Jakarta, Kowantaranews.com -Asna Tabassum melangkah menuju panggung di atas panggung megah yang dihiasi dengan warna-warna meriah dan bunga-bunga segar. Langkahnya mantap meskipun hatinya berdebar kencang. Di sekelilingnya, sorotan lampu-lampu panggung menyala terang, dan suara gemuruh tepuk tangan dari para hadirin mengisi ruangan. Inilah momen yang telah lama dia nantikan, momen pidato perpisahan di Universitas Southern California (USC), di mana dia akan berbicara dari hati ke hati kepada teman-teman seangkatannya, profesor, keluarga, dan semua yang telah mendukungnya selama perjalanan akademisnya.
Sebagai seorang mahasiswa berprestasi di bidang teknik biomedis dan teknik molekuler seluler, serta minor dalam perlawanan terhadap genosida, perjalanan Tabassum di USC tidaklah mudah. Dia telah menghadapi tantangan akademis yang besar, tetapi yang lebih besar lagi adalah tantangan sosial dan politik yang dia hadapi di luar kelas.
Seiring langkahnya mendekati podium, ingatannya kembali kepada perjalanan panjang yang telah dia lalui. Dia teringat akan momen ketika dia pertama kali tiba di USC, penuh semangat dan keinginan untuk belajar. Namun, semangatnya itu segera diuji ketika dia menyadari kompleksitas politik dan sosial yang ada di kampus.
Tabassum adalah seorang Muslim Asia Selatan-Amerika, dan identitasnya tidaklah terpisahkan dari kepercayaan dan nilai-nilai yang dia anut. Namun, di tengah-tengah lingkungan kampus yang heterogen, dia sering kali merasa dihadapkan pada stereotip dan prasangka.
Baca juga : Bisan Owda dan AJ+ Raih Penghargaan Peabody atas Liputan Gaza
Baca juga : Grace Blakeley Mendorong Sanksi terhadap Israel dalam Debat BBC Question Time
Baca juga : Insiden Pelecehan Verbal di Arizona State University: Staf Pro-Israel Diberhentikan
Namun, dia tidak pernah menyerah. Sebaliknya, dia menggunakan pengalaman-pengalamannya sebagai bahan bakar untuk perjuangannya. Dia aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan advokasi, memperjuangkan hak-hak minoritas dan mendorong kesadaran akan isu-isu yang sering diabaikan.
Tetapi perjalanan Tabassum tidak hanya tentang perjuangan pribadi. Dia juga terlibat dalam perjuangan yang lebih besar, perjuangan untuk keadilan dan kemanusiaan. Dalam minor perlawanan terhadap genosida-nya, dia mempelajari sejarah dan dampak genosida yang telah terjadi di berbagai belahan dunia, termasuk konflik yang berkecamuk di tanah Palestina.
Namun, dukungannya terhadap warga Palestina tidak selalu diterima dengan baik. Dia mendapat kecaman dan bahkan disensor oleh beberapa pihak yang tidak setuju dengan pandangannya. Namun, bagi Tabassum, membiarkan suara mereka yang terpinggirkan terdengar adalah sebuah kewajiban moral.
Saat dia berdiri di podium, dia melihat wajah-wajah yang penuh harapan dan antusiasme di antara kerumunan. Mereka adalah teman-teman dan kolega yang telah bersamanya sepanjang perjalanan ini, yang telah menyaksikan pertumbuhannya, perjuangannya, dan kemenangannya.
Dia mulai berbicara dengan suara yang penuh semangat, mengungkapkan terima kasihnya kepada semua orang yang telah mendukungnya. Dia bercerita tentang perjalanan pribadinya, tantangan yang dia hadapi, dan bagaimana dia tidak pernah menyerah pada rintangan yang dia hadapi.
