Jakarta, Kowantaranews.com Dalam sebuah survei terbaru yang dilakukan oleh Angus Reid Institute, hasilnya mengejutkan: mayoritas warga Kanada mendukung aksi protes di kampus universitas. Survei ini menggambarkan dinamika kompleks dalam opini publik terkait protes, terutama dalam konteks ketegangan yang sedang berlangsung di kampus-kampus universitas di Kanada dan Amerika Serikat terkait konflik di Gaza.
Sebagai latar belakang, protes yang dilakukan oleh aktivis mahasiswa pro-Palestina telah menjadi sorotan utama. Aksi-aksi ini terjadi di berbagai universitas, termasuk di Universitas McGill di Montreal. Pada hari Senin, aktivis pro-Palestina terlihat mendirikan perkemahan di kampus McGill sebagai bentuk protes. Namun, reaksi terhadap protes ini beragam, dengan beberapa pihak menilainya sebagai tindakan ilegal yang membutuhkan campur tangan polisi.
Pendapat publik, seperti yang tercermin dalam survei, memperlihatkan bahwa sebagian besar warga Kanada melihat kampus universitas sebagai tempat yang layak untuk melakukan protes. Dari total 1.707 responden, sekitar 81% setuju bahwa protes di kampus adalah hal yang dapat diterima. Ini menunjukkan bahwa protes di kampus memiliki dukungan yang hampir sebanding dengan protes di tempat-tempat lain, seperti di depan balai kota atau kedutaan besar.
Namun, penting untuk mencatat bahwa survei tersebut tidak membedakan antara jenis protes. Artinya, protes yang lebih statis dan panjang seperti perkemahan di kampus McGill tidak dibedakan dari protes yang lebih sementara dan cepat. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana masyarakat mengukur “keberterimaan” protes, apakah berdasarkan intensitas, durasi, atau jenis tindakan yang dilakukan.
Reaksi dari pihak administrasi universitas juga memberikan konteks yang penting. Universitas Toronto dan Universitas Ottawa, misalnya, mengeluarkan peringatan kepada mahasiswanya bahwa perkemahan serupa di kampus mereka tidak akan ditoleransi. Mereka menegaskan bahwa tanah dan bangunan di kampus adalah milik pribadi dan kegiatan yang tidak sah, seperti perkemahan atau pendudukan gedung universitas, akan dianggap sebagai tindakan melanggar hukum.
Baca juga : Raja Denmark Mengibarkan Bendera Palestina: Solidaritas Global Menguat Setelah Badai Al-Aqsa
Baca juga : Gary Lineker: Tidak Bisa Diam Mengenai Konflik Gaza dan Kritik Terhadap Tindakan Israel
Baca juga : Kekuatan Opini Publik: Kim Kardashian dan Dampak #Blockout2024 Pro-Palestina
Di Amerika Serikat, respons terhadap protes di kampus juga tidak kalah menarik. Beberapa universitas telah meminta campur tangan polisi untuk menangani protes yang dianggap mengganggu kegiatan kampus. Hingga saat ini, hampir 900 orang telah ditangkap di seluruh AS dalam konteks protes di kampus.
Namun, yang menarik dari survei adalah perbedaan pendapat di dalam masyarakat tentang keberterimaan protes di lokasi tertentu. Meskipun protes di kampus mendapat dukungan mayoritas, ada perbedaan yang signifikan terkait protes di tempat-tempat lain. Misalnya, protes di depan klinik aborsi dan rumah sakit mendapat penolakan yang lebih tinggi dari masyarakat, dengan hanya sekitar setengah responden yang menganggapnya sebagai hal yang dapat diterima.
Pendapat ini juga dipengaruhi oleh faktor politik. Ada perbedaan yang jelas antara pendukung partai politik tertentu dalam pandangan mereka terhadap protes di lokasi-lokasi sensitif. Misalnya, pemilih dari Partai Konservatif cenderung lebih kritis terhadap protes di klinik aborsi, sementara pemilih dari Partai Liberal cenderung lebih terbuka terhadapnya. Hal ini menunjukkan bahwa pandangan tentang protes juga terkait erat dengan identitas politik individu.
