• Jum. Feb 14th, 2025

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Dave Chappelle Sebut Ada ‘Genosida’ di Jalur Gaza Saat Perang Israel-Hamas Berlangsung di Abu Dhabi

ByAdmin

Mei 25, 2024
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com   — Pada Kamis malam, komedian terkenal Amerika, Dave Chappelle, memicu kontroversi dengan menyatakan bahwa “genosida” sedang terjadi di Jalur Gaza di tengah perang yang berkecamuk antara Israel dan Hamas. Pernyataan Chappelle ini disampaikan di Etihad Arena Abu Dhabi, di hadapan ribuan penonton yang menyaksikan penampilannya sebagai bagian dari Pekan Komedi Abu Dhabi.

Latar Belakang Pernyataan

Chappelle, yang beragama Islam, menyampaikan komentarnya di tengah meningkatnya ketegangan dan kekerasan yang telah berlangsung selama tujuh bulan di wilayah tersebut. Komentarnya datang pada saat Abu Dhabi terus mempertahankan hubungan diplomatik dengan Israel, meskipun negara tersebut semakin mengkritik tindakan Israel dalam perang yang sedang berlangsung.

Sebelum Chappelle naik ke panggung, suasana di Etihad Arena sudah tegang namun penuh semangat. DJ Trauma, yang menemani Chappelle dalam perjalanannya, memainkan lagu “My Blood is Palestine” oleh penyanyi Palestina Mohammed Assaf, yang mendapat sambutan meriah dari penonton. Ini adalah indikator awal bahwa penonton malam itu memiliki dukungan yang kuat terhadap Palestina.

Keberanian Chappelle dalam Membahas Isu Sensitif

Di tengah-tengah pertunjukannya, Chappelle mengungkapkan bahwa ia telah diberitahu oleh teman-temannya untuk tidak membahas perang Israel-Hamas, mengingat sensitivitas topik tersebut. Namun, suasana berubah ketika seorang wanita dari penonton berteriak, “Bebaskan Palestina!” Teriakan ini disambut sorakan dukungan dari penonton lainnya, menciptakan momen yang sangat emosional.

Chappelle kemudian melanjutkan dengan mengatakan bahwa Jalur Gaza menghadapi “genosida,” sebuah pernyataan yang segera menarik perhatian media internasional. Dia juga menyoroti bahwa meningkatnya kasus antisemitisme seharusnya tidak membuat orang Yahudi merasa perlu dilindungi oleh Israel, melainkan keamanan mereka harus dijamin di mana pun mereka berada.

Respon Penonton dan Isu Politik

Pernyataan Chappelle ini menuai reaksi beragam dari penonton. Sementara banyak yang mendukung pandangannya, ada juga yang merasa pernyataannya terlalu provokatif. Salah satu momen yang menonjol adalah ketika Chappelle melontarkan lelucon tentang orang Yahudi bersorak sambil minum, ia mengatakan “l’chaim” atau “hidup” dalam bahasa Ibrani, yang direspon dengan cepat oleh seorang pria dari penonton. Ini menunjukkan bahwa di tengah perbedaan pandangan politik, ada upaya untuk merayakan keberagaman dan kebersamaan.

Namun, ketika Chappelle menyebut nama Presiden Joe Biden, yang telah menjanjikan dukungan “kuat” untuk Israel, ia menerima cemoohan luas dari penonton. Sebaliknya, menyebut nama Donald Trump mengundang sorak sorai. Hal ini mencerminkan pandangan politik yang kompleks dan terpolarisasi di antara penonton, terutama terkait kebijakan luar negeri Amerika Serikat di Timur Tengah.

Abu Dhabi dan Hubungan Diplomatik dengan Israel

Komentar Chappelle ini juga menarik perhatian karena Abu Dhabi mempertahankan hubungan diplomatik dengan Israel. Uni Emirat Arab (UEA) adalah salah satu negara di Timur Tengah yang menandatangani Perjanjian Abraham pada tahun 2020, yang menormalisasi hubungan dengan Israel. Namun, meski hubungan diplomatik ini terjalin, kritik terhadap tindakan Israel dalam konflik dengan Palestina tetap terdengar dari berbagai lapisan masyarakat di UEA.

