Jakarta, Kowantaranews.com -Pada tanggal 28 Mei 2024, Mexico City diguncang oleh kerusuhan besar ketika demonstrasi pro-Palestina yang dikenal sebagai “Aksi Mendesak untuk Rafah” berubah menjadi bentrokan keras antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan di depan Kedutaan Besar Israel. Demonstrasi ini, yang awalnya dimaksudkan sebagai protes damai, dengan cepat berubah menjadi kekerasan ketika para pengunjuk rasa mulai melempar batu dan benda-benda lain ke arah polisi yang telah membuat barikade untuk melindungi kedutaan.
Sekitar 200 orang ikut serta dalam demonstrasi tersebut. Mereka berkumpul untuk menyuarakan penentangan terhadap operasi militer Israel di Rafah, sebuah kota di bagian selatan Gaza. Operasi ini telah menyebabkan penderitaan besar bagi warga Palestina di daerah tersebut, dan protes di Mexico City adalah bagian dari gelombang solidaritas global yang menyerukan diakhirinya kekerasan. Namun, di tengah ketegangan yang semakin meningkat, sebagian dari kerumunan mulai bertindak lebih agresif. Puluhan pengunjuk rasa mencoba mendobrak barikade yang telah dipasang oleh polisi untuk mengamankan kedutaan.
Video yang diunggah ke media sosial menunjukkan kebakaran besar di luar kompleks kedutaan, dengan asap hitam membubung ke langit. Para perusuh tampak membakar berbagai objek dan menyebabkan kerusakan parah pada bangunan serta fasilitas di sekitarnya. Ada laporan yang belum diverifikasi tentang beberapa orang yang terluka dalam kekacauan tersebut, meskipun rincian lebih lanjut mengenai kondisi mereka belum tersedia.
Kerusuhan ini terjadi tidak lama setelah Meksiko mengajukan deklarasi intervensi dalam kasus “genosida” Afrika Selatan terhadap Israel ke Mahkamah Internasional (ICJ). Dalam keputusan bersejarah yang dikeluarkan pada hari Jumat sebelumnya, ICJ memutuskan dengan suara 13 banding dua bahwa Israel harus segera menghentikan serangan militernya dan tindakan lainnya di wilayah Rafah. Keputusan ini menyatakan bahwa operasi militer Israel di Rafah, yang dapat merugikan kondisi kehidupan warga Palestina di Gaza, berpotensi menyebabkan kehancuran fisik secara keseluruhan atau sebagian dari populasi tersebut.
Baca juga : Anggota Parlemen Prancis Diskors karena Kibarkan Bendera Palestina Selama Debat Sengit
Baca juga : Presiden Brazil Menuduh Israel Melakukan Genosida di Gaza: Krisis Kemanusiaan Semakin Memburuk
Baca juga : Macron Mengecam Serangan Israel di Rafah: Seruan untuk Gencatan Senjata Segera
Namun, tanggapan dari pemerintah Israel terhadap keputusan ICJ sangat berbeda. Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, menyatakan pada hari Minggu bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) akan terus melancarkan serangannya di Rafah. Dia menegaskan bahwa tujuan utama dari operasi militer ini adalah untuk membebaskan sandera yang ditahan oleh Hamas dan menghancurkan infrastruktur teroris di Gaza. Gallant juga bersikeras bahwa tindakan militer Israel dilakukan sesuai dengan keputusan ICJ, meskipun ada banyak kritik internasional yang menyatakan sebaliknya.
Di Mexico City, suasana menjadi semakin tegang seiring berjalannya waktu. Para demonstran yang marah menuntut agar pemerintah Meksiko mengambil tindakan lebih tegas dalam mendukung Palestina dan mengecam tindakan militer Israel. Mereka membawa spanduk dan poster yang mencela kekerasan dan genosida, sambil meneriakkan slogan-slogan anti-Israel. Polisi, yang berusaha menjaga ketertiban, merespons dengan menggunakan gas air mata dan semprotan merica untuk membubarkan kerumunan yang semakin tidak terkendali.
Beberapa saksi mata menggambarkan pemandangan yang kacau dan menegangkan. “Itu seperti medan perang,” kata Maria Gonzalez, seorang demonstran yang berada di tempat kejadian. “Kami datang ke sini untuk menunjukkan solidaritas dengan rakyat Palestina, tetapi situasinya cepat sekali berubah menjadi kekerasan. Kami hanya ingin suara kami didengar tanpa harus mengalami konfrontasi seperti ini.”
Selain kebakaran yang disebabkan oleh para perusuh, banyak properti di sekitar kedutaan mengalami kerusakan parah. Beberapa mobil yang diparkir di dekat lokasi protes dibakar, dan jendela-jendela bangunan di sekitar kedutaan hancur akibat lemparan batu dan benda keras lainnya. Pihak berwenang Mexico City mengerahkan lebih banyak personel keamanan untuk mengendalikan situasi, tetapi bentrokan terus berlanjut selama beberapa jam sebelum akhirnya kerumunan dapat dibubarkan.
Meksiko telah lama menjadi pendukung kuat hak-hak Palestina di berbagai forum internasional, dan tindakan terbaru negara ini di ICJ memperkuat komitmen tersebut. Namun, insiden kekerasan di depan Kedutaan Besar Israel ini menunjukkan betapa tegangnya situasi di lapangan dan bagaimana isu internasional dapat memicu respons yang sangat emosional dan kadang-kadang destruktif.
