Jakarta, Kowantaranews.com -Pada hari yang penuh makna bagi kaum pekerja di Kolombia, tepatnya Rabu (1/5/2024), Presiden Kolombia Gustavo Petro membuat pengumuman yang mengejutkan dunia internasional. Dalam pidatonya yang disampaikan di Bogota dalam rangka peringatan Hari Buruh Internasional, Petro menyatakan bahwa Kolombia memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel. Keputusan ini merupakan respons atas apa yang disebutnya sebagai tindakan genosida yang dilakukan Israel dalam perang di Jalur Gaza.
Petro, yang dikenal sebagai pemimpin sayap kiri yang telah berkuasa sejak tahun 2022, menyampaikan pengumuman tersebut dengan tekad yang kuat. Dia menegaskan bahwa negara-negara tidak bisa berdiam diri dalam menghadapi krisis kemanusiaan di Gaza. Pengumuman ini menjadi sorotan utama, menandai pertama kalinya dalam sejarah hubungan antara Kolombia dan Israel bahwa hubungan diplomatik mereka diakhiri.
Langkah Kolombia ini datang setelah beberapa negara Amerika Latin, seperti Honduras dan Chile, juga memutuskan hubungan diplomatik dengan Israel. Mereka bergabung dengan Brasil dan Venezuela, yang telah lama menjadi pengkritik keras Israel dalam konflik dengan Palestina. Namun, keputusan Kolombia untuk bergabung dengan Mahkamah Internasional dalam mendengarkan kasus dugaan genosida oleh Israel menandakan langkah yang lebih jauh dan mendalam.
Baca juga : Kontroversi Video Rashida Tlaib: Pertahanan Pro-Palestina di Tengah Keretakan Demokrat Michigan
Baca juga : Kontroversi Terkait Protes Mahasiswa di AS: Antara Anti-Semitisme dan Anti-Perang
Reaksi Israel terhadap pengumuman tersebut tidak mengejutkan. Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz, menggambarkan keputusan Petro sebagai tindakan antisemit dan penuh kebencian. Dia menegaskan bahwa hubungan antara dua negara tersebut selalu berlangsung hangat dan bahwa tidak ada alasan untuk memutuskan hubungan diplomatik tersebut.
Petro sendiri telah lama menjadi kritikus Israel sejak pecahnya perang di Gaza. Pada bulan Oktober 2023, dia mengecam keras komentar Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant terhadap penduduk Gaza, yang menurutnya mirip dengan apa yang dikatakan Nazi kepada orang Yahudi. Tindakan itu memicu ketegangan lebih lanjut antara Kolombia dan Israel.
Tidak hanya memutuskan hubungan diplomatik, Kolombia juga mengambil langkah konkret lainnya. Mereka meminta untuk bergabung dengan Mahkamah Internasional dalam menghadapi Israel atas tuduhan genosida di Gaza. Keputusan ini menunjukkan bahwa Kolombia bertekad untuk mendukung perlindungan hak asasi manusia di tengah krisis kemanusiaan yang sedang berlangsung di Gaza.
Meskipun Israel menyangkal tuduhan genosida tersebut, Kolombia tetap pada pendiriannya. Mereka melihat perang di Gaza sebagai sebuah tragedi kemanusiaan yang membutuhkan tanggapan tegas dari komunitas internasional. Keputusan ini juga dapat dipahami sebagai bagian dari perubahan lanskap politik di Amerika Latin, di mana semakin banyak pemimpin sayap kiri naik ke tampuk kekuasaan.
Kritikus Israel di Amerika Latin telah menjadi lebih vokal dalam mengutuk tindakan Israel terhadap Palestina. Mereka menganggap perlakuan Israel sebagai pelanggaran serius terhadap hak asasi manusia dan hukum internasional. Dengan memutuskan hubungan diplomatik, Kolombia bergabung dengan barisan negara-negara yang menuntut keadilan bagi rakyat Palestina.
Namun, reaksi terhadap keputusan Kolombia tidak homogen. Ada yang mendukung langkah tersebut sebagai tindakan yang berani dan penting untuk mendukung hak asasi manusia. Namun, ada juga yang menentangnya, terutama mereka yang memiliki pandangan pro-Israel yang kuat. Mereka berpendapat bahwa tindakan ini tidak akan membantu mencapai perdamaian di kawasan tersebut.
Pengumuman tersebut juga memperdalam jurang politik di dalam negeri Kolombia. Ada yang mendukung keputusan Petro sebagai tindakan yang konsisten dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan internasional. Namun, ada juga yang menentangnya, menganggapnya sebagai tindakan provokatif yang dapat merugikan kepentingan nasional Kolombia.
Di tengah semua ini, peran Petro sebagai pemimpin sayap kiri menjadi semakin menonjol. Dia telah menggunakan kekuasaannya untuk mengambil langkah-langkah yang dianggapnya sebagai langkah untuk melindungi hak-hak rakyat Palestina. Namun, bagaimana keputusan ini akan memengaruhi hubungan Kolombia dengan Israel dan dinamika geopolitik di Amerika Latin masih menjadi pertanyaan besar.
Meskipun demikian, pengumuman tersebut menunjukkan bahwa perang di Gaza telah memicu reaksi yang kuat dari sebagian besar dunia. Dengan memutuskan hubungan diplomatik dan bergabung dengan Mahkamah Internasional, Kolombia menegaskan komitmennya untuk mendukung hak asasi manusia dan keadilan internasional. Hal ini dapat dianggap sebagai langkah penting menuju penyelesaian damai di kawasan tersebut. *Roni
Sumber (AFP/REUTERS)
Foto twitter.com/MiddleEastMnt/status
- Berita Terkait :
Kontroversi Video Rashida Tlaib: Pertahanan Pro-Palestina di Tengah Keretakan Demokrat Michigan
Kontroversi Terkait Protes Mahasiswa di AS: Antara Anti-Semitisme dan Anti-Perang
Konfrontasi di Kampus: Mahasiswa Universitas Columbia Berjuang Demi Solidaritas dengan Palestina
Robert Reich Membela Mahasiswa yang Memprotes Perang Israel di Gaza di Kampus-kampus Amerika
Perjuangan Mahasiswa Amerika: Solidaritas dengan Palestina Melawan Represi dan Kekerasan
Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut Meski Ditekan Pemerintah
Keyakinan Nahamanides dalam Realitas Surga dan Lokasi Taman Eden Dekat Garis Katulistiwa
Konsep Bumi sebagai Pusat Alam Semesta dalam Divine Comedy Dante
Thomas Aquinas: Pemikiran tentang Surga, Khatulistiwa, dan Taman Eden dalam Summa Theologica
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel Berdasarkan Keyakinan Eskatologis
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel
Orang Uighur Dipaksa Makan Daging Babi karena China Memperluas Peternakan Babi Xinjiang
Keren !, Presiden Pertama Indonesia, Soekarno Bela Mati-matian Palestina
Kata Rabbi Aaron Teitelbaum Shlita : “Negara Zionis adalah Penyembahan Berhala di Zaman Kita”
TERNYATA ADA RABI YAHUDI BERSUMPAH UNTUK “TERUS BERJUANG DALAM PERANG TUHAN MELAWAN ZIONISME”
Gila !, Banyak Wanita Uyghur Dipaksa Kawin Untuk Menghilangkan Warisan Budaya Tradisi Uyghur
Keren !, Ukraina Salah Satu Negara Pertama Akui Palestina di PBB
Karena Dekatnya Turki dengan Malaysia : Anwar Terbang Menemui Erdogan
Media Asing : Barat Tidak Berdaya di Myanmar
Enam Hari setelah Bencana Gempa Bumi Turki, Para Kontraktor Bangunan Ditangkapi
Bayi Lahir di Reruntuhan Gempa Suriah Dinamai Aya
Keren !, Presiden Aljazair Dukung Penuh Keanggotaan Palestina di PBB
Gawat ! Paman Sam AS Sebut Bakal Perang dengan China
Kemarahan Turki Setelah Pembakaran Quran, Protes Kurdi di Swedia
Kontra Intelijen FBI Menggerebek Kantor Polisi China di New York: Laporan
Nitizen Nyiyirin Presiden Emmanuel Macron”Tidak Minta Maaf” Atas Penjajahan Prancis di Aljazair
Tegas ! Demi Kemanusiaan Datuk Sri Anwar Ibrahim PM. Malaysia Bela Palestina
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ternyata Banyak Nama Kota Peninggalan Peradaban Islam di Amerika Serikat
Ternyata Angelina Jolie Tidak Masuk Dalam Daftar 5 Wanita Tercantik di Dunia
Peristiwa Dunia Yang Terjadi Tahun 2022
Wang Yi Menteri Luar Negeri China Diberhentikan
Pele Sang Legenda Sepak Bola Jum’at Dini Hari Meninggal Dalam Usia 82 Tahun
Islamofobia! Tiga Kepala Babi Diletakan Untuk Memprotes Pembangunan Masjid
Tragis ! Korban Bertambah 18 Orang Tewas Akibat Ledakan Truk Gas di Afrika Selatan
Lebih dari 40 Ribu Kematian Di Cina Karena Covid Di Akhir Tahun
Lagi-lagi Zionis Israil Menembak Mati Warga Palestina, Korbannya Pemain Sepak Bola Muda
Dr. Nisia Trindade Lima Menteri Kesehatan Brasil Pertama dari Kaum Hawa
Maher Zain Hadir Di Piala Dunia 2022 Dengan Merilis Lagu Bersiaplah (Tahayya)
Kembali Pecah Rekor, Kasus Covid-19 di China Tembus 39 Ribu Kasus Sehari
Warga China Minta Xi Jinping Mundur, Imbas Aturan Lockdown