Demonstrasi pro-Palestina telah menyebar ke seluruh Timur Tengah sejak perang dimulai, tetapi protes dan kebebasan berpendapat masih sangat dibatasi di Emirates, sebuah federasi dari tujuh kerajaan di Semenanjung Arab. Hal ini menciptakan dinamika yang unik di mana publik menunjukkan dukungan kuat untuk Palestina, sementara pemerintah tetap mempertahankan hubungan diplomatik dengan Israel.

Baca juga : Seruan Anggota Dewan Rakyat  untuk Tindakan Pemerintah Kanada: Mendukung Hukum Internasional dan Mengakui Negara Palestina untuk Perdamaian dan Keadilan di Gaza

Baca juga : Mantan Anggota Parlemen Italia Kibarkan Bendera Palestina di Kamar Deputi sebagai Protes terhadap Kebijakan Pemerintah

Baca juga : Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Hentikan Operasi Militer di Rafah, Kepatuhan Diragukan

Penampilan dan Gaya Komedi Chappelle

Chappelle, yang dikenal karena gaya komedinya yang blak-blakan dan provokatif, tidak menghindar dari topik-topik kontroversial. Selama pertunjukan, ia menyampaikan beberapa lelucon tidak senonoh dan menggunakan sumpah serapah, yang menjadi ciri khasnya. Meski begitu, mereka enggan membahas politik lokal, meskipun Chappelle sempat melontarkan lelucon tentang jaringan pengawasan luas di UEA dan menyatakan betapa sulitnya menjadi gay di negara tersebut karena homoseksualitas adalah ilegal.

Dalam penampilannya, Chappelle juga tampil di atas panggung dengan elang di lengannya, simbol dari UEA. Ini menunjukkan penghormatannya terhadap budaya lokal, meskipun ia tetap menyampaikan kritik terhadap kebijakan yang ada.

Penghargaan dan Pengakuan

Chappelle, yang berusia 50 tahun, telah memenangkan berbagai penghargaan atas kontribusinya dalam dunia komedi, termasuk Hadiah Mark Twain untuk Humor Amerika pada tahun 2019. Penampilannya di Pekan Komedi Abu Dhabi adalah bagian dari tur internasionalnya yang terus menarik perhatian dan kontroversi.

Dampak dan Reaksi

Pernyataan Chappelle tentang genosida di Jalur Gaza telah memicu berbagai reaksi di media sosial dan media internasional. Banyak yang memuji keberaniannya untuk berbicara tentang isu sensitif ini di panggung internasional, sementara yang lain mengkritiknya karena dianggap memperkeruh situasi yang sudah kompleks dan sensitif.

Di sisi lain, acara tersebut menunjukkan betapa kuatnya dukungan pro-Palestina di antara penonton di Abu Dhabi, meski negara tersebut memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Ini mencerminkan kompleksitas politik dan sentimen publik di Timur Tengah terkait konflik Israel-Palestina.

Dave Chappelle sekali lagi membuktikan dirinya sebagai komedian yang tidak takut untuk berbicara tentang isu-isu kontroversial. Pernyataannya tentang genosida di Jalur Gaza dan kritiknya terhadap kebijakan luar negeri Amerika Serikat telah memicu diskusi luas dan beragam reaksi. Penampilannya di Abu Dhabi menunjukkan bahwa komedi bisa menjadi alat yang kuat untuk menyuarakan pandangan politik dan sosial, bahkan di lingkungan yang sensitif.

Dengan latar belakang yang kaya dan gaya komedi yang provokatif, Chappelle terus menarik perhatian dan mengundang perdebatan, baik di panggung maupun di luar panggung. Penampilannya di Abu Dhabi adalah contoh terbaru dari keberaniannya untuk menantang status quo dan mengangkat isu-isu penting yang sering kali diabaikan atau dihindari oleh banyak orang.