Di sisi lain, ada juga pemahaman yang lebih dalam tentang perspektif generasional dalam pandangan terhadap protes. Secara umum, generasi yang lebih muda cenderung lebih toleran terhadap protes di semua lokasi. Ini mencerminkan perbedaan nilai dan pengalaman di antara generasi yang berbeda, di mana generasi yang lebih muda mungkin memiliki pandangan yang lebih inklusif terhadap hak protes dan ekspresi.
Namun, yang perlu diingat adalah bahwa survei ini adalah representasi dari opini publik pada satu titik waktu tertentu. Pandangan masyarakat terhadap protes bisa saja berubah seiring waktu, terutama dengan perubahan konteks politik dan sosial yang terus berlangsung. Oleh karena itu, survei semacam ini memberikan gambaran yang penting, tetapi juga harus diinterpretasikan dengan hati-hati untuk memahami dinamika yang lebih kompleks di balik opini publik. *Roni
Sumber twitter.com/TorontoStar/status/1789727578808332431?t=R-510u2lCAW5CCcK64JWRg&s=08
Foto Kowantaranews.com
- Berita Terkait :
Raja Denmark Mengibarkan Bendera Palestina: Solidaritas Global Menguat Setelah Badai Al-Aqsa
Gary Lineker: Tidak Bisa Diam Mengenai Konflik Gaza dan Kritik Terhadap Tindakan Israel
Kekuatan Opini Publik: Kim Kardashian dan Dampak #Blockout2024 Pro-Palestina
Perspektif Kritis Randa Jarrar: Hillary Clinton dalam Kacamata Seorang Profesor Studi Timur Tengah
Peringatan Raja Spanyol Felipe VI: Eskalasi Kekerasan di Gaza dan Panggilan untuk Aksi Global
Perayaan Cinta dan Solidaritas: Pengantin di Montreal Mengekspresikan Dukungan untuk Palestina
Bisan Owda dan AJ+ Raih Penghargaan Peabody atas Liputan Gaza
Grace Blakeley Mendorong Sanksi terhadap Israel dalam Debat BBC Question Time
Insiden Pelecehan Verbal di Arizona State University: Staf Pro-Israel Diberhentikan
Respon Defiant Israel Menyusul Peringatan Biden tentang Serangan Rafah
Dinamika Hubungan India-Israel di Bawah Pemerintahan Narendra Modi
Himne Macklemore untuk Perdamaian dan Keadilan: “Solidaritas Diam”
Tujuan Israel Menolak Gencatan Senjata dengan Hamas dan Melancarkan Operasi di Rafah
Mahasiswa Inggris Protes untuk Palestina: Aksi Pendudukan di Lima Universitas Terkemuka
Solidaritas Pelajar di MIT: Dukungan untuk Gaza dan Perlawanan Terhadap Perintah Polisi
Senator Partai Republik Ancam ICC: ‘Targetkan Israel dan Kami Akan Menargetkan Anda’
Pembelotan Massal dan Ketegangan Internal: Pasukan Israel Menolak Perintah di Gaza
Israel Menutup Kantor Al Jazeera
Ketegangan di Upacara Pembukaan Universitas Michigan: Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Dikeluarkan
Ketegangan Internal dan Eksternal: Keputusan Kontroversial Menutup Saluran Al Jazeera di Israel
Situasi Tegang: Demonstrasi di Institut Seni Chicago Berakhir dengan Puluhan Orang Ditangkap
Platform Pittsburgh: Peran Pentingnya dalam Gerakan Reformasi Amerika dalam Yudaisme
Deklarasi Balfour dan Peran Walter Rothschild: Sebuah Tinjauan
Pelukan Islam Shaun King dan Dukungannya terhadap Palestina: Kisah Perubahan dan Aktivisme
Trinidad dan Tobago Resmi Mengakui Negara Palestina: Tinjauan Keputusan dan Implikasinya
