini. Sebuah malam yang akan selalu dikenang, di mana musik “mahal” hadir dalam kemasan yang “murah meriah,” namun tetap sarat makna dan penuh keindahan. *Mukroni

Foto Kompas

  • Berita Terkait :

Adidas Minta Maaf kepada Bella Hadid Setelah Iklan Memicu Kontroversi dengan Pendukung Israel

Adidas Dihujani Kritik Usai Menarik Iklan Bella Hadid Karena Desakan Pro-Israel

Ucapan Terima Kasih dan Penghormatan dari Angelina Jolie untuk Anak-Anak dan Perempuan yang Menderita

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *