• Jum. Feb 14th, 2025

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Konfrontasi di Kampus: Mahasiswa Universitas Columbia Berjuang Demi Solidaritas dengan Palestina

ByAdmin

Mei 1, 2024
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com -Di kampus Universitas Columbia, suasana terasa tegang. Mahasiswa berkumpul di sekitar gedung-gedung, mengekspresikan ketidakpuasan mereka terhadap perang di Palestina. Mereka tidak hanya menuntut perubahan, tetapi juga menunjukkan solidaritas mereka dengan rakyat Palestina yang terkena dampak konflik yang sedang berlangsung di Gaza.

Ketegangan mencapai puncaknya ketika pasukan polisi secara besar-besaran dikerahkan ke kampus. Ancaman pemecatan dan pengusiran menggantung di atas kepala para mahasiswa yang telah menduduki Hamilton Hall, mengubah namanya menjadi Hind’s Hall sebagai bentuk penghormatan terhadap seorang gadis Palestina yang menjadi korban serangan Israel. Namun, meskipun dihadapkan pada tekanan dan ancaman, mahasiswa tidak mundur. Mereka bertekad untuk tetap bertahan dan menguatkan suara mereka, bahkan di tengah intimidasi dan ketidakpastian.

Baca juga : Robert Reich Membela Mahasiswa yang Memprotes Perang Israel di Gaza di Kampus-kampus Amerika

Baca juga : Perjuangan Mahasiswa Amerika: Solidaritas dengan Palestina Melawan Represi dan Kekerasan

Baca juga : Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut Meski Ditekan Pemerintah

Para pengunjuk rasa, yang mayoritas adalah mahasiswa, merasakan urgensi dari misi mereka. Mereka tidak hanya berjuang untuk memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina, tetapi juga untuk membuka mata masyarakat akan penderitaan yang dialami oleh orang-orang di Gaza. Solidaritas adalah pendorong utama di balik protes mereka. Mereka menganggap bahwa berdiri bersama dengan Palestina adalah sikap moral yang tidak bisa ditawar.

Namun, di sisi lain, administrasi universitas dan pasukan keamanan tidak menganggap protes ini sebagai ungkapan dari kebebasan berpendapat. Mereka melihatnya sebagai gangguan terhadap ketertiban kampus dan mencoba menghadapi para pengunjuk rasa dengan tindakan tegas. Pengusiran dan ancaman hukuman menjadi langkah pertama yang diambil oleh pihak universitas untuk mencoba menekan protes tersebut.

Namun, tindakan tersebut tidak berhasil meredam semangat perlawanan mahasiswa. Bahkan, mereka semakin kokoh dan bersatu dalam perjuangan mereka. Solidaritas di antara mereka semakin kuat, karena mereka menyadari bahwa mereka tidak sendirian dalam perjuangan ini. Mahasiswa dari berbagai latar belakang dan disiplin ilmu berada di sana bersama-sama, bersatu dalam tujuan yang sama: untuk menentang pendudukan dan kekerasan yang terjadi di Palestina.

Di tengah konfrontasi yang semakin memanas, para pengunjuk rasa di Universitas Columbia menunjukkan keteguhan moral mereka. Mereka menolak untuk tunduk pada tekanan dan intimidasi. Alih-alih, mereka memilih untuk terus memperjuangkan hak mereka untuk menyuarakan pendapat mereka. Bagi mereka, ini bukan hanya tentang protes di kampus; ini adalah tentang menyuarakan kebenaran dan keadilan bagi mereka yang tidak memiliki suara.

Tidak hanya itu, keberanian mereka juga menjadi inspirasi bagi mahasiswa di universitas lain. Solidaritas meluas ke berbagai perguruan tinggi di seluruh negeri, di mana mahasiswa juga mengambil langkah-langkah untuk menyuarakan dukungan mereka terhadap Palestina. Dengan demikian, apa yang terjadi di Universitas Columbia tidak hanya mempengaruhi kampus itu sendiri, tetapi juga menjadi bagian dari gerakan yang lebih besar untuk solidaritas dan keadilan di seluruh negeri.

Namun, tantangan tidak berhenti di sana. Meskipun keberanian dan keteguhan mahasiswa patut diapresiasi, mereka masih dihadapkan pada tekanan dan ancaman yang nyata. Pasukan keamanan terus meningkatkan kehadiran mereka di kampus, mencoba untuk menekan protes dan memadamkan semangat perlawanan mahasiswa. Ancaman pemecatan dan pengusiran masih menggantung di atas kepala mereka, menyulitkan mereka untuk terus melanjutkan perjuangan mereka.

Namun, di tengah semua tekanan dan hambatan, mahasiswa terus bertahan. Mereka tidak hanya bertarung untuk hak mereka, tetapi juga untuk hak-hak orang lain yang terpinggirkan dan diperlakukan tidak adil. Solidaritas dengan Palestina tidak hanya menjadi semboyan kosong, tetapi menjadi panggilan moral yang memandu langkah-langkah mereka.

Dalam perjuangan mereka, mahasiswa Universitas Columbia menunjukkan kepada dunia bahwa kebenaran tidak akan pernah ditekan. Solidaritas dan keadilan adalah kekuatan yang menggerakkan mereka, dan mereka tidak akan mundur sampai tuntutan mereka dipenuhi. Meskipun konfrontasi di kampus mungkin hanya sebagian kecil dari konflik yang lebih besar di Palestina, tetapi setiap langkah kecil memiliki dampak yang besar dalam perjuangan untuk keadilan dan perdamaian. *Roni

Foto dan Sumber : english.almayadeen.net/

  • Berita Terkait :

Robert Reich Membela Mahasiswa yang Memprotes Perang Israel di Gaza di Kampus-kampus Amerika

Perjuangan Mahasiswa Amerika: Solidaritas dengan Palestina Melawan Represi dan Kekerasan

Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut Meski Ditekan Pemerintah

Perdana Menteri Israel Kritik Protes Pro-Palestina di Kampus Amerika: Sebuah Sorotan Terhadap Kenaikan Antisemitisme

Pengaruh Skema Asli: Teori Kontroversial Profesor Santos tentang Lokasi Sebenarnya Yerusalem dalam ‘Atlantis: The Lost Continent Finally Found’

Keyakinan Nahamanides dalam Realitas Surga dan Lokasi Taman Eden Dekat Garis Katulistiwa

Konsep Bumi sebagai Pusat Alam Semesta dalam Divine Comedy Dante

Thomas Aquinas: Pemikiran tentang Surga, Khatulistiwa, dan Taman Eden dalam Summa Theologica

Mengungkap Misteri Taman Eden: Perjalanan dan Komentar Obadiah dari Bertinoro tentang Misnah dalam Perjalanannya ke Yerusalem

Tantangan Geografis dalam Interpretasi Klasik Kisah Eden: Targum Yerushalmi, Terjemahan Arab, dan Perspektif Nahmadines

Hubungan antara Midrash HaGadol dan Lokasi Eden serta Catatan Buku “Atlantis: The Lost Continent Finally Found” karya Prof. Arysio Santos

Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel Berdasarkan Keyakinan Eskatologis

Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel

“Menyuarakan Kebenaran: Dialog Imaginer Rabbi Neturei Karta dengan Jurnalis Kowantaranews.com tentang Konflik Israel-Palestina”

Neturei KARTA” bukanlah nama kota-kota di Indonesia seperti JaKARTA, JogjaKARTA, SuraKARTA, PurwoKERTO, PurwaKARTA, MojoKERTO, KERTOsono, KERTAbesuki” dan lainnya tapi Sebuah Komunitas Yahudi Ortodoks yang Menentang Zionisme Israel

Bulan Ramadhan Tahun ini dan Seterusnya Azan Dikumandangkan 5 Kali Sehari di Salah Satu Kota Terbesar di Amerika Serikat, Kota Minneapolis Negara Bagian Minnesota

Orang Uighur Dipaksa Makan Daging Babi karena China Memperluas Peternakan Babi Xinjiang

