Jakarta, Kowantaranews.com -Israel menolak gencatan senjata dengan Hamas dan melancarkan operasi di Rafah, menciptakan ketegangan yang mendalam dalam konflik yang telah berlarut-larut antara kedua belah pihak. Keputusan ini menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi lebih lanjut dan penderitaan yang lebih besar bagi warga Palestina yang terjebak di tengah-tengah pertempuran.
Pertimbangan yang kompleks memengaruhi keputusan Israel. Salah satunya adalah keamanan perbatasan. Israel menganggap Rafah sebagai titik penyelundupan senjata oleh Hamas, yang digunakan untuk memperkuat diri mereka di Gaza. Operasi di Rafah dimaksudkan untuk membubarkan batalion Hamas dan menguasai jalur penyeberangan tersebut, sehingga mengurangi ancaman keamanan di perbatasan.
Namun, keputusan ini juga dipengaruhi oleh faktor politik internal. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mungkin berusaha memperkuat popularitasnya dengan menunjukkan sikap tegas terhadap Hamas. Ini mungkin merupakan langkah politik untuk memperkuat posisinya di dalam negeri, terutama mengingat kepentingan partai-partai sayap kanan di dalam koalisi pemerintahan.
Namun demikian, Israel juga menghadapi tekanan internasional dan pertimbangan strategis. Mereka menyadari bahwa keputusan ini akan berdampak pada opini internasional terhadap mereka, terutama dari negara-negara yang mendukung solusi perdamaian di Timur Tengah. Israel mungkin juga mempertimbangkan dukungan yang mereka terima dari sekutu mereka, terutama Amerika Serikat, dan bagaimana itu dapat memengaruhi keputusan mereka.
Baca juga : Mahasiswa Inggris Protes untuk Palestina: Aksi Pendudukan di Lima Universitas Terkemuka
Baca juga : Solidaritas Pelajar di MIT: Dukungan untuk Gaza dan Perlawanan Terhadap Perintah Polisi
Di sisi lain, Hamas telah menunjukkan kesediaannya untuk gencatan senjata dengan mengumumkan dukungannya terhadap proposal Mesir-Qatar. Namun, Israel menolak proposal ini, mengindikasikan bahwa mereka tidak bersedia untuk mengakhiri konflik ini secara permanen. Ini mencerminkan ketidakpercayaan yang dalam antara kedua belah pihak dan menunjukkan kompleksitas negosiasi yang terlibat dalam mencapai perdamaian yang berkelanjutan.
Dalam konteks ini, faktor kemanusiaan juga harus diperhitungkan. Serangan Israel di Rafah berpotensi membahayakan lebih dari satu juta warga Palestina yang tinggal di wilayah tersebut, sebagian besar di antaranya adalah pengungsi. Ini menunjukkan bahwa konflik ini tidak hanya berdampak pada kedua belah pihak secara politik dan militer, tetapi juga menyebabkan penderitaan yang besar bagi warga sipil yang tidak terlibat dalam konflik.
Sementara itu, keputusan Israel untuk menolak gencatan senjata juga dapat dipahami sebagai bagian dari strategi mereka untuk memperkuat posisi tawar dalam negosiasi. Mereka mungkin berharap bahwa dengan melancarkan operasi di Rafah, mereka dapat memperoleh keuntungan taktis yang memperkuat posisi mereka dalam negosiasi masa depan dengan Hamas.
Namun, ada risiko besar dalam keputusan ini. Eskalasi konflik dapat mengakibatkan lebih banyak penderitaan dan kerugian bagi kedua belah pihak, sementara tidak menjamin penyelesaian jangka panjang yang berkelanjutan. Ini menunjukkan bahwa kedua belah pihak perlu lebih banyak upaya untuk mencari solusi damai yang menguntungkan semua pihak yang terlibat.
Di samping itu, peran pihak lain, terutama Amerika Serikat sebagai mediator, juga penting dalam menyelesaikan konflik ini. AS memiliki kepentingan besar dalam memastikan stabilitas di Timur Tengah dan dapat memainkan peran yang lebih aktif dalam mendorong kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan.
Pada akhirnya, keputusan Israel untuk menolak gencatan senjata dengan Hamas dan melancarkan operasi di Rafah mencerminkan kompleksitas konflik ini dan tantangan dalam mencapai perdamaian yang berkelanjutan di kawasan tersebut. Diperlukan upaya yang lebih besar dari semua pihak yang terlibat untuk mencari solusi yang adil dan berkelanjutan yang mengakhiri penderitaan bagi semua warga di kawasan tersebut. *Roni
Sumber www.aljazeera.com
Foto english.aawsat.com
- Berita Terkait :
Mahasiswa Inggris Protes untuk Palestina: Aksi Pendudukan di Lima Universitas Terkemuka
Solidaritas Pelajar di MIT: Dukungan untuk Gaza dan Perlawanan Terhadap Perintah Polisi
Senator Partai Republik Ancam ICC: ‘Targetkan Israel dan Kami Akan Menargetkan Anda’
Pembelotan Massal dan Ketegangan Internal: Pasukan Israel Menolak Perintah di Gaza
Israel Menutup Kantor Al Jazeera
Ketegangan di Upacara Pembukaan Universitas Michigan: Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Dikeluarkan
Ketegangan Internal dan Eksternal: Keputusan Kontroversial Menutup Saluran Al Jazeera di Israel
Situasi Tegang: Demonstrasi di Institut Seni Chicago Berakhir dengan Puluhan Orang Ditangkap
Platform Pittsburgh: Peran Pentingnya dalam Gerakan Reformasi Amerika dalam Yudaisme
Deklarasi Balfour dan Peran Walter Rothschild: Sebuah Tinjauan
Pelukan Islam Shaun King dan Dukungannya terhadap Palestina: Kisah Perubahan dan Aktivisme
Trinidad dan Tobago Resmi Mengakui Negara Palestina: Tinjauan Keputusan dan Implikasinya
Kolombia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel karena Dugaan Genosida di Gaza
Kontroversi Video Rashida Tlaib: Pertahanan Pro-Palestina di Tengah Keretakan Demokrat Michigan
Kontroversi Terkait Protes Mahasiswa di AS: Antara Anti-Semitisme dan Anti-Perang
Konfrontasi di Kampus: Mahasiswa Universitas Columbia Berjuang Demi Solidaritas dengan Palestina
Robert Reich Membela Mahasiswa yang Memprotes Perang Israel di Gaza di Kampus-kampus Amerika
Perjuangan Mahasiswa Amerika: Solidaritas dengan Palestina Melawan Represi dan Kekerasan
Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut Meski Ditekan Pemerintah
Keyakinan Nahamanides dalam Realitas Surga dan Lokasi Taman Eden Dekat Garis Katulistiwa
Konsep Bumi sebagai Pusat Alam Semesta dalam Divine Comedy Dante
Thomas Aquinas: Pemikiran tentang Surga, Khatulistiwa, dan Taman Eden dalam Summa Theologica
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel Berdasarkan Keyakinan Eskatologis
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel
Orang Uighur Dipaksa Makan Daging Babi karena China Memperluas Peternakan Babi Xinjiang
Keren !, Presiden Pertama Indonesia, Soekarno Bela Mati-matian Palestina
Kata Rabbi Aaron Teitelbaum Shlita : “Negara Zionis adalah Penyembahan Berhala di Zaman Kita”
TERNYATA ADA RABI YAHUDI BERSUMPAH UNTUK “TERUS BERJUANG DALAM PERANG TUHAN MELAWAN ZIONISME”
Gila !, Banyak Wanita Uyghur Dipaksa Kawin Untuk Menghilangkan Warisan Budaya Tradisi Uyghur
Keren !, Ukraina Salah Satu Negara Pertama Akui Palestina di PBB
Karena Dekatnya Turki dengan Malaysia : Anwar Terbang Menemui Erdogan
Media Asing : Barat Tidak Berdaya di Myanmar
Enam Hari setelah Bencana Gempa Bumi Turki, Para Kontraktor Bangunan Ditangkapi
Bayi Lahir di Reruntuhan Gempa Suriah Dinamai Aya
Keren !, Presiden Aljazair Dukung Penuh Keanggotaan Palestina di PBB
Gawat ! Paman Sam AS Sebut Bakal Perang dengan China
Kemarahan Turki Setelah Pembakaran Quran, Protes Kurdi di Swedia
Kontra Intelijen FBI Menggerebek Kantor Polisi China di New York: Laporan
Nitizen Nyiyirin Presiden Emmanuel Macron”Tidak Minta Maaf” Atas Penjajahan Prancis di Aljazair
Tegas ! Demi Kemanusiaan Datuk Sri Anwar Ibrahim PM. Malaysia Bela Palestina
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ternyata Banyak Nama Kota Peninggalan Peradaban Islam di Amerika Serikat
Ternyata Angelina Jolie Tidak Masuk Dalam Daftar 5 Wanita Tercantik di Dunia
Peristiwa Dunia Yang Terjadi Tahun 2022
Wang Yi Menteri Luar Negeri China Diberhentikan
Pele Sang Legenda Sepak Bola Jum’at Dini Hari Meninggal Dalam Usia 82 Tahun
Islamofobia! Tiga Kepala Babi Diletakan Untuk Memprotes Pembangunan Masjid
Tragis ! Korban Bertambah 18 Orang Tewas Akibat Ledakan Truk Gas di Afrika Selatan
Lebih dari 40 Ribu Kematian Di Cina Karena Covid Di Akhir Tahun
Lagi-lagi Zionis Israil Menembak Mati Warga Palestina, Korbannya Pemain Sepak Bola Muda
Dr. Nisia Trindade Lima Menteri Kesehatan Brasil Pertama dari Kaum Hawa
Maher Zain Hadir Di Piala Dunia 2022 Dengan Merilis Lagu Bersiaplah (Tahayya)
Kembali Pecah Rekor, Kasus Covid-19 di China Tembus 39 Ribu Kasus Sehari
Warga China Minta Xi Jinping Mundur, Imbas Aturan Lockdown