Jakarta, Kowantaranews.com -Pada tahun 2014, sebuah penelitian mengejutkan dunia ketika menyatakan bahwa negara paling islami di dunia bukanlah salah satu dari negara mayoritas Muslim seperti Arab Saudi, Indonesia, atau Pakistan. Sebaliknya, negara yang dinilai paling mendekati penerapan nilai-nilai Islam justru adalah Irlandia, diikuti oleh Denmark, Swedia, dan Inggris. Penelitian ini dilakukan oleh Hossein Askari, seorang akademisi di George Washington University, bersama rekannya Dr. Scheherazde S. Rehman. Hasil penelitian mereka, yang didasarkan pada penerapan nilai-nilai universal Islam dalam berbagai aspek kehidupan, mengungkapkan realitas yang membingungkan banyak orang: negara-negara Barat justru lebih mencerminkan ajaran Islam dibandingkan negara-negara Muslim. (liputan6.com, Jun. 11th, 2014)
Mengukur “Keislaman”: Pendekatan Multidimensi
Penelitian yang dipublikasikan pada tahun 2013 ini menilai tingkat “keislaman” suatu negara berdasarkan penerapan nilai-nilai yang dianggap islami dalam berbagai bidang, seperti ekonomi, pemerintahan, hak asasi manusia, politik, dan hubungan internasional. Dalam pandangan Askari, Islam bukan hanya soal ibadah ritual seperti salat dan puasa, tetapi juga mencakup prinsip-prinsip universal seperti keadilan, transparansi, penghormatan terhadap hak asasi manusia, dan kesetaraan di depan hukum.
Irlandia, sebagai negara peringkat pertama, dianggap berhasil menerapkan nilai-nilai tersebut secara konsisten. Negara ini memiliki sistem pemerintahan yang bersih, hukum yang adil, perlindungan hak asasi manusia, dan distribusi kekayaan yang relatif merata. Selain itu, tingkat korupsi yang rendah dan kebijakan ekonomi yang berfokus pada kesejahteraan masyarakat semakin mengukuhkan posisinya sebagai negara paling islami menurut penelitian tersebut.
Sebaliknya, banyak negara Muslim berada di peringkat bawah. Arab Saudi, misalnya, berada di peringkat ke-91, sementara Qatar, yang sering dipandang sebagai salah satu negara Muslim terkaya, hanya menempati urutan ke-111. Malaysia dan Kuwait adalah dua negara Muslim yang masuk dalam 50 besar, masing-masing berada di peringkat ke-38 dan ke-48.
Baca juga : Prof. Mearsheimer: Pembersihan Etnis atau Solusi Damai? Analisis Krisis Israel
Paradoks Dunia Muslim
Salah satu temuan paling mencengangkan dari penelitian ini adalah kontras antara klaim identitas Islam di negara-negara Muslim dan kenyataan dalam penerapan nilai-nilai Islam. Menurut Askari, banyak negara Muslim yang gagal mencerminkan ajaran Islam dalam kehidupan bermasyarakat. Sebaliknya, agama sering kali digunakan sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaan, yang mengarah pada pemerintahan yang opresif, korupsi, dan ketidakadilan.
“Jika sebuah negara memiliki ciri-ciri seperti tidak ada pemilihan umum yang adil, korupsi merajalela, opresi terhadap warganya, pemimpin yang tidak adil, dan kesenjangan sosial yang besar, maka negara tersebut tidak menunjukkan ciri-ciri islami,” ungkap Askari. Dalam konteks ini, banyak negara Muslim gagal memenuhi kriteria tersebut.
Negara-negara Muslim juga menghadapi tantangan besar dalam bidang ekonomi. Ketimpangan sosial yang besar, tingginya angka pengangguran, dan ketergantungan pada sumber daya alam seperti minyak adalah beberapa masalah utama yang dihadapi. Sebaliknya, negara-negara Barat yang dinilai lebih islami cenderung memiliki ekonomi yang lebih diversifikasi dan inklusif.