Pernyataan Chappelle di Etihad Arena menggarisbawahi pentingnya kebebasan berpendapat dan menunjukkan bahwa seni, termasuk komedi, memiliki peran vital dalam menyuarakan ketidakadilan dan memicu perubahan sosial. Meski kontroversial, langkah Chappelle untuk berbicara tentang konflik Israel-Palestina telah membawa perhatian internasional pada isu yang mendesak dan membutuhkan solusi yang adil dan damai.

David Khari Webber Chappelle: Pelawak Jenius dan Pemenang Penghargaan

David Khari Webber Chappelle (/ʃəˈpɛl/; lahir 24 Agustus 1973) adalah seorang pelawak tunggal, aktor, penulis, dan produser film asal Amerika Serikat yang telah memperoleh banyak pengakuan atas karyanya. Dengan karir yang meliputi berbagai genre hiburan, Chappelle dikenal luas karena komedi sketsa dan serial bernuansa satire berjudul Chappelle’s Show (2003). Serial ini, yang ditulis bersama Neal Brennan, berakhir dua tahun kemudian ketika Chappelle memutuskan untuk berhenti. Setelah itu, ia kembali melakukan tur komedi tunggal lintas Amerika Serikat, membuktikan bahwa kecintaannya pada panggung komedi tetap kuat.

Awal Karier dan Pengakuan

Chappelle memulai kariernya di dunia hiburan dengan berakting di beberapa film populer. Ia muncul di Robin Hood: Men in Tights yang disutradarai oleh Mel Brooks, The Nutty Professor, Con Air, You’ve Got Mail, Blue Streak, dan Undercover Brother. Peran utama pertamanya datang dalam film komedi tahun 1998 berjudul Half Baked, yang ia tulis bersama Neal Brennan. Selain film, Chappelle juga membintangi serial TV ABC, Buddies.

Kesuksesannya tidak hanya terbatas pada layar lebar dan kecil. Pada tahun 2006, Chappelle dijuluki sebagai “komika jenius Amerika” oleh Majalah Esquire dan, pada tahun 2013, dijuluki “yang terbaik” oleh penulis Billboard. Penghargaan ini mencerminkan pengaruh besar Chappelle dalam dunia komedi.

Chappelle’s Show dan Pengaruhnya

Chappelle’s Show menjadi salah satu serial komedi paling ikonik dan berpengaruh di awal tahun 2000-an. Acara ini dikenal karena menampilkan sketsa yang tajam dan satir yang mengomentari isu-isu sosial dan politik. Dengan humornya yang khas, Chappelle berhasil menangkap perhatian penonton dan kritikus, menjadikannya sebagai salah satu pelawak paling berbakat di generasinya. Meski acara ini hanya berlangsung selama dua tahun, dampaknya tetap terasa hingga hari ini.

Kembali ke Panggung dan Kontrak dengan Netflix

Setelah menghilang dari sorotan selama beberapa tahun, Chappelle kembali dengan gaya yang besar pada tahun 2016. Ia menandatangani kontrak senilai $20 juta per pertunjukan spesial bersama Netflix. Pada tahun 2017, Chappelle merilis empat pertunjukan spesial melalui platform ini, yang masing-masing mendapat sambutan positif dari penonton dan kritikus.

Kembalinya Chappelle ke panggung komedi tidak hanya menghibur, tetapi juga menunjukkan kemampuannya yang luar biasa dalam menyampaikan humor yang cerdas dan relevan. Penampilannya yang penuh keberanian dan tanpa kompromi membuatnya tetap menjadi salah satu pelawak paling dihormati di industri ini.

Penghargaan dan Prestasi

Chappelle telah menerima berbagai penghargaan atas kontribusinya dalam dunia hiburan. Pada tahun 2017, ia menerima Emmy Award pertamanya untuk penampilan bintang tamunya di acara Saturday Night Live. Setahun kemudian, ia menerima Grammy Award untuk pertunjukan spesialnya di Netflix, The Age of Spin & Deep in the Heart of Texas. Pertunjukan spesial Netflix lainnya, Equanimity, mendapatkan tiga nominasi Emmy dan memenangkan penghargaan untuk Pertunjukan Spesial Luar Biasa (Pra-Rekaman).

