• Ming. Okt 6th, 2024

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Konsistensi dan Kredibilitas: Tantangan KepemimpinanGlobal Amerika Serikat dalam Penegakan Hak Asasi Manusia – Pesan Bernie Sanders

ByAdmin

Mei 25, 2024
Sharing is caring

Jakrta, Kowantaranews.com   -Pada titik kritis dalam sejarah dunia, Amerika Serikat mendapati dirinya berada di persimpangan jalan dalam hal kebijakan luar negeri dan penegakan hak asasi manusia. Senator Bernie Sanders, seorang tokoh politik terkemuka dan mantan kandidat presiden, baru-baru ini menyampaikan pandangan
yang tegas mengenai peran AS sebagai pemimpin dunia. Sanders menyoroti masalah
yang mendalam tentang bagaimana Amerika Serikat bisa mengklaim diri sebagai
pemimpin Dunia Bebas dan menegakkan hukum internasional jika tidak konsisten
dalam menanggapi pelanggaran hak asasi manusia, terutama yang terjadi di Gaza.

Kepemimpinan Global Amerika Serikat

Sejak akhir Perang Dunia II, Amerika Serikat telah memainkan
peran sentral dalam membentuk tatanan dunia yang berdasarkan pada prinsip-prinsip
demokrasi, kebebasan, dan hak asasi manusia. Melalui berbagai institusi
internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), NATO, dan
lembaga-lembaga keuangan internasional, AS telah berupaya mempromosikan
stabilitas dan pembangunan global. Ini termasuk mengkritik dan mengambil
tindakan terhadap negara-negara yang melanggar hukum internasional dan
melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan.

Namun, Sanders menunjukkan bahwa peran tersebut harus
dijalankan dengan konsistensi yang ketat. “Kami mencoba memobilisasi
negara-negara untuk menegakkan hukum internasional dan mencegah kejahatan
terhadap kemanusiaan. Itulah yang kami lakukan dan telah lakukan,” kata
Sanders. Ia menekankan bahwa jika AS ingin mempertahankan kredibilitasnya, maka
harus berpegang teguh pada prinsip-prinsip tersebut tanpa pengecualian.

Kritik terhadap Negara Lain

Amerika Serikat tidak ragu untuk mengkritik negara-negara
seperti Rusia, Cina, dan Arab Saudi atas tindakan yang dianggap melanggar hak
asasi manusia. Dalam kasus Rusia, invasi ke Ukraina dan penindasan terhadap
oposisi domestik menjadi sorotan utama. Sementara itu, tindakan keras Cina
terhadap minoritas Uighur dan tindakan represif di Hong Kong juga mendapat
kecaman keras dari AS. Arab Saudi pun sering dikritik atas catatan hak asasi
manusia yang buruk, termasuk perlakuan terhadap aktivis dan pembunuhan jurnalis
Jamal Khashoggi.

Namun, Sanders mengingatkan bahwa kredibilitas Amerika
Serikat dalam mengkritik negara-negara ini dapat dipertanyakan jika tampaknya
ada standar ganda dalam kebijakan luar negeri AS, khususnya terkait dengan
Israel dan Palestina. “Bagaimana Amerika Serikat bisa mengkritik negara mana
pun di dunia jika kita berpura-pura bahwa apa yang terjadi di Gaza bukanlah
masalah serius?” tanya Sanders dengan nada prihatin.

Inkonistensi dalam Kebijakan terhadap Israel dan
Palestina

Isu Israel dan Palestina selalu menjadi titik panas dalam
politik internasional, dan kebijakan AS terhadap konflik ini sering kali
kontroversial. Banyak pihak, termasuk Sanders, melihat bahwa AS cenderung
memihak Israel, meskipun ada laporan yang mendokumentasikan pelanggaran hak
asasi manusia terhadap warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat. Ini menciptakan
persepsi bahwa AS tidak konsisten dalam menerapkan prinsip-prinsip hak asasi manusia.

Sanders menegaskan bahwa untuk mempertahankan peran sebagai
pemimpin moral, AS harus mengakui dan mengkritik tindakan yang dianggap sebagai
kejahatan terhadap kemanusiaan, tidak peduli siapa pelakunya. “Jika kita
berpaling dan mengabaikan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dilakukan di
Gaza, kita kehilangan kredibilitas untuk mengkritik tindakan negara lain tidak
peduli betapa buruknya tindakan tersebut,” ujarnya.