Keren !, Presiden Pertama Indonesia, Soekarno Bela Mati-matian Palestina

Ternyata ICJP Menyerukan Pemerintah Inggris untuk Merujuk Israel dan Perdana Menteri Netanyahu ke Pengadilan Kriminal Internasional untuk Kejahatan Perang di Palestina, Sebelum Jadwal Kunjungan Netanyahu 

Siapakah Alvin Bragg?  Jaksa Distrik Manhattan Setingkat Kejaksaan Negeri yang  Menuntut Donald Trump Presiden Amerika Serikat ke-45

Kata Rabbi Aaron Teitelbaum Shlita : “Negara Zionis adalah Penyembahan Berhala di Zaman Kita”

TERNYATA ADA RABI YAHUDI BERSUMPAH UNTUK  “TERUS BERJUANG DALAM PERANG TUHAN MELAWAN ZIONISME”

Gila !, Banyak Wanita Uyghur Dipaksa Kawin Untuk Menghilangkan  Warisan Budaya Tradisi Uyghur

Selain Beberapa Organisasi Islam, Warga Amerika Serikat Juga  Meminta Pemerintah Indonesia Menolak Timnas Israel U-20

Keren !, Ukraina Salah Satu Negara Pertama Akui Palestina di PBB

Karena Dekatnya Turki dengan Malaysia : Anwar  Terbang  Menemui  Erdogan

Media Asing : Barat Tidak Berdaya di Myanmar

Enam Hari setelah Bencana Gempa Bumi Turki, Para Kontraktor  Bangunan Ditangkapi

Bayi Lahir di Reruntuhan Gempa Suriah Dinamai Aya

Keren !, Presiden Aljazair Dukung Penuh Keanggotaan Palestina di PBB

Gawat !  Paman Sam AS Sebut Bakal Perang dengan China

Kemarahan Turki Setelah Pembakaran Quran, Protes Kurdi di Swedia

Kontra Intelijen FBI Menggerebek Kantor Polisi China di New York: Laporan

Nitizen Nyiyirin Presiden Emmanuel Macron”Tidak Minta Maaf” Atas Penjajahan Prancis di Aljazair

Tegas !  Demi Kemanusiaan Datuk Sri Anwar Ibrahim PM. Malaysia Bela Palestina

Rame Dibahas di Medsos “Pegunungan Makkah Telah Ditutupi dengan Tanaman Hijau Setelah Hujan Baru-baru ini”

China  Sebagai Pembunuh Terbanyak  Dalam Sejarah Modern,  Karena Ketidakmampuan dan Kebodohan Pemerintah Komunis Cina,  Tulis Media Luar

Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu

Ternyata Banyak Nama Kota Peninggalan Peradaban Islam di Amerika Serikat

Ternyata  Angelina Jolie  Tidak Masuk Dalam Daftar 5 Wanita Tercantik di Dunia

Peristiwa Dunia Yang Terjadi Tahun 2022

Wang Yi Menteri Luar Negeri China Diberhentikan

Pele Sang Legenda Sepak Bola Jum’at Dini Hari Meninggal Dalam Usia 82 Tahun

Islamofobia! Tiga Kepala Babi Diletakan Untuk Memprotes Pembangunan Masjid

Tragis ! Korban Bertambah 18 Orang Tewas Akibat Ledakan Truk Gas di Afrika Selatan

Lebih dari 40 Ribu Kematian Di Cina Karena Covid Di Akhir Tahun

Lagi-lagi Zionis Israil Menembak Mati Warga Palestina, Korbannya Pemain Sepak Bola Muda

Dr. Nisia Trindade Lima Menteri Kesehatan Brasil Pertama dari Kaum Hawa

Ternyata Komunitas Muslim dan Masjid Terbesar di Benua Amerika Selatan Ada Di Negara  Juara Piala Dunia Qatar FIFA 2022 Argentina !

Maher Zain Hadir Di Piala Dunia 2022 Dengan Merilis Lagu Bersiaplah (Tahayya)

Mahasiswa Cambridge memecahkan masalah tata bahasa Sansekerta yang membingungkan para sarjana selama berabad-abad

Kembali Pecah Rekor, Kasus Covid-19 di China Tembus 39 Ribu Kasus Sehari

Warga China Minta Xi Jinping Mundur, Imbas Aturan Lockdown

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *