Jakarta, Kowantaranews.com – Di era digital yang semakin terintegrasi, pelaku usaha di sektor ritel, F&B, dan hiburan kini memiliki kesempatan baru untuk tidak hanya menikmati layanan musik latar berkualitas, tetapi juga menghasilkan pendapatan tambahan melalui skema monetisasi inovatif. PlayUp by Langit Musik, kolaborasi strategis antara Nuon Digital Indonesia (anak usaha Telkom) dan platform PlayUp, menghadirkan solusi musik berlisensi yang dilengkapi sistem iklan audio terintegrasi. Fitur ini memungkinkan iklan audio disisipkan secara halus di antara pemutaran lagu, membuka pintu bagi pemilik usaha untuk mendapatkan revenue sharing dari advertiser tanpa mengganggu pengalaman pengunjung.
Diluncurkan pada Mei 2025, PlayUp by Langit Musik dirancang khusus untuk ruang publik seperti kafe, restoran, pusat perbelanjaan, transportasi umum, hingga warung makan sederhana (warteg). Dengan katalog jutaan lagu resmi dari berbagai genre—termasuk pop, indie, dan tradisional Indonesia—platform ini memastikan setiap pemutaran musik telah berlisensi penuh. Hal ini tidak hanya melindungi pelaku usaha dari risiko pelanggaran hak cipta, tetapi juga berkontribusi langsung pada royalti bagi musisi dan pencipta lagu melalui Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN).
Keunggulan utama PlayUp by Langit Musik terletak pada skema monetisasi tambahan dari iklan audio. Iklan pendek (15-30 detik) yang relevan dengan konteks usaha—seperti promo produk lokal atau kampanye brand—akan diputar secara otomatis di jeda lagu. Pelaku usaha tidak perlu mengelola iklan sendiri; sistem pintar PlayUp yang berbasis AI akan menyesuaikan konten iklan berdasarkan demografi pengunjung dan jenis ruang. Sebagai imbalannya, pemilik usaha menerima bagi hasil hingga 50% dari pendapatan iklan, tergantung volume pemutaran dan engagement. “Ini bukan hanya soal musik latar; ini tentang menciptakan ekosistem di mana usaha kecil bisa berkembang melalui digital advertising yang mudah diakses,” ujar CEO Nuon Digital Indonesia, Aris Sudewo, dalam peluncurannya.
Kolaborasi ini mendapat dukungan kuat dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) serta LMKN, sejalan dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Hingga kini, PlayUp by Langit Musik telah bermitra dengan raksasa seperti Lippo Malls Indonesia, Transjakarta, MRT Jakarta, HokBen, dan Paguyuban Warteg Jabodetabek yang mewakili lebih dari 500 usaha kuliner. Pascal Lasmana, CEO PlayUp, menekankan bahwa teknologi audio pintar mereka memudahkan integrasi: cukup instal perangkat sederhana atau aplikasi mobile, lalu playlist otomatis berjalan 24/7 dengan monitoring real-time via dashboard.
Emas Melonjak di Tengah Ketidakpastian: Safe-Haven atau Sekadar Lindung Nilai?
Bagi pelaku usaha, manfaatnya berlipat. Selain musik berkualitas yang meningkatkan suasana ruang—seperti playlist chill untuk kafe atau energik untuk gym—mereka kini bisa mengubah biaya langganan musik menjadi sumber pendapatan. Estimasi awal menunjukkan potensi revenue hingga Rp 5-10 juta per bulan untuk usaha menengah dengan traffic tinggi, tergantung frekuensi iklan. “Kami melihat ini sebagai win-win: usaha untung, musisi dihargai, dan advertiser menjangkau audiens targeted,” tambah Lasmana.
Langit Musik sendiri, sebagai Digital Streaming Platform (DSP) Telkom, telah berkembang pesat sejak 2010 dengan lebih dari 9 juta katalog lagu lokal dan internasional. Aplikasi ini populer di kalangan pengguna Telkomsel berkat fitur streaming tanpa kuota via Paket MusicMAX, dan kini ekspansi ke B2B melalui PlayUp memperkuat posisinya di pasar musik Indonesia yang diproyeksikan tumbuh 15% tahunan.
Di tengah pemulihan ekonomi pasca-pandemi, inisiatif seperti ini krusial untuk mendukung UMKM. PlayUp by Langit Musik tidak hanya menyediakan hiburan legal, tapi juga alat ekonomi digital yang inklusif. Bagi yang tertarik, pendaftaran bisa dilakukan via situs resmi play.langitmusik.co.id, dengan uji coba gratis 30 hari.Dengan demikian, PlayUp by Langit Musik membuktikan bahwa musik bukan sekadar latar belakang—ia bisa menjadi mesin pendapatan yang harmonis bagi semua pihak. By Mukroni
Emas Melonjak di Tengah Ketidakpastian: Safe-Haven atau Sekadar Lindung Nilai?
Tanah untuk Elit, Petani Ditelantarkan: Mengapa Reforma Agraria Gagal Total?
Petani Kecil: Produsen Beras, Tapi Korban Harga Tinggi
Pemerintah Tambah Dana Transfer Daerah Rp43 Triliun di RAPBN 2026, Defisit Melebar ke 2,68% PDB
Injeksi Likuiditas Rp 200 Triliun: Peluang dan Tantangan UMKM Mengakses Pembiayaan
Analisis Penyuntikan Dana Rp 200 Triliun: Program Strategis dan Implikasi Ekonomi
Harga Pangan Meroket di Malang: Ada Tangan Tak Terlihat di Balik Krisis?
Hapus Premium, Naikkan HET: Kebijakan Gila yang Bikin Petani Miskin, Rakyat Lapar!
Beras Bukan Segalanya: Mengguncang Ketergantungan Pangan Indonesia Menuju Sagu dan Sorgum!
Aliansi Ekonom Indonesia Serukan Tujuh Desakan Darurat Ekonomi
RUU Komoditas Strategis: Solusi Jitu atau Sekadar Janji untuk Petani?
Swasembada Beras 2025: Kemenangan di Gudang, Penderitaan di Meja Makan?
Beras Melambung, Ekonomi Merosot: Mengungkap Paradoks Inflasi di Tengah Deflasi Nasional
Distribusi Beras Murah di Jawa Barat: Janji Manis Pemerintah vs Kekecewaan Warga
Paradoks SPHP: Beras Berlimpah, Harga Melambung, Distribusi Ambruk ?
Gaji DPR Ratusan Juta, Rakyat Memulung: Kesenjangan Ekonomi yang Menyengat di Indonesia
Kelas Menengah Atas Kuasai Konsumsi, Ekonomi Indonesia Stagnan di 5%: Siapa Peduli pada Kelas Bawah?
IKN: Kota Impian Jokowi Jadi Kota Hantu Prabowo?
Revolusi UMKM Kuliner: Rahasia Menang di Pasar Sengit!
Rebut Kedaulatan Pangan: Bangkitkan Pangan Nusantara, Hentikan Impor!
Subsektor Tanaman Pangan Ambruk di Triwulan II-2025: Krisis Musiman atau Bom Waktu Ketahanan Pangan?
Beras Langka, Harga Meroket: Indonesia di Ujung Krisis Pangan 2025?
Beras Oplosan dan Musim Kemarau Ancam Krisis Pangan: Pemerintah Siap Hadapi Lonjakan Harga?
Mafia Pangan Menggila: Beras dan Gula Oplosan Kuasai Pasar Indonesia!
Industri Kemasan Makanan dan Minuman Indonesia: Kebal Resesi, Prospek Cerah
Gula Petani Tersisih: Lelang Sepi, Impor Ilegal dan Oplosan Kuasai Pasar!
Hapus Kelas Mutu Beras: Petani Dirugikan, Konsumen Terbebani, Oplosan Mengintai!
Harga Beras Meroket, SPHP Gagal Total: Stok Melimpah, Distribusi Amburadul!
Krisis Lapangan Kerja Indonesia: PHK Merajalela, Produktivitas Terpuruk, Solusi di Ujung Tanduk!
Beras Rp1,2 Juta per Karung: Warga Mahakam Ulu Menjerit di Tengah Krisis Kemarau
Data Pribadi Warga Indonesia: Apa Benar Dijual ke AS, Dilindungi atau Dikhianati?
Beras Melambung Lampaui HET: Apa Benar Petani Sejahtera, Rakyat Merana?
Tarif 19% ke AS: Kemenangan Diplomasi atau Jebakan Ekonomi bagi Indonesia?
Pelaku Beras Oplosan Subversi Ekonomi: Pengkhianatan Mutu yang Guncang Ketahanan Pangan!
Tarif Trump 32%: Indonesia di Ujung Tanduk atau Peluang Emas?
8,7 Juta Pekerja Masih Menanti BSU: Verifikasi Molor, Janji Pemerintah Terhambat!
Warteg Online: Nasi Orek Tempe UMKM vs. Menu Impor Shopee, Lazada, dan TikTok Shop
Rupiah Goyang, Defisit Melebar: APBN 2025 Tetap Santai kayak di Warteg!
IHSG Ngebut ke 7.300: Cuan di Pasar, Makan di Warteg Tetap Enak!
Gas 3 Kg Satu Harga: Warteg Tetap Ngegas, Harga Tabung Nggak Bikin Mewek!
Impor Longgar, Waralaba Ngacir: Ekonomi RI Siap Gebrak dari Warteg!
Gig Economy: Bekerja Bebas, Tapi Jangan Sampai ‘Bebas’ dari Perlindungan Seperti Warteg Tanpa Lauk!
Rupiah Goyang, Minyak Melayang: Warteg Tetap Jualan, Tapi Porsi Menciut!
Gula Manis di 2025: Warteg Senyum, Harga Tetap, Tapi Gula Ilegal Bikin Was-was!
TikTok Beli Tokopedia: KPPU Kasih PR Biar Gak Jadi ‘Raja Monopoli’ di Warteg Digital!
Dari Karyawan Kena PHK ke Ojol TikTok: Ngegas di Jalan, Ngevlog di Layar, Makan di Warteg!
Sawit Dunia Lagi Susah, Warteg Tetap Jualan Tempe dengan Percaya Diri!
Sawit Dijegal, Kedelai Meroket: Warteg Cuma Bisa Jual Telur Ceplok?
Sawit Susah Masuk Eropa, Warteg Tetap Jual Gorengan Tempe!
Warteg vs Nimbus: Orek Tempe Tetap Juara, Masker Jadi Pelengkap!
Beras Naik, Dompet Menjerit: Tarif AS, Krisis Jepang, dan Warteg Nusantara Ketar-Ketir!
Ekonomi RI 2025: Ngegas 5,2%, Rem Kepencet Jadi 4,7%, Warteg Tetap Jadi Penolong Daya Beli!
Data Pribadi Warga Indonesia: Apa Benar Dijual ke AS, Dilindungi atau Dikhianati?