Jakarta, Kowantaranews.com -Selama bertahun-tahun, konflik antara Israel dan Palestina telah menciptakan gelombang kekerasan, ketegangan, dan penderitaan di wilayah tersebut. Namun, dalam konflik terbaru di Gaza, sebuah peristiwa mengejutkan terjadi: pembelotan massal oleh Pasukan Israel. Pada saat ketegangan mencapai puncaknya, ratusan anggota pasukan menolak perintah invasi, mengungkapkan ketidaksetujuan mereka terhadap kebijakan militer dan menimbulkan pertanyaan tentang stabilitas internal Israel.
Sejak perang dimulai, hampir tujuh bulan yang lalu, pasukan Israel telah terlibat dalam pertempuran sengit melawan kelompok militan Palestina di Gaza. Namun, saat invasi darat ke kota Rafah, Gaza, diperintahkan, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Lebih dari 30 anggota pasukan, termasuk dari kompi pasukan terjun payung cadangan, menolak untuk mengikuti perintah tersebut. Mereka menyatakan kelelahan fisik dan mental setelah berbulan-bulan bertempur tanpa henti, mengisyaratkan bahwa mereka tidak lagi mampu melanjutkan pertempuran.
Ketidakpatuhan ini menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan pimpinan militer Israel. Kekurangan pasukan cadangan, yang dianggap sebagai salah satu elemen kunci dalam strategi pertahanan Israel, menjadi terbuka. Bahkan pejabat angkatan darat Israel sendiri mengakui bahwa pasukan cadangan tidak akan dipaksa untuk terlibat dalam invasi tersebut. Ini merupakan indikasi jelas akan berkurangnya dukungan dan ketersediaan pasukan cadangan setelah bertempur selama berbulan-bulan.
Baca juga : Israel Menutup Kantor Al Jazeera
Namun, bukan hanya dari segi militer saja, ketegangan juga muncul di bidang politik dan sosial di dalam Israel. Lebih dari seratus perempuan yang wajib militer menolak untuk menjadi tentara pengintai di dekat garis pemisah dengan Gaza. Ini menunjukkan bahwa penolakan terhadap kebijakan militer tidak terbatas pada laki-laki saja, tetapi juga melibatkan anggota wanita dari masyarakat Israel.
Respons terhadap pembelotan ini tidak hanya terjadi di tingkat individu, tetapi juga di kalangan elit militer dan politik Israel. Mantan kepala Direktorat Operasi Pasukan Pertahanan Israel, Ziv, menyatakan bahwa penolakan terhadap invasi Rafah dapat dimengerti, mengingat risiko tinggi yang terkait dengan operasi tersebut. Dia bahkan mengklaim bahwa invasi Rafah memiliki risiko yang lebih tinggi daripada operasi militer lainnya di Gaza, mengingat wilayah tersebut sangat padat dan sulit diperjuangkan.
Komentar dari Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menekankan keteguhan untuk mencapai tujuan militer meskipun ada tekanan untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata. Netanyahu berjanji untuk melancarkan serangan ke kota Rafah, bahkan jika itu berarti melanggar perjanjian gencatan senjata yang sedang dinegosiasikan. Ini menunjukkan bahwa kepentingan militer dan politik bisa saja berselisih dalam menghadapi situasi krisis.
Namun, ada juga suara dari dalam Israel yang menyerukan pendekatan yang lebih berhati-hati dan diplomatik. Beberapa anggota kabinet menekankan perlunya mempertimbangkan kesepakatan gencatan senjata untuk mencegah invasi Rafah yang dapat mengakibatkan kerugian besar bagi kedua belah pihak.
Dengan demikian, pembelotan massal ini tidak hanya mencerminkan ketegangan internal dalam pasukan Israel, tetapi juga mencerminkan ketegangan dan perbedaan pendapat yang lebih luas dalam masyarakat dan politik Israel. Ini menyoroti kompleksitas dan tantangan yang dihadapi oleh Israel dalam menangani konflik di Gaza, serta perlunya mencari solusi yang bijaksana dan berkelanjutan untuk mencapai perdamaian dan stabilitas di wilayah tersebut. *Roni
Sumber www.cnbcindonesia.com
Foto CNN
- Berita Terkait :
Israel Menutup Kantor Al Jazeera
Ketegangan di Upacara Pembukaan Universitas Michigan: Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Dikeluarkan
Ketegangan Internal dan Eksternal: Keputusan Kontroversial Menutup Saluran Al Jazeera di Israel
Situasi Tegang: Demonstrasi di Institut Seni Chicago Berakhir dengan Puluhan Orang Ditangkap
Platform Pittsburgh: Peran Pentingnya dalam Gerakan Reformasi Amerika dalam Yudaisme
Deklarasi Balfour dan Peran Walter Rothschild: Sebuah Tinjauan
Pelukan Islam Shaun King dan Dukungannya terhadap Palestina: Kisah Perubahan dan Aktivisme
Trinidad dan Tobago Resmi Mengakui Negara Palestina: Tinjauan Keputusan dan Implikasinya
Kolombia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel karena Dugaan Genosida di Gaza
Kontroversi Video Rashida Tlaib: Pertahanan Pro-Palestina di Tengah Keretakan Demokrat Michigan
Kontroversi Terkait Protes Mahasiswa di AS: Antara Anti-Semitisme dan Anti-Perang
Konfrontasi di Kampus: Mahasiswa Universitas Columbia Berjuang Demi Solidaritas dengan Palestina
Robert Reich Membela Mahasiswa yang Memprotes Perang Israel di Gaza di Kampus-kampus Amerika
Perjuangan Mahasiswa Amerika: Solidaritas dengan Palestina Melawan Represi dan Kekerasan
Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut Meski Ditekan Pemerintah
Keyakinan Nahamanides dalam Realitas Surga dan Lokasi Taman Eden Dekat Garis Katulistiwa
Konsep Bumi sebagai Pusat Alam Semesta dalam Divine Comedy Dante
Thomas Aquinas: Pemikiran tentang Surga, Khatulistiwa, dan Taman Eden dalam Summa Theologica
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel Berdasarkan Keyakinan Eskatologis
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel
Orang Uighur Dipaksa Makan Daging Babi karena China Memperluas Peternakan Babi Xinjiang
Keren !, Presiden Pertama Indonesia, Soekarno Bela Mati-matian Palestina
Kata Rabbi Aaron Teitelbaum Shlita : “Negara Zionis adalah Penyembahan Berhala di Zaman Kita”
TERNYATA ADA RABI YAHUDI BERSUMPAH UNTUK “TERUS BERJUANG DALAM PERANG TUHAN MELAWAN ZIONISME”
Gila !, Banyak Wanita Uyghur Dipaksa Kawin Untuk Menghilangkan Warisan Budaya Tradisi Uyghur
Keren !, Ukraina Salah Satu Negara Pertama Akui Palestina di PBB
Karena Dekatnya Turki dengan Malaysia : Anwar Terbang Menemui Erdogan
Media Asing : Barat Tidak Berdaya di Myanmar
Enam Hari setelah Bencana Gempa Bumi Turki, Para Kontraktor Bangunan Ditangkapi
Bayi Lahir di Reruntuhan Gempa Suriah Dinamai Aya
Keren !, Presiden Aljazair Dukung Penuh Keanggotaan Palestina di PBB
Gawat ! Paman Sam AS Sebut Bakal Perang dengan China
Kemarahan Turki Setelah Pembakaran Quran, Protes Kurdi di Swedia
Kontra Intelijen FBI Menggerebek Kantor Polisi China di New York: Laporan
Nitizen Nyiyirin Presiden Emmanuel Macron”Tidak Minta Maaf” Atas Penjajahan Prancis di Aljazair
Tegas ! Demi Kemanusiaan Datuk Sri Anwar Ibrahim PM. Malaysia Bela Palestina
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ternyata Banyak Nama Kota Peninggalan Peradaban Islam di Amerika Serikat
Ternyata Angelina Jolie Tidak Masuk Dalam Daftar 5 Wanita Tercantik di Dunia
Peristiwa Dunia Yang Terjadi Tahun 2022
Wang Yi Menteri Luar Negeri China Diberhentikan
Pele Sang Legenda Sepak Bola Jum’at Dini Hari Meninggal Dalam Usia 82 Tahun
Islamofobia! Tiga Kepala Babi Diletakan Untuk Memprotes Pembangunan Masjid
Tragis ! Korban Bertambah 18 Orang Tewas Akibat Ledakan Truk Gas di Afrika Selatan
Lebih dari 40 Ribu Kematian Di Cina Karena Covid Di Akhir Tahun
Lagi-lagi Zionis Israil Menembak Mati Warga Palestina, Korbannya Pemain Sepak Bola Muda
Dr. Nisia Trindade Lima Menteri Kesehatan Brasil Pertama dari Kaum Hawa
Maher Zain Hadir Di Piala Dunia 2022 Dengan Merilis Lagu Bersiaplah (Tahayya)
Kembali Pecah Rekor, Kasus Covid-19 di China Tembus 39 Ribu Kasus Sehari
Warga China Minta Xi Jinping Mundur, Imbas Aturan Lockdown