Insiden ini juga menarik perhatian internasional, dengan berbagai negara dan organisasi hak asasi manusia mengutuk kekerasan yang terjadi. Beberapa mengkritik respons keras dari polisi Meksiko, sementara yang lain menyoroti kebutuhan untuk menemukan solusi damai atas konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah. Kedutaan Besar Israel di Mexico City, meskipun mengalami kerusakan parah, mengeluarkan pernyataan yang menyatakan bahwa pihaknya akan tetap beroperasi dan terus bekerja sama dengan pemerintah Meksiko untuk memastikan keamanan misi diplomatiknya.
Di sisi lain, komunitas pro-Palestina di seluruh dunia menyerukan lebih banyak aksi solidaritas untuk menekan pemerintah Israel agar menghentikan operasi militernya di Gaza. Mereka berpendapat bahwa tindakan keras seperti yang terjadi di Rafah hanya akan memperburuk penderitaan rakyat Palestina dan memperpanjang konflik yang telah berlangsung selama beberapa dekade.
Kerusuhan di Mexico City ini hanyalah salah satu dari banyak contoh bagaimana ketegangan di Timur Tengah dapat memiliki dampak yang luas dan tak terduga di berbagai belahan dunia. Di tengah seruan untuk perdamaian dan keadilan, penting bagi semua pihak untuk mencari jalan keluar yang menghormati hak asasi manusia dan memperhatikan penderitaan mereka yang terdampak langsung oleh konflik tersebut. Sementara itu, situasi di Mexico City tetap tegang, dan pihak berwenang terus memantau perkembangan untuk mencegah terjadinya insiden serupa di masa depan. *Mukroni
Sumber www.thejc.com
Foto www.arabnews.pk
- Berita Terkait :
Anggota Parlemen Prancis Diskors karena Kibarkan Bendera Palestina Selama Debat Sengit
Presiden Brazil Menuduh Israel Melakukan Genosida di Gaza: Krisis Kemanusiaan Semakin Memburuk
Macron Mengecam Serangan Israel di Rafah: Seruan untuk Gencatan Senjata Segera
Pep Guardiola Diduga Menolak Jabat Tangan dengan Perwakilan Israel: Apa yang Terjadi?
Aktris Amerika Candice King Kritik Pemerintah Israel atas Pembantaian Bayi di Gaza
Menggunakan Istilah “Genosida” dalam Konflik Israel dan Hamas: Perspektif Aryeh Neier
Menteri Pertahanan Spanyol Sebut Konflik Gaza sebagai ‘Genosida Nyata’ di Tengah Pengakuan Palestina
Nyanyian Wakil PM Spanyol ‘Dari Sungai ke Laut’ Membuat Marah Israel
Seth Rogen: Saya Diberi Banyak Kebohongan tentang Israel
Bernie Sanders Mengutuk Dukungan AS terhadap Perang Netanyahu di Palestina dalam Pidato di Senat
Dave Chappelle Sebut Ada ‘Genosida’ di Jalur Gaza Saat Perang Israel-Hamas Berlangsung di Abu Dhabi
Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Hentikan Operasi Militer di Rafah, Kepatuhan Diragukan
Senator Sanders Mengutuk Pernyataan Menteri Pertahanan Israel tentang Gaza sebagai Barbarisme
Israel Melobi Pejabat Jerman untuk Mengecam Surat Perintah Penangkapan ICC terhadap Netanyahu
Arab Saudi Sambut Baik Pengakuan Palestina oleh Norwegia, Irlandia, dan Spanyol
Arab Saudi Serukan Hak Hidup Aman bagi Warga Palestina dalam Pertemuan OKI di Jeddah
Kolombia Tegaskan Dukungan bagi Palestina: Pendekatan Baru di Bawah Kepemimpinan Presiden Petro
Krisis Kemanusiaan di Gaza Semakin Memperburuk, PBB Hentikan Distribusi Makanan di Rafah
Prof. Mearsheimer: Pembersihan Etnis atau Solusi Damai? Analisis Krisis Israel
Utusan Palestina: Israel Berniat ‘Menggusur, Menundukkan, atau Membunuh’ Warga Gaza
Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang
Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam
Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur
JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot
76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza
Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill
Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global
Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden
Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza
Enam Sekutu Amerika Serikat Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB
Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”
Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza
Mayoritas Warga Kanada Mendukung Protes di Kampus Universitas Menurut Jajak Pendapat Terbaru
Raja Denmark Mengibarkan Bendera Palestina: Solidaritas Global Menguat Setelah Badai Al-Aqsa
Gary Lineker: Tidak Bisa Diam Mengenai Konflik Gaza dan Kritik Terhadap Tindakan Israel
Kekuatan Opini Publik: Kim Kardashian dan Dampak #Blockout2024 Pro-Palestina
Perspektif Kritis Randa Jarrar: Hillary Clinton dalam Kacamata Seorang Profesor Studi Timur Tengah
Peringatan Raja Spanyol Felipe VI: Eskalasi Kekerasan di Gaza dan Panggilan untuk Aksi Global
Perayaan Cinta dan Solidaritas: Pengantin di Montreal Mengekspresikan Dukungan untuk Palestina
Bisan Owda dan AJ+ Raih Penghargaan Peabody atas Liputan Gaza
Grace Blakeley Mendorong Sanksi terhadap Israel dalam Debat BBC Question Time
Insiden Pelecehan Verbal di Arizona State University: Staf Pro-Israel Diberhentikan