Jakarta, Kowantaranews.com -Iran berada dalam masa berkabung setelah Presiden Ebrahim Raisi dan Menteri Luar Negeri Hossein Amir Abdollahian tewas dalam kecelakaan helikopter pada hari Minggu. Insiden tragis ini terjadi saat kedua tokoh penting tersebut sedang dalam perjalanan dari perbatasan Iran dengan Azerbaijan setelah meresmikan proyek bendungan. Menurut laporan media pemerintah Iran, helikopter yang mereka tumpangi jatuh di daerah pegunungan dekat kota Jolfa karena kegagalan teknis.
Kecelakaan ini terjadi di tengah gejolak politik dan ketegangan internasional yang sudah memuncak. Dalam beberapa tahun terakhir, Iran telah menghadapi berbagai tantangan, mulai dari ketegangan dengan negara-negara tetangganya hingga ketidakpuasan domestik yang semakin meningkat. Kehilangan dua pemimpin berpengaruh ini menambah lapisan baru ketidakstabilan di negara tersebut.
Upaya Penyelamatan yang Heroik
Setelah kecelakaan terjadi, tim pencarian dan penyelamatan segera dikerahkan ke lokasi. Mereka harus berjuang melawan kondisi cuaca buruk, termasuk hujan dan kabut tebal, serta medan yang sulit di kawasan hutan lebat dan terjal. Setelah berjam-jam melakukan pencarian, tim akhirnya menemukan lokasi jatuhnya helikopter. Sayangnya, tidak ada yang selamat dari insiden tersebut.
Kematian Presiden Raisi dan Menteri Luar Negeri Abdollahian meninggalkan duka mendalam di seluruh negeri. Keduanya dikenal sebagai tokoh yang sangat berpengaruh dalam politik Iran. Raisi, yang menjabat sebagai presiden sejak 2021, adalah seorang ulama garis keras yang pernah dipandang sebagai calon kuat penerus Ayatollah Ali Khamenei, pemimpin tertinggi Iran. Abdollahian, di sisi lain, telah memainkan peran kunci dalam diplomasi Iran di panggung internasional.
Tanggapan dari Pemerintah dan Pemimpin Tertinggi
Menanggapi tragedi ini, Ayatollah Ali Khamenei berusaha menenangkan kekhawatiran publik dengan menyatakan bahwa tidak akan ada gangguan dalam pemerintahan. Dia mengumumkan bahwa Mohammad Mokhber, Wakil Presiden Pertama, akan menjadi presiden sementara dan akan mengorganisir pemilihan presiden baru dalam 50 hari ke depan. Khamenei menekankan pentingnya kelanjutan kerja pemerintahan dan stabilitas negara di tengah masa berkabung ini.
Upacara Pemakaman yang Menghormati
Prosesi pemakaman untuk Presiden Raisi dan Menteri Luar Negeri Abdollahian akan berlangsung selama tiga hari, dimulai pada hari Selasa di kota Tabriz. Setelah itu, jenazah keduanya akan dibawa ke Teheran untuk upacara pemakaman resmi pada hari Rabu. Pemakaman terakhir akan diadakan di kota asal Raisi, Mashhad, pada hari Kamis, di mana ia akan dimakamkan di situs suci Imam Reza, salah satu tempat paling suci dalam Islam Syiah.
Kehilangan dua pemimpin ini tidak hanya membawa duka bagi rakyat Iran, tetapi juga menciptakan ketidakpastian politik. Raisi adalah sosok yang telah mengkonsolidasikan kekuasaan dan meminggirkan kelompok reformis sejak menjabat sebagai presiden. Dia dikenal karena memperluas pengaruh Iran di kawasan Timur Tengah melalui dukungan terhadap kelompok-kelompok proxy yang sering terlibat dalam serangan terhadap Israel dan Amerika Serikat. Selain itu, dia juga memimpin tindakan keras terhadap para demonstran domestik, terutama selama protes yang dipimpin oleh wanita dan kaum muda.
Baca juga : Prof. Mearsheimer: Pembersihan Etnis atau Solusi Damai? Analisis Krisis Israel
Baca juga : Utusan Palestina: Israel Berniat ‘Menggusur, Menundukkan, atau Membunuh’ Warga Gaza
Baca juga : Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang
Dampak Terhadap Hubungan Internasional
Kematian Raisi terjadi hanya beberapa minggu setelah Iran nyaris terlibat dalam konflik terbuka dengan Israel dan Amerika Serikat. Perang bayangan yang berlangsung lama dengan Israel meledak ke permukaan dengan serangkaian serangan langsung bulan lalu. Ketegangan ini memuncak setelah Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober, yang memicu perang di Gaza dan rangkaian serangan balasan di seluruh wilayah.
Hubungan Iran dengan Amerika Serikat juga tetap tegang, terutama terkait program nuklir Iran. Negara ini telah memproduksi bahan bakar nuklir yang diperkaya ke tingkat yang hampir cukup untuk membuat beberapa bom. Ketidakpastian mengenai siapa yang akan memimpin Iran selanjutnya dapat mempengaruhi dinamika di kawasan tersebut, terutama jika menyangkut kebijakan nuklir dan hubungan dengan negara-negara Barat.
Reaksi Internasional dan Tuduhan yang Dilontarkan
Di tengah kabar duka ini, komunitas internasional menyampaikan belasungkawa mereka. Namun, hubungan diplomatik yang tegang tetap menjadi sorotan. Matthew Miller, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, mengeluarkan pernyataan yang mengecam rekam jejak Raisi dalam pelanggaran hak asasi manusia, terutama terhadap perempuan dan anak-anak di Iran. Meskipun demikian, Miller menyatakan penyesalan atas hilangnya nyawa dalam kecelakaan tersebut.
Selain itu, tuduhan juga muncul dari mantan Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, yang menyalahkan sanksi Amerika terhadap industri penerbangan Iran atas kecelakaan ini. Zarif berargumen bahwa sanksi tersebut telah menyebabkan penurunan kualitas dan perawatan pesawat di Iran. Menanggapi tuduhan ini, Miller menegaskan bahwa pemerintah Iran bertanggung jawab atas keputusan untuk menerbangkan helikopter berusia 45 tahun dalam kondisi cuaca buruk, bukan pihak lain.
Ketidakpuasan Domestik dan Tantangan Ekonomi
Di dalam negeri, kemarahan terhadap pemerintah semakin memuncak. Banyak warga Iran yang sudah lama menyerukan diakhirinya pemerintahan ulama, merasa bahwa korupsi dan sanksi internasional telah merusak perekonomian negara. Dalam dua tahun terakhir, Iran telah mengalami pemberontakan domestik yang semakin intensif, nilai mata uang yang jatuh ke rekor terendah, kekurangan air yang diperparah oleh perubahan iklim, dan serangan teroris paling mematikan sejak berdirinya Republik Islam pada tahun 1979.
Situasi ini memicu protes di berbagai kota, dengan demonstran yang menuntut perubahan signifikan dalam pemerintahan. Kematian Raisi dan Abdollahian memberikan momentum baru bagi gerakan oposisi yang semakin vokal dalam menuntut reformasi.
Masa Depan Iran di Tengah Ketidakpastian
Dengan meninggalnya Raisi, Iran memasuki babak baru ketidakpastian politik. Proses pemilihan presiden baru dalam waktu 50 hari mendatang akan menjadi ujian bagi stabilitas politik di negara tersebut. Banyak yang memandang bahwa kematian Raisi mungkin membuka jalan bagi perubahan dalam struktur kepemimpinan Iran, termasuk kemungkinan naiknya Mojtaba Khamenei, putra Ayatollah Khamenei, sebagai calon pemimpin masa depan.
Namun, para analis memperkirakan bahwa kebijakan luar negeri dan dalam negeri Iran mungkin tidak akan berubah drastis dalam waktu dekat. Pemerintah diperkirakan akan terus memperkuat pengaruhnya di kawasan Timur Tengah dan mempertahankan sikap tegas terhadap Barat.
Tragedi ini membawa Iran ke dalam periode refleksi dan ketidakpastian. Bagaimana negara ini akan melanjutkan perjalanan politiknya di tengah berbagai tantangan domestik dan internasional masih harus dilihat. Yang pasti, Iran saat ini berada di persimpangan jalan yang kritis, dengan masa depan yang penuh dengan kemungkinan dan tantangan. *Roni
Sumber nytimes.com
Foto Kowantaranews.com
- Berita Terkait :
Prof. Mearsheimer: Pembersihan Etnis atau Solusi Damai? Analisis Krisis Israel
Utusan Palestina: Israel Berniat ‘Menggusur, Menundukkan, atau Membunuh’ Warga Gaza
Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang
Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam
Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur
JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot
76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza
Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill
Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global
Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden
Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza
Enam Sekutu Amerika Serikat Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB
Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”
Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza
Mayoritas Warga Kanada Mendukung Protes di Kampus Universitas Menurut Jajak Pendapat Terbaru
Raja Denmark Mengibarkan Bendera Palestina: Solidaritas Global Menguat Setelah Badai Al-Aqsa
Gary Lineker: Tidak Bisa Diam Mengenai Konflik Gaza dan Kritik Terhadap Tindakan Israel
Kekuatan Opini Publik: Kim Kardashian dan Dampak #Blockout2024 Pro-Palestina
Perspektif Kritis Randa Jarrar: Hillary Clinton dalam Kacamata Seorang Profesor Studi Timur Tengah
Peringatan Raja Spanyol Felipe VI: Eskalasi Kekerasan di Gaza dan Panggilan untuk Aksi Global
Perayaan Cinta dan Solidaritas: Pengantin di Montreal Mengekspresikan Dukungan untuk Palestina
Bisan Owda dan AJ+ Raih Penghargaan Peabody atas Liputan Gaza
Grace Blakeley Mendorong Sanksi terhadap Israel dalam Debat BBC Question Time
Insiden Pelecehan Verbal di Arizona State University: Staf Pro-Israel Diberhentikan
Respon Defiant Israel Menyusul Peringatan Biden tentang Serangan Rafah
Dinamika Hubungan India-Israel di Bawah Pemerintahan Narendra Modi
Himne Macklemore untuk Perdamaian dan Keadilan: “Solidaritas Diam”
Tujuan Israel Menolak Gencatan Senjata dengan Hamas dan Melancarkan Operasi di Rafah
Mahasiswa Inggris Protes untuk Palestina: Aksi Pendudukan di Lima Universitas Terkemuka
Solidaritas Pelajar di MIT: Dukungan untuk Gaza dan Perlawanan Terhadap Perintah Polisi
Senator Partai Republik Ancam ICC: ‘Targetkan Israel dan Kami Akan Menargetkan Anda’
Pembelotan Massal dan Ketegangan Internal: Pasukan Israel Menolak Perintah di Gaza
Israel Menutup Kantor Al Jazeera
Ketegangan di Upacara Pembukaan Universitas Michigan: Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Dikeluarkan
Ketegangan Internal dan Eksternal: Keputusan Kontroversial Menutup Saluran Al Jazeera di Israel
Situasi Tegang: Demonstrasi di Institut Seni Chicago Berakhir dengan Puluhan Orang Ditangkap
Platform Pittsburgh: Peran Pentingnya dalam Gerakan Reformasi Amerika dalam Yudaisme
Deklarasi Balfour dan Peran Walter Rothschild: Sebuah Tinjauan
Pelukan Islam Shaun King dan Dukungannya terhadap Palestina: Kisah Perubahan dan Aktivisme
Trinidad dan Tobago Resmi Mengakui Negara Palestina: Tinjauan Keputusan dan Implikasinya
Kolombia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel karena Dugaan Genosida di Gaza
Kontroversi Video Rashida Tlaib: Pertahanan Pro-Palestina di Tengah Keretakan Demokrat Michigan
Kontroversi Terkait Protes Mahasiswa di AS: Antara Anti-Semitisme dan Anti-Perang
Konfrontasi di Kampus: Mahasiswa Universitas Columbia Berjuang Demi Solidaritas dengan Palestina
Robert Reich Membela Mahasiswa yang Memprotes Perang Israel di Gaza di Kampus-kampus Amerika
Perjuangan Mahasiswa Amerika: Solidaritas dengan Palestina Melawan Represi dan Kekerasan
Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut Meski Ditekan Pemerintah
Keyakinan Nahamanides dalam Realitas Surga dan Lokasi Taman Eden Dekat Garis Katulistiwa
Konsep Bumi sebagai Pusat Alam Semesta dalam Divine Comedy Dante
Thomas Aquinas: Pemikiran tentang Surga, Khatulistiwa, dan Taman Eden dalam Summa Theologica
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel Berdasarkan Keyakinan Eskatologis
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel
Orang Uighur Dipaksa Makan Daging Babi karena China Memperluas Peternakan Babi Xinjiang
Keren !, Presiden Pertama Indonesia, Soekarno Bela Mati-matian Palestina
Kata Rabbi Aaron Teitelbaum Shlita : “Negara Zionis adalah Penyembahan Berhala di Zaman Kita”
TERNYATA ADA RABI YAHUDI BERSUMPAH UNTUK “TERUS BERJUANG DALAM PERANG TUHAN MELAWAN ZIONISME”
Gila !, Banyak Wanita Uyghur Dipaksa Kawin Untuk Menghilangkan Warisan Budaya Tradisi Uyghur
Keren !, Ukraina Salah Satu Negara Pertama Akui Palestina di PBB
Karena Dekatnya Turki dengan Malaysia : Anwar Terbang Menemui Erdogan
Media Asing : Barat Tidak Berdaya di Myanmar
Enam Hari setelah Bencana Gempa Bumi Turki, Para Kontraktor Bangunan Ditangkapi
Bayi Lahir di Reruntuhan Gempa Suriah Dinamai Aya
Keren !, Presiden Aljazair Dukung Penuh Keanggotaan Palestina di PBB
Gawat ! Paman Sam AS Sebut Bakal Perang dengan China
Kemarahan Turki Setelah Pembakaran Quran, Protes Kurdi di Swedia
Kontra Intelijen FBI Menggerebek Kantor Polisi China di New York: Laporan
Nitizen Nyiyirin Presiden Emmanuel Macron”Tidak Minta Maaf” Atas Penjajahan Prancis di Aljazair
Tegas ! Demi Kemanusiaan Datuk Sri Anwar Ibrahim PM. Malaysia Bela Palestina
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ternyata Banyak Nama Kota Peninggalan Peradaban Islam di Amerika Serikat
Ternyata Angelina Jolie Tidak Masuk Dalam Daftar 5 Wanita Tercantik di Dunia
Peristiwa Dunia Yang Terjadi Tahun 2022
Wang Yi Menteri Luar Negeri China Diberhentikan
Pele Sang Legenda Sepak Bola Jum’at Dini Hari Meninggal Dalam Usia 82 Tahun
Islamofobia! Tiga Kepala Babi Diletakan Untuk Memprotes Pembangunan Masjid
Tragis ! Korban Bertambah 18 Orang Tewas Akibat Ledakan Truk Gas di Afrika Selatan
Lebih dari 40 Ribu Kematian Di Cina Karena Covid Di Akhir Tahun
Lagi-lagi Zionis Israil Menembak Mati Warga Palestina, Korbannya Pemain Sepak Bola Muda
Dr. Nisia Trindade Lima Menteri Kesehatan Brasil Pertama dari Kaum Hawa
Maher Zain Hadir Di Piala Dunia 2022 Dengan Merilis Lagu Bersiaplah (Tahayya)
Kembali Pecah Rekor, Kasus Covid-19 di China Tembus 39 Ribu Kasus Sehari