Pada tahun 2019, Chappelle menerima Mark Twain Prize untuk Humor Amerika Serikat, penghargaan tertinggi untuk humor di negara tersebut yang dipersembahkan oleh Kennedy Center. Penghargaan ini mengukuhkan posisinya sebagai salah satu pelawak terbesar dalam sejarah komedi Amerika.

Aktivisme dan Komitmen Sosial

Selain karirnya di dunia hiburan, Chappelle juga dikenal karena aktivitas sosial dan kemanusiaannya. Salah satu momen yang menonjol adalah penampilannya dalam konser amal untuk korban penembakan massal di Dayton, Ohio. Dalam acara tersebut, Chappelle menunjukkan kepeduliannya terhadap isu-isu sosial yang mendesak, menggunakan platformnya untuk menyuarakan dukungan dan solidaritas.

David Khari Webber Chappelle adalah sosok yang luar biasa dalam dunia komedi dan hiburan. Dengan bakatnya yang luar biasa, komedi yang tajam, dan kemampuan untuk mengomentari isu-isu sosial dengan humor, Chappelle telah mengukir namanya dalam sejarah sebagai salah satu pelawak terbesar. Penghargaan dan pengakuan yang diterimanya, mulai dari Emmy Award hingga Mark Twain Prize, adalah bukti nyata dari kontribusinya yang luar biasa.

Chappelle tidak hanya menghibur, tetapi juga menginspirasi, mengajak penonton untuk berpikir lebih dalam tentang isu-isu yang dihadapi masyarakat. Dengan komitmen yang kuat terhadap seni dan keberanian untuk menyuarakan kebenaran, Chappelle tetap menjadi ikon dalam dunia komedi dan hiburan, serta teladan bagi generasi pelawak yang akan datang. *Roni

Sumber  apnews.com

Foto  netflix.com

  • Berita Terkait :

Seruan Anggota Dewan Rakyat  untuk Tindakan Pemerintah Kanada: Mendukung Hukum Internasional dan Mengakui Negara Palestina untuk Perdamaian dan Keadilan di Gaza

Mantan Anggota Parlemen Italia Kibarkan Bendera Palestina di Kamar Deputi sebagai Protes terhadap Kebijakan Pemerintah

Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Hentikan Operasi Militer di Rafah, Kepatuhan Diragukan

Senator Sanders Mengutuk Pernyataan Menteri Pertahanan Israel tentang Gaza sebagai Barbarisme

Perdana Menteri Georgia Mendorong AS dan UE untuk Menghilangkan Oligarki: Peringatan akan Ancaman Politik Barat terhadap Negaranya

Israel Melobi Pejabat Jerman untuk Mengecam Surat Perintah Penangkapan ICC terhadap Netanyahu

Arab Saudi Sambut Baik Pengakuan Palestina oleh Norwegia, Irlandia, dan Spanyol

Arab Saudi Serukan Hak Hidup Aman bagi Warga Palestina dalam Pertemuan OKI di Jeddah

Senator AS Lindsey Graham Kritik Permintaan Surat Perintah Penangkapan ICC terhadap Pejabat Israel, Khawatir AS Menjadi Target Berikutnya

Pemerintahan Biden Siap Kerja Sama dengan Kongres untuk Potensi Sanksi terhadap ICC atas Permintaan Penangkapan Netanyahu

Kolombia Tegaskan Dukungan bagi Palestina: Pendekatan Baru di Bawah Kepemimpinan Presiden Petro

Norwegia, Irlandia, dan Spanyol Mengakui Negara Palestina: Tindakan Bersejarah yang Mengguncang Diplomasi Global

Staf Yahudi Mengundurkan Diri dari Pemerintahan Biden Sebagai Protes Atas Dukungan Terhadap Kampanye Militer Israel di Gaza

Krisis Kemanusiaan di Gaza Semakin Memperburuk, PBB Hentikan Distribusi Makanan di Rafah

Pernyataan Jaksa ICC Karim AA Khan KC tentang Permohonan Surat Perintah Penangkapan terkait Situasi di Negara Palestina