Nilai-Nilai Universal Islam di Negara Barat
Penelitian ini menyoroti bagaimana negara-negara Barat berhasil menerapkan nilai-nilai universal Islam tanpa mengidentifikasi diri sebagai negara Muslim. Contohnya, prinsip keadilan sosial yang sangat ditekankan dalam ajaran Islam diterapkan melalui kebijakan kesejahteraan di negara-negara Skandinavia. Denmark dan Swedia, misalnya, dikenal dengan sistem kesejahteraan sosial yang memastikan bahwa semua warga negara memiliki akses ke layanan kesehatan, pendidikan, dan kebutuhan dasar lainnya.
Dalam bidang pemerintahan, negara-negara seperti Irlandia dan Selandia Baru menunjukkan tingkat transparansi yang tinggi, dengan sistem hukum yang adil dan tidak memihak. Prinsip ini sangat sesuai dengan ajaran Islam tentang pentingnya keadilan dan kejujuran dalam pemerintahan.
Hak asasi manusia, yang menjadi salah satu pilar utama dalam penilaian penelitian ini, juga lebih dihormati di negara-negara Barat. Kebebasan berekspresi, kesetaraan gender, dan perlindungan terhadap minoritas adalah beberapa aspek yang mencerminkan nilai-nilai Islam tentang penghormatan terhadap martabat manusia.
Kritik terhadap Negara Muslim
Hasil penelitian ini tidak hanya menjadi refleksi bagi negara-negara Barat, tetapi juga menjadi kritik tajam terhadap negara-negara Muslim. Askari berpendapat bahwa banyak negara Muslim telah menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya. Mereka lebih fokus pada aspek ritual dan simbolik agama, sementara nilai-nilai inti seperti keadilan, transparansi, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia diabaikan.
Ketidakadilan dalam sistem hukum, korupsi di pemerintahan, dan kurangnya kebebasan politik adalah beberapa masalah utama yang dihadapi oleh banyak negara Muslim. Selain itu, penggunaan agama sebagai alat politik sering kali mengarah pada diskriminasi terhadap kelompok minoritas dan pembatasan terhadap kebebasan individu.
Membangun Masa Depan yang Islami
Penelitian ini memberikan pelajaran berharga bagi negara-negara Muslim. Untuk menjadi lebih islami, mereka tidak hanya perlu fokus pada identitas agama, tetapi juga pada penerapan nilai-nilai universal yang sejalan dengan ajaran Islam. Ini termasuk memperkuat sistem hukum yang adil, memberantas korupsi, memastikan kesejahteraan sosial, dan menghormati hak asasi manusia.
Negara-negara Muslim juga perlu belajar dari pengalaman negara-negara Barat yang berhasil menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Meskipun konteks budaya dan sejarah berbeda, ada banyak pelajaran yang dapat diambil dalam hal tata kelola pemerintahan, pengelolaan ekonomi, dan penghormatan terhadap hak asasi manusia.
Keislaman Melampaui Identitas
Penelitian Hossein Askari dan Scheherazde Rehman menantang kita untuk memikirkan kembali apa arti sebenarnya dari “keislaman.” Dalam pandangan mereka, keislaman bukanlah soal identitas agama atau mayoritas penduduk Muslim, tetapi tentang sejauh mana sebuah negara menerapkan nilai-nilai universal yang juga diajarkan dalam Islam.
Paradoks ini menunjukkan bahwa nilai-nilai Islam dapat ditemukan di mana saja, bahkan di negara-negara yang tidak mengidentifikasi diri sebagai Muslim. Sebaliknya, identitas agama tidak menjamin bahwa suatu negara akan mencerminkan ajaran Islam. Dengan memahami hal ini, kita dapat mendorong dialog yang lebih konstruktif tentang bagaimana membangun masyarakat yang lebih adil, transparan, dan menghormati hak asasi manusia, baik di dunia Muslim maupun di luar.
