Jakarta, Kowantaranews.com -Dalam pernyataan yang memicu kontroversi dan reaksi keras dari berbagai pihak, Menteri Permukiman dan Misi Nasional Israel, Orit Strook, menyatakan bahwa tidak ada yang namanya rakyat Palestina. Pernyataan ini dibuat dalam sebuah video yang diunggah di akun X-nya pada hari Kamis, di mana Strook menyampaikan pidatonya pada sesi Knesset, parlemen Israel. Komentarnya ini tidak hanya menambah ketegangan dalam konflik yang sudah lama berlangsung antara Israel dan Palestina, tetapi juga memperburuk situasi di lapangan yang sudah sangat kritis.
“Tidak ada yang namanya bangsa Palestina,” kata Strook dengan tegas dalam video tersebut. “Tidak akan pernah ada negara Palestina di tanah Israel. Setiap orang berbudaya di dunia tahu bahwa tanah ini adalah milik kami, untuk rakyat Israel dan hanya untuk kami.” Pernyataan ini mencerminkan sikap keras pemerintah Israel terhadap aspirasi Palestina untuk mendirikan negara mereka sendiri.
Penolakan Terhadap Keberadaan Negara Palestina
Strook, yang tinggal di pemukiman ilegal di Tepi Barat yang diduduki, mengklaim bahwa keberadaan negara Palestina akan menjadi ancaman nyata bagi Israel dan perdamaian serta ketertiban dunia. Menurutnya, sebagian besar rakyat Israel menentang pembentukan negara Palestina. Strook adalah anggota sayap kanan Partai Zionisme Keagamaan, yang dipimpin oleh Menteri Keuangan Bezalel Smotrich.
Pada hari Rabu, Knesset dengan suara bulat mendukung keputusan pemerintah untuk menolak pengakuan sepihak atas negara Palestina. Keputusan ini mempertegas sikap keras Israel terhadap aspirasi Palestina, yang telah lama berjuang untuk mendirikan negara merdeka di wilayah yang mereka anggap sebagai tanah air mereka.
Latar Belakang Konflik Israel-Palestina
Konflik antara Israel dan Palestina telah berlangsung selama beberapa dekade, dengan akar penyebab yang kompleks dan beragam. Israel menduduki Yerusalem Timur selama Perang Arab-Israel tahun 1967 dan mencaplok seluruh kota pada tahun 1980, mengklaim Yerusalem sebagai ibu kota abadi dan tidak terbagi. Tindakan ini tidak pernah diakui oleh komunitas internasional. Sementara itu, Palestina berharap untuk mendirikan negara merdeka di Jalur Gaza dan Tepi Barat, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, Israel telah melancarkan serangan besar-besaran ke Jalur Gaza. Serangan ini telah menyebabkan lebih dari 29.410 warga Palestina tewas dan menyebabkan kehancuran besar-besaran serta kekurangan bahan-bahan kebutuhan pokok. Kurang dari 1.200 warga Israel dilaporkan tewas dalam serangan Hamas tersebut. Konflik ini telah menyebabkan penderitaan yang luar biasa bagi warga sipil di kedua belah pihak, dengan Gaza yang mengalami dampak terburuk.
Kondisi Kemanusiaan di Gaza
Perang Israel di Gaza telah menyebabkan sekitar 85% penduduk wilayah tersebut mengungsi, dengan banyak yang mengalami kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan. PBB melaporkan bahwa 60% infrastruktur di wilayah tersebut telah rusak atau hancur akibat konflik ini. Situasi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk dengan setiap hari yang berlalu, dan bantuan internasional sangat dibutuhkan untuk mengatasi krisis ini.
Banyak organisasi kemanusiaan internasional telah menyerukan agar akses kemanusiaan yang aman dan tidak terbatas diberikan ke Gaza untuk memungkinkan pengiriman bantuan yang sangat dibutuhkan. Namun, blokade yang terus berlanjut dan operasi militer intensif telah menghambat upaya ini, memperparah penderitaan warga Gaza.
