Jakarta, Kowantaranews.com -Di dalam buku yang menggugah pikiran ini, Profesor Santos mempersembahkan teori yang merobohkan pandangan konvensional tentang sejarah dan geografi, khususnya dalam konteks kota suci Yerusalem. Dalam eksplorasinya yang mencengangkan, Santos menggambarkan bagaimana orang Yahudi dan Kristen didorong untuk melakukan penyesuaian terhadap lokasi sebenarnya Yerusalem Palestina agar sesuai dengan apa yang dia sebut sebagai “skema asli”.
Pandangannya yang menggugah ini berakar pada konsep bahwa lokasi sebenarnya dari Yerusalem tidaklah terletak di Palestina seperti yang kita kenal saat ini. Sebaliknya, Santos menghubungkan kota suci ini dengan garis khatulistiwa, bersama dengan apa yang dia sebut sebagai “pilar-pilar Atlas sesungguhnya” yang dipercayai berada di Selat Sunda. Ini merupakan bagian dari upayanya untuk menegaskan bahwa “surgasebenarnya” Yerusalem seharusnya jauh dari tempat yang kita kenal sebagai Yerusalem saat ini.
Pendekatan yang diberikan oleh Santos ini mencuatkan kritik terhadap pandangan konvensional tentang Yerusalem dan bagaimana pandangan agama dan sejarah telah membentuk persepsi kita terhadap kota suci ini selama berabad-abad. Dia menantang gagasan bahwa Yerusalem adalah “pusat dunia” dalam arti geografis, dan mengusulkan bahwa pemosisian kota suci ini adalah hasil dari penyesuaian oleh komunitas Yahudi dan Kristen dalam upaya untuk memperkuat makna spiritual dan historisnya.
Salah satu poin sentral dalam teori Santos adalah kritik terhadap lokasi yang tradisional dianggap sebagai tempat Yesus wafat, yang terletak pada 35 derajat lintang utara. Baginya, tempat ini hanyalah sebuah “surgafiktif” yang menjadi “bayangan” dari apa yang dia sebut sebagai “surga asli” yang berada di Timur jauh. Ini menciptakan narasi baru tentang tempat-tempat suci dalam agama Kristen dan bagaimana persepsi tentangnya telah terbentuk oleh berbagai faktor.
Baca juga : Keyakinan Nahamanides dalam Realitas Surga dan Lokasi Taman Eden Dekat Garis Katulistiwa
Baca juga : Konsep Bumi sebagai Pusat Alam Semesta dalam Divine Comedy Dante
Baca Juga : Thomas Aquinas: Pemikiran tentang Surga, Khatulistiwa, dan Taman Eden dalam Summa Theologica
Meskipun teori ini dianggap kontroversial dan bahkan ditolak oleh sebagian besar cendekiawan, pandangan alternatif yang diusulkan oleh Santos membuka pintu untuk pemikiran kritis tentang sejarah, geografi, dan agama. Ini menantang kita untuk mempertanyakan asumsi-asumsi yang telah kita terima selama ini tentang tempat-tempat suci dan bagaimana interpretasi manusia tentangnya dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor budaya, agama, dan politik.
Reaksi terhadap teori ini sangatlah beragam. Sebagian besar akademisi menolaknya sebagai spekulasi yang tidak didukung oleh bukti yang kuat, sementara yang lain merasa bahwa pendekatan Santos memberikan wawasan baru yang menarik tentang sejarah dan agama. Diskusi tentang teori ini telah menciptakan gelombang di komunitas ilmiah dan agama, memicu perdebatan yang panas tentang bagaimana sejarah seharusnya dilihat dan dipahami.
Namun, terlepas dari kontroversi dan ketidaksetujuan, teori Santos menunjukkan betapa pentingnya terus menggali dan mempertanyakan pandangan kita tentang sejarah dan agama. Ini mengingatkan kita bahwa pengetahuan adalah proses yang terus berkembang, dan bahwa pandangan-pandangan yang dianggap benar hari ini mungkin akan ditantang dan direvisi di masa depan. Dengan demikian, karya Santos memberikan kontribusi penting terhadap diskusi ilmiah dan filosofis tentang sifat realitas dan pemahaman manusia tentangnya.
Pendapat yang kontroversial ini tidak hanya memicu perdebatan di kalangan cendekiawan, tetapi juga memperluas pandangan masyarakat tentang sejarah dan agama. Para pembaca buku Santos terus mempertimbangkan implikasi dari teori yang diusulkan, mengajukan pertanyaan kritis tentang bagaimana sejarah dan agama dapat dipahami dari berbagai sudut pandang.
Dalam menghadapi teori ini, banyak yang merasa terdorong untuk meninjau kembali keyakinan dan persepsi mereka tentang tempat-tempat suci dan sejarah agama. Hal ini dapat mengarah pada refleksi mendalam tentang bagaimana pemahaman kita tentang kebenaran sejarah dan agama terbentuk oleh warisan budaya, tradisi, dan pemikiran kollektif.