Irlandia, Denmark, Swedia, dan negara-negara Barat lainnya telah menunjukkan bahwa nilai-nilai Islam bersifat universal dan dapat diterapkan dalam berbagai konteks budaya dan sejarah. Tantangan bagi negara-negara Muslim adalah bagaimana mereka dapat kembali kepada nilai-nilai inti Islam dan menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan melakukan ini, mereka tidak hanya akan menjadi lebih islami dalam arti sebenarnya, tetapi juga dapat memberikan kontribusi yang lebih besar bagi kesejahteraan dunia. By Mukroni
Foto Liputan 6
- Berita Terkait :
Prof. Mearsheimer: Pembersihan Etnis atau Solusi Damai? Analisis Krisis Israel
Utusan Palestina: Israel Berniat ‘Menggusur, Menundukkan, atau Membunuh’ Warga Gaza
Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang
Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam
Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur
JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot
76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza
Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill
Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global
Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden
Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza
Enam Sekutu Amerika Serikat Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB
Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”
Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza
Mayoritas Warga Kanada Mendukung Protes di Kampus Universitas Menurut Jajak Pendapat Terbaru
Raja Denmark Mengibarkan Bendera Palestina: Solidaritas Global Menguat Setelah Badai Al-Aqsa
Gary Lineker: Tidak Bisa Diam Mengenai Konflik Gaza dan Kritik Terhadap Tindakan Israel
Kekuatan Opini Publik: Kim Kardashian dan Dampak #Blockout2024 Pro-Palestina
Perspektif Kritis Randa Jarrar: Hillary Clinton dalam Kacamata Seorang Profesor Studi Timur Tengah
Peringatan Raja Spanyol Felipe VI: Eskalasi Kekerasan di Gaza dan Panggilan untuk Aksi Global
Perayaan Cinta dan Solidaritas: Pengantin di Montreal Mengekspresikan Dukungan untuk Palestina
Bisan Owda dan AJ+ Raih Penghargaan Peabody atas Liputan Gaza
Grace Blakeley Mendorong Sanksi terhadap Israel dalam Debat BBC Question Time
Insiden Pelecehan Verbal di Arizona State University: Staf Pro-Israel Diberhentikan
Respon Defiant Israel Menyusul Peringatan Biden tentang Serangan Rafah
Dinamika Hubungan India-Israel di Bawah Pemerintahan Narendra Modi
Himne Macklemore untuk Perdamaian dan Keadilan: “Solidaritas Diam”
Tujuan Israel Menolak Gencatan Senjata dengan Hamas dan Melancarkan Operasi di Rafah
Mahasiswa Inggris Protes untuk Palestina: Aksi Pendudukan di Lima Universitas Terkemuka
Solidaritas Pelajar di MIT: Dukungan untuk Gaza dan Perlawanan Terhadap Perintah Polisi
Senator Partai Republik Ancam ICC: ‘Targetkan Israel dan Kami Akan Menargetkan Anda’
Pembelotan Massal dan Ketegangan Internal: Pasukan Israel Menolak Perintah di Gaza
Israel Menutup Kantor Al Jazeera
Ketegangan di Upacara Pembukaan Universitas Michigan: Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Dikeluarkan
Ketegangan Internal dan Eksternal: Keputusan Kontroversial Menutup Saluran Al Jazeera di Israel
Situasi Tegang: Demonstrasi di Institut Seni Chicago Berakhir dengan Puluhan Orang Ditangkap
Platform Pittsburgh: Peran Pentingnya dalam Gerakan Reformasi Amerika dalam Yudaisme