Kolombia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel karena Dugaan Genosida di Gaza
Kontroversi Video Rashida Tlaib: Pertahanan Pro-Palestina di Tengah Keretakan Demokrat Michigan
Kontroversi Terkait Protes Mahasiswa di AS: Antara Anti-Semitisme dan Anti-Perang
Konfrontasi di Kampus: Mahasiswa Universitas Columbia Berjuang Demi Solidaritas dengan Palestina
Robert Reich Membela Mahasiswa yang Memprotes Perang Israel di Gaza di Kampus-kampus Amerika
Perjuangan Mahasiswa Amerika: Solidaritas dengan Palestina Melawan Represi dan Kekerasan
Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut Meski Ditekan Pemerintah
Keyakinan Nahamanides dalam Realitas Surga dan Lokasi Taman Eden Dekat Garis Katulistiwa
Konsep Bumi sebagai Pusat Alam Semesta dalam Divine Comedy Dante
Thomas Aquinas: Pemikiran tentang Surga, Khatulistiwa, dan Taman Eden dalam Summa Theologica
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel Berdasarkan Keyakinan Eskatologis
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel
Orang Uighur Dipaksa Makan Daging Babi karena China Memperluas Peternakan Babi Xinjiang
Keren !, Presiden Pertama Indonesia, Soekarno Bela Mati-matian Palestina
Kata Rabbi Aaron Teitelbaum Shlita : “Negara Zionis adalah Penyembahan Berhala di Zaman Kita”
TERNYATA ADA RABI YAHUDI BERSUMPAH UNTUK “TERUS BERJUANG DALAM PERANG TUHAN MELAWAN ZIONISME”
Gila !, Banyak Wanita Uyghur Dipaksa Kawin Untuk Menghilangkan Warisan Budaya Tradisi Uyghur
Keren !, Ukraina Salah Satu Negara Pertama Akui Palestina di PBB
Karena Dekatnya Turki dengan Malaysia : Anwar Terbang Menemui Erdogan
Media Asing : Barat Tidak Berdaya di Myanmar
Enam Hari setelah Bencana Gempa Bumi Turki, Para Kontraktor Bangunan Ditangkapi
Bayi Lahir di Reruntuhan Gempa Suriah Dinamai Aya
Keren !, Presiden Aljazair Dukung Penuh Keanggotaan Palestina di PBB
Gawat ! Paman Sam AS Sebut Bakal Perang dengan China
Kemarahan Turki Setelah Pembakaran Quran, Protes Kurdi di Swedia
Kontra Intelijen FBI Menggerebek Kantor Polisi China di New York: Laporan
Nitizen Nyiyirin Presiden Emmanuel Macron”Tidak Minta Maaf” Atas Penjajahan Prancis di Aljazair
Tegas ! Demi Kemanusiaan Datuk Sri Anwar Ibrahim PM. Malaysia Bela Palestina
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ternyata Banyak Nama Kota Peninggalan Peradaban Islam di Amerika Serikat
Ternyata Angelina Jolie Tidak Masuk Dalam Daftar 5 Wanita Tercantik di Dunia
Peristiwa Dunia Yang Terjadi Tahun 2022
Wang Yi Menteri Luar Negeri China Diberhentikan
Pele Sang Legenda Sepak Bola Jum’at Dini Hari Meninggal Dalam Usia 82 Tahun
Islamofobia! Tiga Kepala Babi Diletakan Untuk Memprotes Pembangunan Masjid
Tragis ! Korban Bertambah 18 Orang Tewas Akibat Ledakan Truk Gas di Afrika Selatan
Lebih dari 40 Ribu Kematian Di Cina Karena Covid Di Akhir Tahun
Lagi-lagi Zionis Israil Menembak Mati Warga Palestina, Korbannya Pemain Sepak Bola Muda
Dr. Nisia Trindade Lima Menteri Kesehatan Brasil Pertama dari Kaum Hawa
Maher Zain Hadir Di Piala Dunia 2022 Dengan Merilis Lagu Bersiaplah (Tahayya)
Kembali Pecah Rekor, Kasus Covid-19 di China Tembus 39 Ribu Kasus Sehari