Tuduhan Genosida di Mahkamah Internasional
Untuk pertama kalinya sejak pembentukannya pada tahun 1948, Israel dituduh melakukan genosida di Mahkamah Internasional, badan peradilan tertinggi PBB. Tuduhan ini terkait dengan tindakan Israel di Gaza. Pada bulan Januari, sebuah keputusan sementara memerintahkan Tel Aviv untuk menghentikan tindakan genosida dan memastikan bahwa bantuan kemanusiaan diberikan kepada warga sipil di Gaza. Tuduhan genosida ini menambah kompleksitas dan ketegangan dalam konflik yang sudah berlangsung lama ini.
Mahkamah Internasional telah meminta Israel untuk mengambil langkah-langkah konkret guna memastikan bahwa tindakan militer mereka tidak mengarah pada penghancuran sistematis terhadap penduduk Gaza. Namun, pemerintah Israel telah menolak tuduhan ini, menyatakan bahwa operasi militer mereka adalah upaya sah untuk mempertahankan diri dari serangan militan yang dilancarkan oleh Hamas.
Reaksi Internasional
Pernyataan Orit Strook memicu reaksi keras dari berbagai pihak internasional. Banyak negara dan organisasi internasional mengutuk pernyataannya, menyebutnya sebagai penghapusan sejarah dan identitas rakyat Palestina. Beberapa pemimpin dunia mendesak Israel untuk mengakui hak-hak sah Palestina dan kembali ke meja perundingan untuk mencari solusi damai yang adil dan berkelanjutan.
Komunitas internasional, termasuk PBB, Uni Eropa, dan Liga Arab, telah lama mendukung solusi dua negara sebagai jalan keluar terbaik untuk konflik ini. Solusi ini diharapkan dapat mengakhiri pendudukan dan mengakui hak Palestina untuk mendirikan negara merdeka di Tepi Barat dan Jalur Gaza dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Namun, perkembangan terbaru menunjukkan bahwa jalan menuju perdamaian masih panjang dan penuh dengan tantangan.
Baca juga : Genosida Gaza: Tiongkok Menyerukan Gencatan Senjata Mendesak, Kolombia Mendesak PBB Kirim Pasukan Perdamaian
Baca juga : John Kirby Bandingkan Serangan Udara Israel di Gaza dengan Pemboman AS di Irak dan Afghanistan
Baca juga : Senator Chris Van Hollen Dukung Langkah Biden Mengkaji Bantuan untuk Israel dan Situasi Kemanusiaan di Gaza
Masa Depan Konflik Israel-Palestina
Pernyataan dan tindakan pemerintah Israel, seperti yang diungkapkan oleh Strook, menunjukkan bahwa solusi dua negara semakin jauh dari kenyataan. Sikap keras dan penolakan terhadap hak-hak Palestina menambah kerumitan dalam mencari solusi damai. Sebaliknya, pendekatan ini hanya memperdalam perpecahan dan meningkatkan ketegangan di wilayah yang sudah sangat rapuh.
Di sisi lain, Palestina terus berjuang untuk hak mereka atas tanah dan kedaulatan. Dukungan internasional untuk Palestina tetap kuat, dengan banyak negara dan organisasi yang terus menyerukan penghentian pendudukan dan pengakuan penuh terhadap hak-hak Palestina. Namun, tanpa kemauan politik yang kuat dari kedua belah pihak untuk berkompromi dan mencari jalan damai, konflik ini kemungkinan akan terus berlanjut.
Situasi di Gaza dan pernyataan terbaru dari pejabat tinggi Israel seperti Orit Strook menunjukkan betapa rumit dan mendalamnya konflik Israel-Palestina. Pernyataan Strook bahwa “tidak ada yang namanya rakyat Palestina” menambah lapisan baru dalam dinamika konflik yang sudah berlangsung lama ini. Sementara itu, kondisi kemanusiaan di Gaza semakin memburuk, dengan kebutuhan mendesak untuk bantuan internasional dan solusi damai.
Komunitas internasional terus menyerukan penghentian kekerasan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia bagi semua pihak yang terlibat. Namun, untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan, diperlukan upaya nyata dan kesediaan untuk berkompromi dari semua pihak. Tanpa ini, penderitaan warga sipil di Gaza dan wilayah lain yang terlibat dalam konflik ini akan terus berlanjut, dan harapan untuk solusi damai akan semakin pudar. *Mukroni
Sumber www.aa.com.tr
- Berita Terkait :
John Kirby Bandingkan Serangan Udara Israel di Gaza dengan Pemboman AS di Irak dan Afghanistan
Kerusuhan di Mexico City: Demonstran Membakar Kedutaan Besar Israel dalam Protes Pro-Palestina
Anggota Parlemen Prancis Diskors karena Kibarkan Bendera Palestina Selama Debat Sengit
Presiden Brazil Menuduh Israel Melakukan Genosida di Gaza: Krisis Kemanusiaan Semakin Memburuk
Macron Mengecam Serangan Israel di Rafah: Seruan untuk Gencatan Senjata Segera
Pep Guardiola Diduga Menolak Jabat Tangan dengan Perwakilan Israel: Apa yang Terjadi?
Aktris Amerika Candice King Kritik Pemerintah Israel atas Pembantaian Bayi di Gaza
Menggunakan Istilah “Genosida” dalam Konflik Israel dan Hamas: Perspektif Aryeh Neier
Menteri Pertahanan Spanyol Sebut Konflik Gaza sebagai ‘Genosida Nyata’ di Tengah Pengakuan Palestina
Nyanyian Wakil PM Spanyol ‘Dari Sungai ke Laut’ Membuat Marah Israel
Seth Rogen: Saya Diberi Banyak Kebohongan tentang Israel
Bernie Sanders Mengutuk Dukungan AS terhadap Perang Netanyahu di Palestina dalam Pidato di Senat
Dave Chappelle Sebut Ada ‘Genosida’ di Jalur Gaza Saat Perang Israel-Hamas Berlangsung di Abu Dhabi
Mahkamah Internasional Perintahkan Israel Hentikan Operasi Militer di Rafah, Kepatuhan Diragukan
Senator Sanders Mengutuk Pernyataan Menteri Pertahanan Israel tentang Gaza sebagai Barbarisme
Israel Melobi Pejabat Jerman untuk Mengecam Surat Perintah Penangkapan ICC terhadap Netanyahu
Arab Saudi Sambut Baik Pengakuan Palestina oleh Norwegia, Irlandia, dan Spanyol
Arab Saudi Serukan Hak Hidup Aman bagi Warga Palestina dalam Pertemuan OKI di Jeddah
Kolombia Tegaskan Dukungan bagi Palestina: Pendekatan Baru di Bawah Kepemimpinan Presiden Petro
Krisis Kemanusiaan di Gaza Semakin Memperburuk, PBB Hentikan Distribusi Makanan di Rafah
Prof. Mearsheimer: Pembersihan Etnis atau Solusi Damai? Analisis Krisis Israel
Utusan Palestina: Israel Berniat ‘Menggusur, Menundukkan, atau Membunuh’ Warga Gaza
Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang
Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam
Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur
JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot
76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza
Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill
Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global
Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden
Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza
Enam Sekutu Amerika Serikat Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB
Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”
Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza
Mayoritas Warga Kanada Mendukung Protes di Kampus Universitas Menurut Jajak Pendapat Terbaru
Raja Denmark Mengibarkan Bendera Palestina: Solidaritas Global Menguat Setelah Badai Al-Aqsa
Gary Lineker: Tidak Bisa Diam Mengenai Konflik Gaza dan Kritik Terhadap Tindakan Israel
Kekuatan Opini Publik: Kim Kardashian dan Dampak #Blockout2024 Pro-Palestina
Perspektif Kritis Randa Jarrar: Hillary Clinton dalam Kacamata Seorang Profesor Studi Timur Tengah
Peringatan Raja Spanyol Felipe VI: Eskalasi Kekerasan di Gaza dan Panggilan untuk Aksi Global
Perayaan Cinta dan Solidaritas: Pengantin di Montreal Mengekspresikan Dukungan untuk Palestina
Bisan Owda dan AJ+ Raih Penghargaan Peabody atas Liputan Gaza
Grace Blakeley Mendorong Sanksi terhadap Israel dalam Debat BBC Question Time
Insiden Pelecehan Verbal di Arizona State University: Staf Pro-Israel Diberhentikan