Selain itu, teori Santos memperluas wawasan kita tentang bagaimana manusia menciptakan narasi tentang tempat-tempat suci dan kejadian-kejadian penting dalam sejarah. Ini mengajak kita untuk mempertimbangkan peran interpretasi dan persepsi dalam pembentukan narasi sejarah, serta bagaimana pandangan yang kita terima hari ini mungkin berbeda dari pandangan masa lalu.
Tentu saja, ada juga mereka yang menolak teori Santos secara tegas, menganggapnya sebagai spekulasi yang tidak masuk akal dan bertentangan dengan bukti sejarah yang ada. Namun, bahkan dalam penolakan ini, teori tersebut tetap menjadi subjek diskusi yang penting, karena mendorong kita untuk menyelidiki dan menguji landasan pemikiran kita tentang sejarah dan agama.
Dalam banyak hal, karya Santos membuka pintu untuk pemikiran kritis yang lebih luas tentang sifat pengetahuan dan pemahaman manusia tentang dunia di sekitar kita. Ini menunjukkan bahwa tidak ada yang pasti dalam interpretasi sejarah dan agama, dan bahwa kita perlu terus terbuka terhadap berbagai pandangan dan pendekatan.
Meskipun teori Santos mungkin kontroversial dan belum tentu diterima secara luas, kontribusinya terhadap pemikiran kritis dan diskusi intelektual tidak bisa diabaikan. Ia merangsang pemikiran kita tentang sejarah, agama, dan sifat pengetahuan itu sendiri, mengingatkan kita bahwa kebenaran seringkali kompleks dan terus berkembang seiring dengan perjalanan waktu dan penemuan baru.
Dengan demikian, teori kontroversial Profesor Santos tentang lokasi sebenarnya Yerusalem dalam bukunya yang menggugah, “Atlantis: The Lost Continent Finally Found”, telah menghadirkan tantangan intelektual yang mendalam bagi para pembaca. Diskusi yang dipicu oleh teori ini tidak hanya memperluas wawasan kita tentang sejarah dan agama, tetapi juga mengajak kita untuk mempertanyakan asumsi-asumsi yang mendasari pandangan kita tentang dunia.
Meskipun teori tersebut masih dipertanyakan dan diperdebatkan, kontribusinya terhadap pemikiran kritis dan penelitian ilmiah tidak dapat diremehkan. Ia telah mendorong kita untuk menjelajahi sudut pandang baru, merangsang pemikiran kritis tentang bagaimana pengetahuan kita tentang sejarah dan agama terbentuk, serta bagaimana kita dapat memahaminya dengan lebih baik di masa depan.
Baca Juga : Hubungan antara Midrash HaGadol dan Lokasi Eden serta Catatan Buku “Atlantis: The Lost Continent Finally Found” karya Prof. Arysio Santos
Dengan penelitian yang terus berlanjut dan diskusi yang terus berkembang, kita mungkin tidak akan pernah mencapai kesepakatan universal tentang teori Santos. Namun, yang pasti adalah bahwa kontribusinya telah membuka pintu bagi pemikiran yang lebih mendalam dan pemahaman yang lebih luas tentang kompleksitas sejarah, agama, dan sifat pengetahuan itu sendiri.
Kita dihadapkan pada tantangan untuk terus menggali dan mempertanyakan, untuk tetap terbuka terhadap pandangan-pandangan baru, dan untuk menjaga semangat penelitian dan pemikiran kritis dalam menjelajahi dunia di sekitar kita. Dengan demikian, teori Santos tetap menjadi bagian penting dari warisan intelektual yang mendorong kita untuk terus tumbuh dan berkembang sebagai manusia.
“Atlantis: The Lost Continent Finally Found”
“Atlantis: The Lost Continent Finally Found” 2005, adalah sebuah karya monumental dalam bidang arkeologi prasejarah yang ditulis oleh Prof. Arysio Nunes dos Santos, seorang fisikawan nuklir dan ahli geologi yang mengeksplorasi misteri Atlantis. Buku ini terdiri dari empat bagian dan enam belas bab yang membawa pembaca dalam perjalanan ilmiah yang mendalam, merangkum penelitian yang cermat dan pembantahan terhadap berbagai teori yang ada tentang lokasi Atlantis.
Dengan memulai eksplorasi sejak Plato pertama kali mengungkapkan konsep Atlantis lebih dari dua setengah milenium yang lalu, Santos membawa kita melintasi perjalanan sejarah yang panjang dan beragam. Dia membuka pintu kepada para pembaca untuk menjelajahi bukti-bukti yang ada, mengeksplorasi mitologi dan catatan sejarah yang bertebaran, serta menganalisis secara ilmiah kemungkinan lokasi Atlantis.
Melalui pendekatan yang teliti dan metodis, Santos menguraikan sebuah teori yang menempatkan secara definitif bahwa Atlantis terletak di wilayah Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Brunei. Ini adalah kesimpulan yang revolusioner, mengguncang pandangan konvensional tentang lokasi Atlantis yang selama ini telah menjadi subjek spekulasi dan diskusi.
Buku ini bukan hanya sekadar pengungkapan tentang lokasi Atlantis, tetapi juga merupakan sebuah karya yang menggugah pemikiran, mengajak pembaca untuk mempertanyakan dan memeriksa kembali pemahaman mereka tentang sejarah dan peradaban kuno. Santos menggabungkan pengetahuan dan keahlian ilmiahnya dengan imajinasi yang kuat dan ketekunan dalam penelitian untuk membawa kita pada perjalanan yang membingkai ulang pandangan kita tentang masa lalu.
Sebagai seorang ahli yang berdedikasi, Santos memberikan argumen yang kuat dan terperinci untuk mendukung teorinya, menghadirkan bukti-bukti yang menarik dan analisis yang mendalam. Dia tidak hanya mengajukan hipotesis, tetapi juga memberikan landasan yang kokoh untuk keyakinan akan kebenaran teorinya.
Dengan demikian, “Atlantis: The Lost Continent Finally Found” bukan hanya sebuah buku arkeologi prasejarah, tetapi juga sebuah karya yang memicu pemikiran dan diskusi yang luas dalam komunitas ilmiah dan masyarakat pada umumnya. Karya ini akan terus menjadi sumber inspirasi dan pengetahuan bagi siapa pun yang tertarik untuk menjelajahi misteri sejarah dan peradaban manusia. *Roni
Foto Dok. ProFau.com
- Berita Terkait :
Keyakinan Nahamanides dalam Realitas Surga dan Lokasi Taman Eden Dekat Garis Katulistiwa
Konsep Bumi sebagai Pusat Alam Semesta dalam Divine Comedy Dante
Thomas Aquinas: Pemikiran tentang Surga, Khatulistiwa, dan Taman Eden dalam Summa Theologica
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel Berdasarkan Keyakinan Eskatologis
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel
Orang Uighur Dipaksa Makan Daging Babi karena China Memperluas Peternakan Babi Xinjiang
Keren !, Presiden Pertama Indonesia, Soekarno Bela Mati-matian Palestina
Kata Rabbi Aaron Teitelbaum Shlita : “Negara Zionis adalah Penyembahan Berhala di Zaman Kita”
TERNYATA ADA RABI YAHUDI BERSUMPAH UNTUK “TERUS BERJUANG DALAM PERANG TUHAN MELAWAN ZIONISME”
Gila !, Banyak Wanita Uyghur Dipaksa Kawin Untuk Menghilangkan Warisan Budaya Tradisi Uyghur
Keren !, Ukraina Salah Satu Negara Pertama Akui Palestina di PBB
Karena Dekatnya Turki dengan Malaysia : Anwar Terbang Menemui Erdogan
Media Asing : Barat Tidak Berdaya di Myanmar
Enam Hari setelah Bencana Gempa Bumi Turki, Para Kontraktor Bangunan Ditangkapi
Bayi Lahir di Reruntuhan Gempa Suriah Dinamai Aya
Keren !, Presiden Aljazair Dukung Penuh Keanggotaan Palestina di PBB
Gawat ! Paman Sam AS Sebut Bakal Perang dengan China
Kemarahan Turki Setelah Pembakaran Quran, Protes Kurdi di Swedia
Kontra Intelijen FBI Menggerebek Kantor Polisi China di New York: Laporan
Nitizen Nyiyirin Presiden Emmanuel Macron”Tidak Minta Maaf” Atas Penjajahan Prancis di Aljazair
Tegas ! Demi Kemanusiaan Datuk Sri Anwar Ibrahim PM. Malaysia Bela Palestina
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ternyata Banyak Nama Kota Peninggalan Peradaban Islam di Amerika Serikat
Ternyata Angelina Jolie Tidak Masuk Dalam Daftar 5 Wanita Tercantik di Dunia
Peristiwa Dunia Yang Terjadi Tahun 2022
Wang Yi Menteri Luar Negeri China Diberhentikan
Pele Sang Legenda Sepak Bola Jum’at Dini Hari Meninggal Dalam Usia 82 Tahun
Islamofobia! Tiga Kepala Babi Diletakan Untuk Memprotes Pembangunan Masjid
Tragis ! Korban Bertambah 18 Orang Tewas Akibat Ledakan Truk Gas di Afrika Selatan
Lebih dari 40 Ribu Kematian Di Cina Karena Covid Di Akhir Tahun
Lagi-lagi Zionis Israil Menembak Mati Warga Palestina, Korbannya Pemain Sepak Bola Muda
Dr. Nisia Trindade Lima Menteri Kesehatan Brasil Pertama dari Kaum Hawa
Maher Zain Hadir Di Piala Dunia 2022 Dengan Merilis Lagu Bersiaplah (Tahayya)
Kembali Pecah Rekor, Kasus Covid-19 di China Tembus 39 Ribu Kasus Sehari
Warga China Minta Xi Jinping Mundur, Imbas Aturan Lockdown