Deklarasi Balfour dan Peran Walter Rothschild: Sebuah Tinjauan
Pelukan Islam Shaun King dan Dukungannya terhadap Palestina: Kisah Perubahan dan Aktivisme
Trinidad dan Tobago Resmi Mengakui Negara Palestina: Tinjauan Keputusan dan Implikasinya
Kolombia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel karena Dugaan Genosida di Gaza
Kontroversi Video Rashida Tlaib: Pertahanan Pro-Palestina di Tengah Keretakan Demokrat Michigan
Kontroversi Terkait Protes Mahasiswa di AS: Antara Anti-Semitisme dan Anti-Perang
Konfrontasi di Kampus: Mahasiswa Universitas Columbia Berjuang Demi Solidaritas dengan Palestina
Robert Reich Membela Mahasiswa yang Memprotes Perang Israel di Gaza di Kampus-kampus Amerika
Perjuangan Mahasiswa Amerika: Solidaritas dengan Palestina Melawan Represi dan Kekerasan
Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut Meski Ditekan Pemerintah
Keyakinan Nahamanides dalam Realitas Surga dan Lokasi Taman Eden Dekat Garis Katulistiwa
Konsep Bumi sebagai Pusat Alam Semesta dalam Divine Comedy Dante
Thomas Aquinas: Pemikiran tentang Surga, Khatulistiwa, dan Taman Eden dalam Summa Theologica
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel Berdasarkan Keyakinan Eskatologis
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel
Orang Uighur Dipaksa Makan Daging Babi karena China Memperluas Peternakan Babi Xinjiang
Keren !, Presiden Pertama Indonesia, Soekarno Bela Mati-matian Palestina
Kata Rabbi Aaron Teitelbaum Shlita : “Negara Zionis adalah Penyembahan Berhala di Zaman Kita”
TERNYATA ADA RABI YAHUDI BERSUMPAH UNTUK “TERUS BERJUANG DALAM PERANG TUHAN MELAWAN ZIONISME”
Gila !, Banyak Wanita Uyghur Dipaksa Kawin Untuk Menghilangkan Warisan Budaya Tradisi Uyghur
Keren !, Ukraina Salah Satu Negara Pertama Akui Palestina di PBB
Karena Dekatnya Turki dengan Malaysia : Anwar Terbang Menemui Erdogan
Media Asing : Barat Tidak Berdaya di Myanmar
Enam Hari setelah Bencana Gempa Bumi Turki, Para Kontraktor Bangunan Ditangkapi
Bayi Lahir di Reruntuhan Gempa Suriah Dinamai Aya
Keren !, Presiden Aljazair Dukung Penuh Keanggotaan Palestina di PBB
Gawat ! Paman Sam AS Sebut Bakal Perang dengan China
Kemarahan Turki Setelah Pembakaran Quran, Protes Kurdi di Swedia
Kontra Intelijen FBI Menggerebek Kantor Polisi China di New York: Laporan
Nitizen Nyiyirin Presiden Emmanuel Macron”Tidak Minta Maaf” Atas Penjajahan Prancis di Aljazair
Tegas ! Demi Kemanusiaan Datuk Sri Anwar Ibrahim PM. Malaysia Bela Palestina
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ternyata Banyak Nama Kota Peninggalan Peradaban Islam di Amerika Serikat
Ternyata Angelina Jolie Tidak Masuk Dalam Daftar 5 Wanita Tercantik di Dunia
Peristiwa Dunia Yang Terjadi Tahun 2022
Wang Yi Menteri Luar Negeri China Diberhentikan
Pele Sang Legenda Sepak Bola Jum’at Dini Hari Meninggal Dalam Usia 82 Tahun
Islamofobia! Tiga Kepala Babi Diletakan Untuk Memprotes Pembangunan Masjid
Tragis ! Korban Bertambah 18 Orang Tewas Akibat Ledakan Truk Gas di Afrika Selatan
Lebih dari 40 Ribu Kematian Di Cina Karena Covid Di Akhir Tahun
Lagi-lagi Zionis Israil Menembak Mati Warga Palestina, Korbannya Pemain Sepak Bola Muda
Dr. Nisia Trindade Lima Menteri Kesehatan Brasil Pertama dari Kaum Hawa
Maher Zain Hadir Di Piala Dunia 2022 Dengan Merilis Lagu Bersiaplah (Tahayya)
Kembali Pecah Rekor, Kasus Covid-19 di China Tembus 39 Ribu Kasus Sehari