Baca juga :  Bernie Sanders Mengutuk Dukungan AS terhadap Perang Netanyahu di Palestina dalam Pidato di Senat

Baca juga : Dave Chappelle Sebut Ada ‘Genosida’ di Jalur Gaza Saat Perang Israel-Hamas Berlangsung di Abu Dhabi

Baca juga : Seruan Anggota Dewan Rakyat  untuk Tindakan Pemerintah Kanada: Mendukung Hukum Internasional dan Mengakui Negara Palestina untuk Perdamaian dan Keadilan di Gaza

 

Dampak terhadap Reputasi Global Amerika Serikat

Kredibilitas Amerika Serikat sebagai pemimpin global sangat
bergantung pada konsistensi dan integritas dalam kebijakan luar negeri. Sanders
memperingatkan bahwa ketidakkonsistenan dalam menanggapi pelanggaran hak asasi
manusia dapat merusak reputasi AS dan membuatnya sulit untuk membangun koalisi
internasional yang efektif. Negara-negara lain mungkin meragukan niat dan
komitmen AS terhadap nilai-nilai yang diakuinya sendiri jika terlihat ada
standar ganda.

“Kita harus dihormati di seluruh dunia sebagai negara yang
percaya pada hak asasi manusia dan hukum internasional. Ini adalah standar
kesopanan minimum yang harus dipenuhi pemerintah kita,” kata Sanders. Ia
mendesak agar kebijakan luar negeri AS didasarkan pada prinsip-prinsip yang
jelas dan konsisten, yang tidak hanya menekankan kepentingan strategis tetapi
juga komitmen terhadap keadilan dan kemanusiaan.

Harapan untuk Amerika Serikat

Bernie Sanders mengakhiri pesannya dengan harapan agar
Amerika Serikat bisa memimpin dengan contoh yang baik. Ia percaya bahwa dengan
menempatkan hak asasi manusia dan hukum internasional sebagai prioritas utama,
AS dapat mengembalikan dan memperkuat posisinya sebagai pemimpin dunia yang
dihormati. Ini memerlukan langkah-langkah konkret dan kebijakan yang konsisten,
termasuk:

  1. Mengkritik
    Pelanggaran Hak Asasi Manusia Secara Konsisten
    : Tidak peduli siapa
    pelakunya, AS harus mengutuk pelanggaran hak asasi manusia dengan tegas
    dan mengambil langkah-langkah untuk mengatasinya.
  2. Mendorong
    Diplomasi dan Dialog
    : Menggunakan diplomasi untuk mendorong
    penyelesaian konflik secara damai dan adil. Dialog dengan semua pihak yang
    terlibat harus menjadi bagian integral dari kebijakan luar negeri AS.
  3. Menegakkan
    Hukum Internasional
    : Mendukung mekanisme hukum internasional seperti
    Mahkamah Pidana Internasional (ICC) dan mematuhi keputusan-keputusannya.
    Ini juga termasuk berpartisipasi aktif dalam upaya global untuk memperkuat
    sistem hukum internasional.
  1. Mengutamakan
    Hak Asasi Manusia dalam Kebijakan Luar Negeri
    : Kebijakan luar negeri
    AS harus mencerminkan komitmen terhadap hak asasi manusia dan keadilan
    sosial. Ini termasuk memberikan bantuan dan dukungan kepada negara-negara
    yang berupaya memperbaiki catatan hak asasi manusia mereka.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, Amerika Serikat dapat
membuktikan bahwa klaimnya sebagai pemimpin Dunia Bebas bukanlah sekadar
retorika kosong, tetapi sebuah komitmen yang tulus untuk menciptakan dunia yang
lebih adil dan manusiawi. Sanders percaya bahwa hanya dengan demikian AS bisa
mempertahankan kredibilitas dan pengaruhnya di panggung global.

Bernard Sanders

Bernard Sanders, lahir pada 8 September 1941, adalah seorang politikus
Amerika Serikat yang menjabat sebagai Senator Amerika Serikat junior mewakili
Vermont sejak 2007. Sebelumnya, ia menjabat sebagai wakil tunggal Vermont dari
tahun 1991 hingga 2007, menjadi politikus independen dengan masa jabatan
terlama sepanjang sejarah kongres Amerika Serikat. Selain itu, ia juga menjadi
anggota kaukus Partai Demokrat. Sanders telah dua kali maju sebagai calon
presiden, pertama pada tahun 2016 dan kemudian pada tahun 2020.

Sebagai seorang yang mengaku sebagai sosialis demokrat dan progresif,
Sanders menentang kesenjangan ekonomi. Dalam kebijakan domestik, ia mendukung
hak-hak buruh, layanan kesehatan universal dan negeri, gaji tetap untuk cuti
hamil, pendidikan tinggi gratis, dan Green New Deal untuk mengatasi perubahan
iklim. Sementara dalam kebijakan luar negeri, ia mendukung pemangkasan anggaran
militer, mendorong diplomasi dan kerja sama internasional, serta mengutamakan
hak tenaga kerja dan isu lingkungan dalam perjanjian dagang internasional.
Pandangan-pandangan Sanders telah berhasil mempengaruhi ideologi Partai
Demokrat setelah ia maju sebagai calon presiden pada tahun 2016.

Sanders lahir dan dibesarkan di Brooklyn, New York City, dalam sebuah
keluarga pekerja Yahudi. Ia menempuh pendidikan di Brooklyn College sebelum
pindah ke Universitas Chicago, di mana ia lulus pada tahun 1964. Sebagai
seorang mahasiswa, ia aktif sebagai koordinator unjuk rasa di Congress of
Racial Equality dan Student Nonviolent Coordinating Committee selama periode
perjuangan gerakan hak sipil di Amerika Serikat. Setelah menetap di Vermont
pada tahun 1968, Sanders mulai terlibat dalam politik dan beberapa kali mencalonkan
diri melalui partai ketiga pada awal hingga pertengahan tahun 1970-an, tetapi
selalu kalah. Dia kemudian maju sebagai independen dan berhasil terpilih
sebagai wali kota Burlington pada tahun 1981 dengan selisih sepuluh suara.
Sanders terpilih kembali tiga kali, kemudian memenangkan pemilihan legislatif
untuk Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat dari Vermont pada tahun 1990, di
mana ia menjadi salah satu anggota pendiri Kaukus Progresif Kongres. Setelah 16
tahun menjabat di DPR, Sanders terpilih sebagai anggota Senat pada tahun 2006,
dan ia kembali terpilih pada tahun 2012 dan 2018.

Pada bulan April 2015, Sanders mengumumkan pencalonannya sebagai calon
presiden Amerika Serikat melalui Konvensi Partai Demokrat. Meskipun peluangnya
kecil, ia berhasil memenangkan 23 pemilihan pendahuluan dan kaukus serta meraih
43% suara delegasi partai, dengan 55% sisanya dimenangkan oleh Hillary Clinton.
Kampanye Sanders ditandai dengan antusiasme pendukung yang besar, tanpa
bergantung pada sumbangan dari perusahaan, industri keuangan, atau komite
politik independen. Pada bulan Juli 2016, ia mendukung Clinton dalam kampanye
pencapresannya melawan Donald Trump dari Partai Republik. Pada Februari 2019,
Sanders mengumumkan kembali pencalonannya sebagai calon presiden dan bersaing
dengan belasan calon lainnya. Namun, ia mengakhiri kampanye pencapresannya pada
8 April 2020. *Roni

Sumber  x.com/GlobeEyeNews/status/1794284958456152287

Foto  Kowantaranews

  • Berita Terkait :

Bernie Sanders Mengutuk Dukungan AS terhadap Perang Netanyahu di Palestina dalam Pidato di Senat

Dave Chappelle Sebut Ada ‘Genosida’ di Jalur Gaza Saat Perang Israel-Hamas Berlangsung di Abu Dhabi

Seruan Anggota Dewan Rakyat  untuk Tindakan Pemerintah Kanada: Mendukung Hukum Internasional dan Mengakui Negara Palestina untuk Perdamaian dan Keadilan di Gaza

Mantan Anggota Parlemen Italia Kibarkan Bendera Palestina di Kamar Deputi sebagai Protes terhadap Kebijakan Pemerintah

Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Hentikan Operasi Militer di Rafah, Kepatuhan Diragukan

Senator Sanders Mengutuk Pernyataan Menteri Pertahanan Israel tentang Gaza sebagai Barbarisme

Perdana Menteri Georgia Mendorong AS dan UE untuk Menghilangkan Oligarki: Peringatan akan Ancaman Politik Barat terhadap Negaranya

Israel Melobi Pejabat Jerman untuk Mengecam Surat Perintah Penangkapan ICC terhadap Netanyahu

Arab Saudi Sambut Baik Pengakuan Palestina oleh Norwegia, Irlandia, dan Spanyol

Arab Saudi Serukan Hak Hidup Aman bagi Warga Palestina dalam Pertemuan OKI di Jeddah

Senator AS Lindsey Graham Kritik Permintaan Surat Perintah Penangkapan ICC terhadap Pejabat Israel, Khawatir AS Menjadi Target Berikutnya

Pemerintahan Biden Siap Kerja Sama dengan Kongres untuk Potensi Sanksi terhadap ICC atas Permintaan Penangkapan Netanyahu

Kolombia Tegaskan Dukungan bagi Palestina: Pendekatan Baru di Bawah Kepemimpinan Presiden Petro

Norwegia, Irlandia, dan Spanyol Mengakui Negara Palestina: Tindakan Bersejarah yang Mengguncang Diplomasi Global

Staf Yahudi Mengundurkan Diri dari Pemerintahan Biden Sebagai Protes Atas Dukungan Terhadap Kampanye Militer Israel di Gaza

Krisis Kemanusiaan di Gaza Semakin Memperburuk, PBB Hentikan Distribusi Makanan di Rafah

Pernyataan Jaksa ICC Karim AA Khan KC tentang Permohonan Surat Perintah Penangkapan terkait Situasi di Negara Palestina

Andrew Feinstein Mengkritik Pemimpin Partai Buruh, Keir Starmer, atas Dukungannya terhadap Konflik Gaza dan Korupsi dalam Perdagangan Senjata

Perancis, Belgia, dan Slovenia Dukung Upaya ICC untuk Mengeluarkan Surat Perintah Penangkapan bagi Pemimpin Israel dan Hamas

Komunitas Yahudi Berduka: Kehilangan Presiden dan Menteri Luar Negeri Iran, Inilah Penghormatan  Terakhir Neturei Karta

Jatuhnya Helikopter Tewaskan Presiden dan Menteri Luar Negeri Iran: Ketegangan Politik di Tengah Kegagalan Teknis

Prof. Mearsheimer: Pembersihan Etnis atau Solusi Damai? Analisis Krisis Israel

Utusan Palestina: Israel Berniat ‘Menggusur, Menundukkan, atau Membunuh’ Warga Gaza

Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang

Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam

Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur

JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot

76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza

Afrika Selatan Menuduh Israel Lakukan Genosida di Gaza di Hadapan Mahkamah Internasional, ini Alasan Adila Hassim

Kontroversi Nat Schwartz: Penyelidikan The New York Times tentang Kekerasan Seksual oleh Hamas dan Implikasinya

Pengarahan Jaksa ICC Karim AA Khan KC kepada Dewan Keamanan PBB mengenai Situasi di Libya: Laporan dan Peta Jalan Menuju Keadilan Berdasarkan Resolusi 1970 (2011)

Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill

Prof. Jeffrey Sachs: Kebijakan Luar Negeri AS Bertentangan dengan Kepentingan Rakyat dan Didasarkan pada Kebohongan Berkelanjutan

Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global

Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden

Thomas Piketty: Barat Harus Memberikan Sanksi kepada Israel Jika Benar-Benar Mendukung Solusi Dua Negara

Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza

Enam Sekutu Amerika Serikat  Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Paul Newman tentang Kebenaran dan Politik Luar Negeri Amerika: “Menciptakan Musuh untuk Membenarkan Perang”

Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”

Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza

Trinity College Cambridge Memutuskan Divestasi dari Perusahaan Senjata Setelah Terungkapnya Investasi Kontroversial

Mayoritas Warga Kanada Mendukung Protes di Kampus Universitas Menurut Jajak Pendapat Terbaru

Raja Denmark Mengibarkan Bendera Palestina: Solidaritas Global Menguat Setelah Badai Al-Aqsa

Gary Lineker: Tidak Bisa Diam Mengenai Konflik Gaza dan Kritik Terhadap Tindakan Israel

Kekuatan Opini Publik: Kim Kardashian dan Dampak #Blockout2024 Pro-Palestina

Munafik atau Ketidakadilan? Politisi Belgia Kritik Keputusan Kontes Lagu Eurovision terkait Israel dan Palestina

Perspektif Kritis Randa Jarrar: Hillary Clinton dalam Kacamata Seorang Profesor Studi Timur Tengah

Peringatan Raja Spanyol Felipe VI: Eskalasi Kekerasan di Gaza dan Panggilan untuk Aksi Global

Jejak Sejarah Esau: Perjalanan di Pegunungan Bani Yas’in dari Bani Jawa dalam Kitab Tarikh Ibnu Khaldun

Perayaan Cinta dan Solidaritas: Pengantin di Montreal Mengekspresikan Dukungan untuk Palestina

Tabassum Menerima Tepuk Tangan Meriah atas Pidato Perpisahan di USC: Perlawanannya Terhadap Genosida Disambut Hangat

Bisan Owda dan AJ+ Raih Penghargaan Peabody atas Liputan Gaza

Grace Blakeley Mendorong Sanksi terhadap Israel dalam Debat BBC Question Time

Insiden Pelecehan Verbal di Arizona State University: Staf Pro-Israel Diberhentikan

Seruan Menteri Luar Negeri Afrika Selatan untuk Penangkapan ICC terhadap PM Israel Netanyahu: Kontroversi dan Implikasi Internasional

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *