Jakarta, Kowantaranews.com -Pada hari yang panas di bulan April di Washington, D.C., langit yang biru di atas Universitas George Washington (GWU) menyaksikan aksi protes yang mengejutkan. Mahasiswa dari berbagai jurusan berkumpul di alun-alun Fakultas Hukum, menyuarakan ketidakpuasan mereka terhadap tindakan Israel di Gaza. Dalam momen-momen itu, ketegangan di antara mahasiswa dan pihak berwenang mencapai titik puncaknya.
Sejak beberapa hari sebelumnya, aksi protes pro-Palestina telah merebak di kampus-kampus di seluruh Amerika Serikat. Namun, di GWU, semangat perlawanan tampaknya lebih keras dan lebih tak tergoyahkan. Meskipun para pejabat universitas dan polisi berusaha keras untuk membubarkan unjuk rasa, mahasiswa tetap bersikeras untuk menyuarakan keberatan mereka terhadap tindakan Israel.
Baca juga : Keyakinan Nahamanides dalam Realitas Surga dan Lokasi Taman Eden Dekat Garis Katulistiwa
Alun-alun Fakultas Hukum GWU menjadi medan perjuangan bagi mahasiswa yang memegang spanduk bertuliskan “Stand with Palestine” dan “Hentikan Genosida.” Di tengah sorakan yang menggema, mahasiswa dengan tegas menunjukkan solidaritas mereka dengan rakyat Palestina yang teraniaya.
Dibalik barikade yang dibangun oleh pihak berwenang, mahasiswa terus berjuang. Mereka tidak terpengaruh oleh ancaman dan intimidasi yang diterima. Bahkan, ketika para pejabat universitas menyerukan agar para demonstran meninggalkan tempat tersebut, suara protes mereka malah semakin keras.
Para mahasiswa ini tidak sendirian dalam perjuangan mereka. Di kampus-kampus lain di seluruh negeri, suara protes juga bergema. Dari Columbia hingga Yale, dari MIT hingga Harvard, mahasiswa bersatu untuk mengecam agresi Israel dan menuntut AS untuk menghentikan dukungannya terhadap negara Yahudi tersebut.
Namun, perjuangan mereka tidak berjalan mulus. Di beberapa tempat, protes telah berubah menjadi bentrokan yang memakan korban. Para mahasiswa yang memegang teguh prinsipnya terpaksa berhadapan dengan kekerasan yang dilancarkan oleh aparat penegak hukum.
Namun, di tengah segala tekanan dan risiko yang dihadapi, semangat perlawanan mahasiswa tidak pernah surut. Mereka tetap bertahan, menolak untuk berpaling dari tujuan mereka untuk memperjuangkan keadilan bagi Palestina. Bagi mereka, ini adalah perjuangan yang tidak hanya melibatkan pertarungan fisik, tetapi juga pertarungan moral dan etika.
Di GWU, di bawah cahaya matahari yang menyilaukan, mahasiswa terus berkemah. Mereka telah membentuk komunitas yang kuat di antara mereka, saling mendukung dan menguatkan satu sama lain dalam perjuangan mereka. Meskipun ditekan oleh pihak berwenang, mereka tetap tegar dalam keyakinan mereka bahwa suara mereka harus didengar.
Ketegangan di sekitar kampus semakin meningkat seiring berjalannya waktu. Pihak berwenang terus memantau perkembangan situasi dengan cermat, sementara mahasiswa terus bergerak maju dengan tekad yang tidak tergoyahkan. Mereka tidak akan mundur, bahkan jika harus menghadapi konsekuensi yang lebih besar.
Dibalik semua peristiwa ini, ada satu hal yang menjadi pusat dari semua kekisruhan ini: keinginan untuk keadilan. Mahasiswa tidak hanya berjuang untuk Palestina, tetapi juga untuk prinsip-prinsip kemanusiaan yang mendasari perjuangan mereka. Bagi mereka, ini bukan hanya tentang sebuah konflik politik, tetapi tentang hak asasi manusia yang mesti dijunjung tinggi.
Saat matahari terbenam di cakrawala, alun-alun Fakultas Hukum GWU masih dipenuhi dengan kehadiran mahasiswa yang tegar. Mereka duduk bersama, berdiskusi, dan merencanakan langkah-langkah selanjutnya dalam perjuangan mereka. Meskipun malam telah tiba, semangat mereka tidak pernah padam.