Andrew Feinstein Mengkritik Pemimpin Partai Buruh, Keir Starmer, atas Dukungannya terhadap Konflik Gaza dan Korupsi dalam Perdagangan Senjata

Perancis, Belgia, dan Slovenia Dukung Upaya ICC untuk Mengeluarkan Surat Perintah Penangkapan bagi Pemimpin Israel dan Hamas

Komunitas Yahudi Berduka: Kehilangan Presiden dan Menteri Luar Negeri Iran, Inilah Penghormatan  Terakhir Neturei Karta

Jatuhnya Helikopter Tewaskan Presiden dan Menteri Luar Negeri Iran: Ketegangan Politik di Tengah Kegagalan Teknis

Prof. Mearsheimer: Pembersihan Etnis atau Solusi Damai? Analisis Krisis Israel

Utusan Palestina: Israel Berniat ‘Menggusur, Menundukkan, atau Membunuh’ Warga Gaza

Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang

Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam

Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur

JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot

76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza

Afrika Selatan Menuduh Israel Lakukan Genosida di Gaza di Hadapan Mahkamah Internasional, ini Alasan Adila Hassim

Kontroversi Nat Schwartz: Penyelidikan The New York Times tentang Kekerasan Seksual oleh Hamas dan Implikasinya

Pengarahan Jaksa ICC Karim AA Khan KC kepada Dewan Keamanan PBB mengenai Situasi di Libya: Laporan dan Peta Jalan Menuju Keadilan Berdasarkan Resolusi 1970 (2011)

Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill

Prof. Jeffrey Sachs: Kebijakan Luar Negeri AS Bertentangan dengan Kepentingan Rakyat dan Didasarkan pada Kebohongan Berkelanjutan

Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global

Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden

Thomas Piketty: Barat Harus Memberikan Sanksi kepada Israel Jika Benar-Benar Mendukung Solusi Dua Negara

Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza

Enam Sekutu Amerika Serikat  Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Paul Newman tentang Kebenaran dan Politik Luar Negeri Amerika: “Menciptakan Musuh untuk Membenarkan Perang”

Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”

Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza

Trinity College Cambridge Memutuskan Divestasi dari Perusahaan Senjata Setelah Terungkapnya Investasi Kontroversial

Mayoritas Warga Kanada Mendukung Protes di Kampus Universitas Menurut Jajak Pendapat Terbaru

Raja Denmark Mengibarkan Bendera Palestina: Solidaritas Global Menguat Setelah Badai Al-Aqsa

Gary Lineker: Tidak Bisa Diam Mengenai Konflik Gaza dan Kritik Terhadap Tindakan Israel

Kekuatan Opini Publik: Kim Kardashian dan Dampak #Blockout2024 Pro-Palestina

Munafik atau Ketidakadilan? Politisi Belgia Kritik Keputusan Kontes Lagu Eurovision terkait Israel dan Palestina

Perspektif Kritis Randa Jarrar: Hillary Clinton dalam Kacamata Seorang Profesor Studi Timur Tengah

Peringatan Raja Spanyol Felipe VI: Eskalasi Kekerasan di Gaza dan Panggilan untuk Aksi Global

Jejak Sejarah Esau: Perjalanan di Pegunungan Bani Yas’in dari Bani Jawa dalam Kitab Tarikh Ibnu Khaldun

Perayaan Cinta dan Solidaritas: Pengantin di Montreal Mengekspresikan Dukungan untuk Palestina

Tabassum Menerima Tepuk Tangan Meriah atas Pidato Perpisahan di USC: Perlawanannya Terhadap Genosida Disambut Hangat

Bisan Owda dan AJ+ Raih Penghargaan Peabody atas Liputan Gaza

Grace Blakeley Mendorong Sanksi terhadap Israel dalam Debat BBC Question Time

Insiden Pelecehan Verbal di Arizona State University: Staf Pro-Israel Diberhentikan

Seruan Menteri Luar Negeri Afrika Selatan untuk Penangkapan ICC terhadap PM Israel Netanyahu: Kontroversi dan Implikasi Internasional

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *