Jakarta, Kowantaranews.com -Perjalanan perjuangan mahasiswa Amerika untuk solidaritas dengan Palestina telah menjadi sorotan di tengah-tengah kompleksitas politik dan kekerasan yang mengiringi konflik di Timur Tengah. Demonstrasi, protes, dan tindakan langsung telah menjadi bagian integral dari gerakan ini, dengan mahasiswa dari berbagai universitas bergabung untuk mengecam genosida di Jalur Gaza dan mendesak penghentian dukungan Amerika terhadap Israel.
Di berbagai kampus di seluruh Amerika Serikat, ribuan mahasiswa telah berkumpul, menolak diam dan memilih untuk berdiri bersama rakyat Palestina. Dari Los Angeles hingga New York, aksi solidaritas merebak, mencapai kampus-kampus elit seperti Harvard, Yale, Columbia, dan Princeton. Namun, perjuangan ini tidak tanpa risiko, dengan ancaman penangkapan dan represi dari otoritas setempat menjadi bagian dari perjalanan mereka.
Gerakan ini bukan hanya tentang ekspresi simbolis; mahasiswa juga telah mengambil langkah-langkah konkret untuk memperjuangkan hak-hak Palestina. Mereka menekan pemerintah AS untuk menarik investasi dari perusahaan yang mendukung Israel dan memboikot universitas-universitas Israel yang terlibat dalam konflik. Strategi politik ini menunjukkan bahwa mahasiswa tidak hanya ingin mengungkapkan solidaritas, tetapi juga bertekad untuk memberikan dampak nyata.
Baca juga : Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut Meski Ditekan Pemerintah
Namun, perjuangan ini tidak datang tanpa risiko. Ketika demonstrasi solidaritas mencapai puncaknya di Universitas Emory di Atlanta, Georgia, tindakan keras dari polisi memicu kontroversi yang meluas. Sebuah video memperlihatkan polisi menangkap dan menyerang profesor serta mahasiswa yang berpartisipasi dalam demonstrasi. Kekerasan terhadap mereka yang berdiri bersama Palestina semakin memperkuat determinasi gerakan ini.
Tindakan keras polisi di Emory bukanlah insiden yang terisolasi. Di Universitas Columbia, pemanggilan polisi terhadap mahasiswa yang mendirikan kamp di kampus menunjukkan bahwa gerakan solidaritas ini dihadapkan pada hambatan dan tantangan yang signifikan. Namun, mahasiswa tidak gentar. Mereka tetap teguh dalam perjuangan mereka, menegaskan bahwa kekerasan dan represi tidak akan meredam semangat mereka.
Sementara itu, media Amerika mencatat setiap langkah gerakan ini, menyoroti tindakan represif polisi dan keberanian mahasiswa yang berjuang untuk keadilan. Dengan liputan media yang luas, gerakan solidaritas ini semakin mendapat dukungan dan perhatian masyarakat.
Perjuangan mahasiswa Amerika untuk solidaritas dengan Palestina juga mencerminkan ketegangan politik yang lebih luas di Amerika Serikat. Pemerintah AS dihadapkan pada tekanan untuk mengambil sikap yang lebih tegas terhadap Israel, sementara dalam negeri, warga negara menuntut perlindungan terhadap hak-hak rakyat Palestina.
Namun, gerakan solidaritas ini juga menemui dukungan. Banyak orang Amerika yang menyadari pentingnya menentang kekerasan dan pendudukan, dan mendukung upaya mahasiswa untuk memperjuangkan perdamaian dan keadilan di Palestina.
Seiring waktu berlalu, perjuangan mahasiswa Amerika untuk solidaritas dengan Palestina terus berlanjut. Meskipun dihadapkan pada hambatan dan risiko, mahasiswa tidak mundur. Mereka terus memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina, memperkuat suara mereka melalui demonstrasi, protes, dan tindakan langsung. Dengan tekad yang kokoh dan solidaritas yang tak tergoyahkan, mereka berdiri sebagai contoh nyata dari kekuatan perubahan dan keadilan. *Roni
(Pro-Palestinian protests on Columbia’s campus stretched into their second week on Monday. Photo by Columbia University Apartheid Divest coalition).
- Berita Terkait :
Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut Meski Ditekan Pemerintah
Keyakinan Nahamanides dalam Realitas Surga dan Lokasi Taman Eden Dekat Garis Katulistiwa
Konsep Bumi sebagai Pusat Alam Semesta dalam Divine Comedy Dante
Thomas Aquinas: Pemikiran tentang Surga, Khatulistiwa, dan Taman Eden dalam Summa Theologica
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel Berdasarkan Keyakinan Eskatologis
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel
Orang Uighur Dipaksa Makan Daging Babi karena China Memperluas Peternakan Babi Xinjiang
Keren !, Presiden Pertama Indonesia, Soekarno Bela Mati-matian Palestina
Kata Rabbi Aaron Teitelbaum Shlita : “Negara Zionis adalah Penyembahan Berhala di Zaman Kita”
TERNYATA ADA RABI YAHUDI BERSUMPAH UNTUK “TERUS BERJUANG DALAM PERANG TUHAN MELAWAN ZIONISME”
Gila !, Banyak Wanita Uyghur Dipaksa Kawin Untuk Menghilangkan Warisan Budaya Tradisi Uyghur
Keren !, Ukraina Salah Satu Negara Pertama Akui Palestina di PBB
Karena Dekatnya Turki dengan Malaysia : Anwar Terbang Menemui Erdogan
Media Asing : Barat Tidak Berdaya di Myanmar
Enam Hari setelah Bencana Gempa Bumi Turki, Para Kontraktor Bangunan Ditangkapi
Bayi Lahir di Reruntuhan Gempa Suriah Dinamai Aya
Keren !, Presiden Aljazair Dukung Penuh Keanggotaan Palestina di PBB
Gawat ! Paman Sam AS Sebut Bakal Perang dengan China
Kemarahan Turki Setelah Pembakaran Quran, Protes Kurdi di Swedia
Kontra Intelijen FBI Menggerebek Kantor Polisi China di New York: Laporan
Nitizen Nyiyirin Presiden Emmanuel Macron”Tidak Minta Maaf” Atas Penjajahan Prancis di Aljazair
Tegas ! Demi Kemanusiaan Datuk Sri Anwar Ibrahim PM. Malaysia Bela Palestina
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ternyata Banyak Nama Kota Peninggalan Peradaban Islam di Amerika Serikat
Ternyata Angelina Jolie Tidak Masuk Dalam Daftar 5 Wanita Tercantik di Dunia
Peristiwa Dunia Yang Terjadi Tahun 2022
Wang Yi Menteri Luar Negeri China Diberhentikan
Pele Sang Legenda Sepak Bola Jum’at Dini Hari Meninggal Dalam Usia 82 Tahun
Islamofobia! Tiga Kepala Babi Diletakan Untuk Memprotes Pembangunan Masjid
Tragis ! Korban Bertambah 18 Orang Tewas Akibat Ledakan Truk Gas di Afrika Selatan
Lebih dari 40 Ribu Kematian Di Cina Karena Covid Di Akhir Tahun
Lagi-lagi Zionis Israil Menembak Mati Warga Palestina, Korbannya Pemain Sepak Bola Muda
Dr. Nisia Trindade Lima Menteri Kesehatan Brasil Pertama dari Kaum Hawa
Maher Zain Hadir Di Piala Dunia 2022 Dengan Merilis Lagu Bersiaplah (Tahayya)
Kembali Pecah Rekor, Kasus Covid-19 di China Tembus 39 Ribu Kasus Sehari
Warga China Minta Xi Jinping Mundur, Imbas Aturan Lockdown