Dia berbicara tentang pentingnya solidaritas dan empati, tentang pentingnya mendengarkan suara-suara yang terpinggirkan. Dia membagikan pengalaman-pengalamannya dalam memperjuangkan keadilan dan hak asasi manusia, dan bagaimana setiap individu memiliki peran penting dalam membentuk masa depan yang lebih baik.
Namun, yang paling penting, dia berbicara tentang harapan. Harapan untuk dunia yang lebih adil dan damai, di mana setiap orang dihormati dan dihargai, tanpa memandang agama, ras, atau latar belakang etnis. Dia menegaskan bahwa meskipun dunia mungkin penuh dengan ketidakadilan dan konflik, kita semua memiliki kekuatan untuk membuat perubahan.
Selesai berbicara, Tabassum disambut dengan tepuk tangan meriah yang memenuhi ruangan. Dia merasa lega dan bersyukur atas dukungan yang dia terima. Meskipun perjalanan itu tidak mudah, dia tahu bahwa setiap rintangan yang dia hadapi telah membentuknya menjadi orang yang lebih kuat dan lebih bijaksana.
Ketika dia melangkah turun dari panggung, dia melihat mata-mata yang penuh inspirasi di antara kerumunan. Dia tahu bahwa pesannya telah sampai pada mereka, bahwa semangat perjuangannya telah menular pada generasi berikutnya.
Dan saat dia berjalan keluar dari ruangan itu, dia merasa bangga pada apa yang telah dia capai. Dia tahu bahwa meskipun perjalanan itu mungkin berakhir di sini, perjuangannya untuk keadilan dan kemanusiaan akan terus berlanjut, karena keyakinannya tidak pernah pudar.*Roni
Sumber www.aa.com.tr
Foto www.yahoo.com
- Berita Terkait :
Bisan Owda dan AJ+ Raih Penghargaan Peabody atas Liputan Gaza
Grace Blakeley Mendorong Sanksi terhadap Israel dalam Debat BBC Question Time
Insiden Pelecehan Verbal di Arizona State University: Staf Pro-Israel Diberhentikan
Respon Defiant Israel Menyusul Peringatan Biden tentang Serangan Rafah
Dinamika Hubungan India-Israel di Bawah Pemerintahan Narendra Modi
Himne Macklemore untuk Perdamaian dan Keadilan: “Solidaritas Diam”
Tujuan Israel Menolak Gencatan Senjata dengan Hamas dan Melancarkan Operasi di Rafah
Mahasiswa Inggris Protes untuk Palestina: Aksi Pendudukan di Lima Universitas Terkemuka
Solidaritas Pelajar di MIT: Dukungan untuk Gaza dan Perlawanan Terhadap Perintah Polisi
Senator Partai Republik Ancam ICC: ‘Targetkan Israel dan Kami Akan Menargetkan Anda’
Pembelotan Massal dan Ketegangan Internal: Pasukan Israel Menolak Perintah di Gaza
Israel Menutup Kantor Al Jazeera
Ketegangan di Upacara Pembukaan Universitas Michigan: Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Dikeluarkan
Ketegangan Internal dan Eksternal: Keputusan Kontroversial Menutup Saluran Al Jazeera di Israel
Situasi Tegang: Demonstrasi di Institut Seni Chicago Berakhir dengan Puluhan Orang Ditangkap
Platform Pittsburgh: Peran Pentingnya dalam Gerakan Reformasi Amerika dalam Yudaisme
Deklarasi Balfour dan Peran Walter Rothschild: Sebuah Tinjauan
Pelukan Islam Shaun King dan Dukungannya terhadap Palestina: Kisah Perubahan dan Aktivisme
Trinidad dan Tobago Resmi Mengakui Negara Palestina: Tinjauan Keputusan dan Implikasinya
Kolombia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel karena Dugaan Genosida di Gaza
Kontroversi Video Rashida Tlaib: Pertahanan Pro-Palestina di Tengah Keretakan Demokrat Michigan
Kontroversi Terkait Protes Mahasiswa di AS: Antara Anti-Semitisme dan Anti-Perang
Konfrontasi di Kampus: Mahasiswa Universitas Columbia Berjuang Demi Solidaritas dengan Palestina
Robert Reich Membela Mahasiswa yang Memprotes Perang Israel di Gaza di Kampus-kampus Amerika
Perjuangan Mahasiswa Amerika: Solidaritas dengan Palestina Melawan Represi dan Kekerasan
Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut Meski Ditekan Pemerintah
Keyakinan Nahamanides dalam Realitas Surga dan Lokasi Taman Eden Dekat Garis Katulistiwa
Konsep Bumi sebagai Pusat Alam Semesta dalam Divine Comedy Dante
Thomas Aquinas: Pemikiran tentang Surga, Khatulistiwa, dan Taman Eden dalam Summa Theologica
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel Berdasarkan Keyakinan Eskatologis
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel
Orang Uighur Dipaksa Makan Daging Babi karena China Memperluas Peternakan Babi Xinjiang
Keren !, Presiden Pertama Indonesia, Soekarno Bela Mati-matian Palestina
Kata Rabbi Aaron Teitelbaum Shlita : “Negara Zionis adalah Penyembahan Berhala di Zaman Kita”
TERNYATA ADA RABI YAHUDI BERSUMPAH UNTUK “TERUS BERJUANG DALAM PERANG TUHAN MELAWAN ZIONISME”
Gila !, Banyak Wanita Uyghur Dipaksa Kawin Untuk Menghilangkan Warisan Budaya Tradisi Uyghur
Keren !, Ukraina Salah Satu Negara Pertama Akui Palestina di PBB
Karena Dekatnya Turki dengan Malaysia : Anwar Terbang Menemui Erdogan
Media Asing : Barat Tidak Berdaya di Myanmar
Enam Hari setelah Bencana Gempa Bumi Turki, Para Kontraktor Bangunan Ditangkapi
Bayi Lahir di Reruntuhan Gempa Suriah Dinamai Aya
Keren !, Presiden Aljazair Dukung Penuh Keanggotaan Palestina di PBB
Gawat ! Paman Sam AS Sebut Bakal Perang dengan China
Kemarahan Turki Setelah Pembakaran Quran, Protes Kurdi di Swedia
Kontra Intelijen FBI Menggerebek Kantor Polisi China di New York: Laporan
Nitizen Nyiyirin Presiden Emmanuel Macron”Tidak Minta Maaf” Atas Penjajahan Prancis di Aljazair
Tegas ! Demi Kemanusiaan Datuk Sri Anwar Ibrahim PM. Malaysia Bela Palestina
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ternyata Banyak Nama Kota Peninggalan Peradaban Islam di Amerika Serikat
Ternyata Angelina Jolie Tidak Masuk Dalam Daftar 5 Wanita Tercantik di Dunia
Peristiwa Dunia Yang Terjadi Tahun 2022
Wang Yi Menteri Luar Negeri China Diberhentikan
Pele Sang Legenda Sepak Bola Jum’at Dini Hari Meninggal Dalam Usia 82 Tahun
Islamofobia! Tiga Kepala Babi Diletakan Untuk Memprotes Pembangunan Masjid
Tragis ! Korban Bertambah 18 Orang Tewas Akibat Ledakan Truk Gas di Afrika Selatan
Lebih dari 40 Ribu Kematian Di Cina Karena Covid Di Akhir Tahun
Lagi-lagi Zionis Israil Menembak Mati Warga Palestina, Korbannya Pemain Sepak Bola Muda
Dr. Nisia Trindade Lima Menteri Kesehatan Brasil Pertama dari Kaum Hawa
Maher Zain Hadir Di Piala Dunia 2022 Dengan Merilis Lagu Bersiaplah (Tahayya)
Kembali Pecah Rekor, Kasus Covid-19 di China Tembus 39 Ribu Kasus Sehari
Warga China Minta Xi Jinping Mundur, Imbas At