Jakarta, Kowantaranews.com -Angelina Jolie, seorang aktivis kemanusiaan dan duta besar untuk berbagai organisasi hak asasi manusia, baru-baru ini menyampaikan ucapan terima kasih dan penghormatan yang tulus kepada semua anak-anak dan perempuan yang menderita di berbagai belahan dunia. Dalam pernyataannya, Jolie menyoroti penderitaan yang dialami oleh mereka yang berada di bawah bayang-bayang konflik, kekerasan, dan ketidakadilan. Pesan ini sangat relevan mengingat situasi yang terjadi saat ini, khususnya di wilayah-wilayah yang dilanda perang dan krisis kemanusiaan.
“Kepada semua anak-anak yang ketakutan dan menderita pada saat ini, saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Undang-undang ini sudah terlambat dikeluarkan,” kata Jolie, merujuk pada berbagai kebijakan perlindungan anak yang sering kali datang terlambat. Anak-anak yang hidup di daerah konflik mengalami ketakutan dan penderitaan yang tidak terbayangkan. Mereka adalah korban dari kekerasan yang tidak mereka pahami dan sering kali harus menghadapi kenyataan pahit tanpa bantuan atau dukungan yang memadai.
Jolie juga menyoroti penderitaan yang dialami oleh para perempuan. “Kepada para perempuan yang telah menderita karena sistem ini, dengan sedikit atau tanpa dukungan, mereka masih memikul rasa sakit dan trauma dari pelecehan yang mereka alami,” ujarnya. Perempuan di banyak bagian dunia sering kali menjadi korban kekerasan dan pelecehan, dan sistem yang ada tidak selalu memberikan perlindungan yang mereka butuhkan. Meskipun begitu, banyak dari mereka yang terus berjuang dan menunjukkan ketangguhan luar biasa.
Para pemuda yang selamat dari pelecehan juga mendapat perhatian khusus dari Jolie. “Para pemuda yang selamat dari pelecehan dan menjadi lebih kuat bukan karena sistem perlindungan anak namun meskipun demikian,” katanya. Pemuda-pemuda ini telah melalui trauma yang mendalam, namun mereka menunjukkan keberanian dan ketabahan yang luar biasa. Mereka adalah simbol harapan dan kekuatan manusia untuk bertahan dan bangkit kembali, meskipun sistem yang ada sering kali gagal melindungi mereka.
Dengan hati yang berat, Jolie mengenang perempuan serta anak-anak yang telah meninggal akibat kekerasan dan pelecehan. “Perempuan serta anak-anak yang telah meninggal, saya melihat kalian dan tidak bisa melupakan kalian,” katanya dengan penuh emosi. Kehidupan mereka mungkin telah berakhir, tetapi semangat dan perjuangan mereka tetap hidup dalam hati kita. Kita harus memastikan bahwa pengorbanan mereka tidak sia-sia dan terus berjuang untuk keadilan dan perubah
Baca juga : Slovenia Mendukung Pengakuan Negara Palestina, Mengajukan ke Parlemen untuk Persetujuan
Baca juga : Genosida Gaza: Tiongkok Menyerukan Gencatan Senjata Mendesak, Kolombia Mendesak PBB Kirim Pasukan Perdamaian
Pernyataan ini datang pada saat yang sangat relevan, mengingat keputusan pemerintah Slovenia yang baru-baru ini mendukung pengakuan negara Palestina dan mengajukan mosi tersebut ke parlemen untuk mendapatkan persetujuan resmi. Langkah ini dipimpin oleh Perdana Menteri Robert Golob yang menekankan bahwa keputusan ini adalah langkah menuju perdamaian melalui solusi dua negara. “Keputusan ini tidak ditujukan terhadap siapa pun, bahkan Israel, tetapi ini adalah pesan perdamaian,” kata Golob saat bendera Palestina dikibarkan di kantor pusat pemerintah di Ljubljana, ibu kota Slovenia.
Namun, keputusan ini mendapat reaksi keras dari Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, yang berharap bahwa parlemen Slovenia akan menolak keputusan pemerintah tersebut. Katz menyatakan bahwa keputusan ini memberikan imbalan kepada Hamas atas tindakan kekerasan yang mereka lakukan dan memperkuat poros kejahatan Iran. Ia juga menambahkan bahwa keputusan ini merusak hubungan erat antara rakyat Slovenia dan Israel.
Persetujuan parlemen diperlukan agar langkah ini dapat diterapkan. Koalisi liberal yang dipimpin oleh Golob memiliki mayoritas di majelis yang beranggotakan 90 orang, sehingga pemungutan suara diharapkan hanya menjadi formalitas. Namun, keputusan ini tetap menjadi sorotan internasional, terutama mengingat konteks geopolitik yang lebih luas dan dampaknya terhadap hubungan diplomatik Slovenia dengan Israel dan negara-negara lainnya.
Keputusan pemerintah Slovenia ini diambil hanya dua hari setelah Spanyol, Norwegia, dan Irlandia secara resmi mengakui negara Palestina, sebuah tindakan yang dikutuk oleh Israel. Langkah ini juga mengikuti pengakuan negara Palestina oleh lebih dari 140 negara di dunia, yang mencakup lebih dari dua pertiga negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Dengan langkah ini, Slovenia akan menjadi anggota ke-10 dari 27 negara Uni Eropa yang secara resmi mengakui negara Palestina. Norwegia, meskipun bukan anggota Uni Eropa, memiliki kebijakan luar negeri yang sering kali sejalan dengan blok tersebut. Spanyol baru-baru ini menjadi tuan rumah pertemuan Menteri Luar Negeri Komite Negara-negara Arab dan Islam untuk Gaza, sehari setelah Spanyol, Norwegia, dan Irlandia secara resmi mengakui negara Palestina.
Pengakuan negara Palestina oleh Slovenia pertama kali dimulai pada awal Mei, namun tertunda karena situasi perang yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas di Gaza. Golob mengatakan pekan ini bahwa dia mempercepat proses tersebut sebagai reaksi terhadap serangan terbaru Israel di Rafah, yang telah menyebabkan lebih dari 1 juta warga Palestina mengungsi.
Serangan yang dilancarkan oleh Israel di Rafah, Gaza selatan, telah memicu reaksi internasional yang signifikan. Israel mengklaim serangan tersebut sebagai balasan atas serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober, di mana militan menyerbu perbatasan Gaza ke Israel, menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang. Serangan udara dan darat Israel sejak saat itu telah menewaskan lebih dari 36.000 warga Palestina, menurut Kementerian Kesehatan Gaza, yang tidak membedakan antara kombatan dan warga sipil.
Pengakuan negara Palestina oleh Slovenia dan negara-negara Eropa lainnya telah menyebabkan hubungan antara Uni Eropa dan Israel memburuk. Spanyol dan Irlandia telah mendorong Uni Eropa untuk mengambil tindakan terhadap Israel atas serangan yang terus berlanjut terhadap Rafah di Gaza selatan. Tindakan ini mencerminkan peningkatan ketegangan diplomatik dan tekanan internasional terhadap Israel untuk menghentikan operasi militernya di Gaza.
Langkah Slovenia juga mendapat dukungan dari berbagai organisasi dan tokoh internasional yang mendukung solusi dua negara sebagai jalan terbaik untuk mencapai perdamaian di Timur Tengah. Para pendukung ini berargumen bahwa pengakuan negara Palestina merupakan langkah penting menuju penyelesaian konflik yang telah berlangsung selama beberapa dekade dan memberikan harapan bagi rakyat Palestina untuk mendapatkan kemerdekaan dan kedaulatan penuh.
Di sisi lain, para penentang pengakuan negara Palestina berpendapat bahwa langkah ini hanya akan memperburuk situasi dan mendorong kelompok-kelompok militan seperti Hamas untuk terus melakukan kekerasan. Mereka juga berpendapat bahwa pengakuan sepihak ini mengabaikan proses perdamaian yang sedang berlangsung dan tidak memberikan insentif bagi kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan yang adil dan abadi.
Perdana Menteri Palestina, Mohammad Shtayyeh, menyambut baik keputusan Slovenia dan negara-negara lain yang telah mengakui negara Palestina. Ia mengatakan bahwa pengakuan ini merupakan langkah penting menuju keadilan dan perdamaian bagi rakyat Palestina. Shtayyeh juga menekankan pentingnya dukungan internasional untuk mencapai solusi dua negara dan mengakhiri pendudukan Israel di wilayah Palestina.
Presiden Brazil, Luiz Inácio Lula da Silva, juga menunjukkan dukungan bagi Palestina dengan menarik duta besar negaranya untuk Israel setelah mengkritik perang di Gaza. Tindakan ini menunjukkan semakin meningkatnya dukungan internasional bagi Palestina dan tekanan terhadap Israel untuk mengubah kebijakan dan pendekatannya terhadap konflik tersebut.
Keputusan Slovenia untuk mengakui negara Palestina juga mencerminkan perubahan dalam dinamika politik di Uni Eropa, di mana semakin banyak negara anggota yang menunjukkan dukungan bagi hak-hak Palestina. Ini merupakan perkembangan yang signifikan mengingat Uni Eropa sering kali dianggap sebagai sekutu dekat Israel di kancah internasional. Pengakuan ini juga diharapkan dapat mendorong negara-negara lain di Eropa dan seluruh dunia untuk mengambil langkah serupa dan mendukung solusi dua negara sebagai cara terbaik untuk mencapai perdamaian di Timur Tengah.
Meskipun keputusan ini masih memerlukan persetujuan parlemen, dukungan mayoritas yang dimiliki oleh koalisi Golob memberikan indikasi kuat bahwa langkah ini akan segera diresmikan. Pengakuan ini tidak hanya berdampak pada hubungan diplomatik Slovenia dengan Israel dan Palestina, tetapi juga berpotensi mempengaruhi dinamika politik dan diplomatik di kawasan Timur Tengah dan komunitas internasional secara lebih luas.
Dalam beberapa minggu mendatang, perhatian dunia akan tertuju pada parlemen Slovenia dan bagaimana mereka akan memutuskan mengenai mosi pengakuan negara Palestina ini. Apakah mereka akan mengikuti langkah pemerintah dan negara-negara Eropa lainnya dalam mengakui negara Palestina, ataukah mereka akan mempertimbangkan ulang keputusan ini mengingat tekanan dan penentangan dari Israel? Keputusan ini akan menjadi penentu penting dalam upaya mencapai perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah, serta menunjukkan posisi Slovenia dalam komunitas internasional terkait isu yang sangat kompleks dan sensitif ini.
Di tengah semua ini, kita harus terus mengingat dan berterima kasih kepada mereka yang menderita dan berjuang, seperti yang diingatkan oleh Angelina Jolie. Anak-anak, perempuan, dan pemuda yang telah melalui begitu banyak penderitaan, sering kali tanpa dukungan yang memadai, adalah pahlawan. *Mukroni
Sumber www.youtube.com/watch?v=okUNMGSoCr0
Foto www.haibunda.com
- Berita Terkait :
Slovenia Mendukung Pengakuan Negara Palestina, Mengajukan ke Parlemen untuk Persetujuan
John Kirby Bandingkan Serangan Udara Israel di Gaza dengan Pemboman AS di Irak dan Afghanistan
Kerusuhan di Mexico City: Demonstran Membakar Kedutaan Besar Israel dalam Protes Pro-Palestina
Anggota Parlemen Prancis Diskors karena Kibarkan Bendera Palestina Selama Debat Sengit
Presiden Brazil Menuduh Israel Melakukan Genosida di Gaza: Krisis Kemanusiaan Semakin Memburuk
Macron Mengecam Serangan Israel di Rafah: Seruan untuk Gencatan Senjata Segera
Pep Guardiola Diduga Menolak Jabat Tangan dengan Perwakilan Israel: Apa yang Terjadi?
Aktris Amerika Candice King Kritik Pemerintah Israel atas Pembantaian Bayi di Gaza
Menggunakan Istilah “Genosida” dalam Konflik Israel dan Hamas: Perspektif Aryeh Neier
Menteri Pertahanan Spanyol Sebut Konflik Gaza sebagai ‘Genosida Nyata’ di Tengah Pengakuan Palestina
Nyanyian Wakil PM Spanyol ‘Dari Sungai ke Laut’ Membuat Marah Israel
Seth Rogen: Saya Diberi Banyak Kebohongan tentang Israel
Bernie Sanders Mengutuk Dukungan AS terhadap Perang Netanyahu di Palestina dalam Pidato di Senat
Dave Chappelle Sebut Ada ‘Genosida’ di Jalur Gaza Saat Perang Israel-Hamas Berlangsung di Abu Dhabi
Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Hentikan Operasi Militer di Rafah, Kepatuhan Diragukan
Senator Sanders Mengutuk Pernyataan Menteri Pertahanan Israel tentang Gaza sebagai Barbarisme
Israel Melobi Pejabat Jerman untuk Mengecam Surat Perintah Penangkapan ICC terhadap Netanyahu
Arab Saudi Sambut Baik Pengakuan Palestina oleh Norwegia, Irlandia, dan Spanyol
Arab Saudi Serukan Hak Hidup Aman bagi Warga Palestina dalam Pertemuan OKI di Jeddah
Kolombia Tegaskan Dukungan bagi Palestina: Pendekatan Baru di Bawah Kepemimpinan Presiden Petro
Krisis Kemanusiaan di Gaza Semakin Memperburuk, PBB Hentikan Distribusi Makanan di Rafah
Prof. Mearsheimer: Pembersihan Etnis atau Solusi Damai? Analisis Krisis Israel
Utusan Palestina: Israel Berniat ‘Menggusur, Menundukkan, atau Membunuh’ Warga Gaza
Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang
Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam
Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur
JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot
76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza
Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill
Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global
Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden
Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza
Enam Sekutu Amerika Serikat Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB
Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”
Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza
Mayoritas Warga Kanada Mendukung Protes di Kampus Universitas Menurut Jajak Pendapat Terbaru
Raja Denmark Mengibarkan Bendera Palestina: Solidaritas Global Menguat Setelah Badai Al-Aqsa
Gary Lineker: Tidak Bisa Diam Mengenai Konflik Gaza dan Kritik Terhadap Tindakan Israel
Kekuatan Opini Publik: Kim Kardashian dan Dampak #Blockout2024 Pro-Palestina
Perspektif Kritis Randa Jarrar: Hillary Clinton dalam Kacamata Seorang Profesor Studi Timur Tengah
Peringatan Raja Spanyol Felipe VI: Eskalasi Kekerasan di Gaza dan Panggilan untuk Aksi Global
Perayaan Cinta dan Solidaritas: Pengantin di Montreal Mengekspresikan Dukungan untuk Palestina
Bisan Owda dan AJ+ Raih Penghargaan Peabody atas Liputan Gaza
Grace Blakeley Mendorong Sanksi terhadap Israel dalam Debat BBC Question Time
Insiden Pelecehan Verbal di Arizona State University: Staf Pro-Israel Diberhentikan