Inilah kisah tentang bagaimana sebuah aksi protes kecil di sebuah kampus menjadi simbol perlawanan yang besar terhadap ketidakadilan. Di bawah langit Washington yang tenang, mahasiswa terus menggema, menyuarakan suara mereka bagi mereka yang tidak memiliki suara. Dan di tengah segala rintangan dan hambatan, mereka tetap tegar dalam perjuangan mereka untuk membela kebenaran dan keadilan. *Roni
(Pro-Palestinian protests on Columbia’s campus stretched into their second week on Monday. Photo by Columbia University Apartheid Divest coalition).
- Berita Terkait :
Keyakinan Nahamanides dalam Realitas Surga dan Lokasi Taman Eden Dekat Garis Katulistiwa
Konsep Bumi sebagai Pusat Alam Semesta dalam Divine Comedy Dante
Thomas Aquinas: Pemikiran tentang Surga, Khatulistiwa, dan Taman Eden dalam Summa Theologica
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel Berdasarkan Keyakinan Eskatologis
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel
Orang Uighur Dipaksa Makan Daging Babi karena China Memperluas Peternakan Babi Xinjiang
Keren !, Presiden Pertama Indonesia, Soekarno Bela Mati-matian Palestina
Kata Rabbi Aaron Teitelbaum Shlita : “Negara Zionis adalah Penyembahan Berhala di Zaman Kita”
TERNYATA ADA RABI YAHUDI BERSUMPAH UNTUK “TERUS BERJUANG DALAM PERANG TUHAN MELAWAN ZIONISME”
Gila !, Banyak Wanita Uyghur Dipaksa Kawin Untuk Menghilangkan Warisan Budaya Tradisi Uyghur
Keren !, Ukraina Salah Satu Negara Pertama Akui Palestina di PBB
Karena Dekatnya Turki dengan Malaysia : Anwar Terbang Menemui Erdogan
Media Asing : Barat Tidak Berdaya di Myanmar
Enam Hari setelah Bencana Gempa Bumi Turki, Para Kontraktor Bangunan Ditangkapi
Bayi Lahir di Reruntuhan Gempa Suriah Dinamai Aya
Keren !, Presiden Aljazair Dukung Penuh Keanggotaan Palestina di PBB
Gawat ! Paman Sam AS Sebut Bakal Perang dengan China
Kemarahan Turki Setelah Pembakaran Quran, Protes Kurdi di Swedia
Kontra Intelijen FBI Menggerebek Kantor Polisi China di New York: Laporan
Nitizen Nyiyirin Presiden Emmanuel Macron”Tidak Minta Maaf” Atas Penjajahan Prancis di Aljazair
Tegas ! Demi Kemanusiaan Datuk Sri Anwar Ibrahim PM. Malaysia Bela Palestina
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ternyata Banyak Nama Kota Peninggalan Peradaban Islam di Amerika Serikat
Ternyata Angelina Jolie Tidak Masuk Dalam Daftar 5 Wanita Tercantik di Dunia
Peristiwa Dunia Yang Terjadi Tahun 2022
Wang Yi Menteri Luar Negeri China Diberhentikan
Pele Sang Legenda Sepak Bola Jum’at Dini Hari Meninggal Dalam Usia 82 Tahun
Islamofobia! Tiga Kepala Babi Diletakan Untuk Memprotes Pembangunan Masjid
Tragis ! Korban Bertambah 18 Orang Tewas Akibat Ledakan Truk Gas di Afrika Selatan
Lebih dari 40 Ribu Kematian Di Cina Karena Covid Di Akhir Tahun
Lagi-lagi Zionis Israil Menembak Mati Warga Palestina, Korbannya Pemain Sepak Bola Muda
Dr. Nisia Trindade Lima Menteri Kesehatan Brasil Pertama dari Kaum Hawa
Maher Zain Hadir Di Piala Dunia 2022 Dengan Merilis Lagu Bersiaplah (Tahayya)
Kembali Pecah Rekor, Kasus Covid-19 di China Tembus 39 Ribu Kasus Sehari
Warga China Minta Xi Jinping Mundur, Imbas Aturan Lockdown