Jakarta, Kowantaranews.com – Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Bank Indonesia mencatat lonjakan signifikan pada Oktober 2025, menyentuh level 121,2. Angka ini naik tajam dari 115 pada September sebelumnya, menandai zona optimis pertama dalam beberapa bulan terakhir. Peningkatan ini menjadi sinyal awal kebangkitan semangat masyarakat terhadap prospek ekonomi nasional, didorong oleh serangkaian kebijakan stimulus pemerintah yang mulai berlaku efektif di Triwulan IV-2025.
Menurut survei BI, optimisme konsumen terutama dipicu oleh tiga faktor utama: paket kebijakan ekonomi ekspansif, penurunan suku bunga acuan, serta suntikan likuiditas tambahan ke sektor perbankan. Langkah-langkah ini dirancang untuk merangsang kredit konsumsi dan investasi, sekaligus menjaga stabilitas likuiditas di tengah tekanan global. “Ini adalah leading indicator yang positif. Masyarakat mulai percaya bahwa pemulihan sedang berjalan,” ujar seorang analis senior BI dalam keterangan resminya.
Data pendukung dari Mandiri Spending Index (MSI) juga memperkuat tren ini. Belanja rumah tangga tercatat meningkat, terutama pada kategori barang gaya hidup seperti restoran, fashion, dan perangkat elektronik. Kenaikan ini mencerminkan daya beli yang mulai pulih, khususnya di kalangan kelas menengah dan atas yang memiliki ketahanan finansial lebih baik. Transaksi digital di platform e-commerce dan aplikasi pembayaran juga melonjak, menunjukkan pergeseran perilaku konsumsi menuju era pasca-pandemi yang lebih adaptif.
Namun, di balik euforia tersebut, terdapat cerita yang berbeda bagi kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Indeks tabungan rumah tangga kelompok bawah terus menunjukkan tren penurunan, mengindikasikan tekanan keuangan yang masih berat. Banyak di antara mereka masih bergantung pada bantuan sosial dan belum mampu meningkatkan pengeluaran diskresioner. “Pemulihan ekonomi saat ini bersifat K-shaped: satu kelompok naik, kelompok lain masih tertinggal,” kata Deni Friawan, ekonom senior dari Centre for Strategic and International Studies (CSIS).
Realitas ini menjadi tantangan besar bagi pemerintah dalam mencapai target pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar 5,2%. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pertumbuhan PDB pada Triwulan III-2025 hanya mencapai 5,04% (year-on-year). Untuk mencapai target tahunan, Triwulan IV-2025 harus tumbuh minimal 5,8%—angka yang sangat ambisius mengingat dalam satu dekade terakhir, pertumbuhan triwulanan jarang menyentuh level tersebut.
Meskipun musim libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) diprediksi akan mendorong lonjakan belanja ritel dan pariwisata, para ekonom tetap skeptis. “Liburan memang memberikan efek musiman, tapi tidak cukup kuat untuk menutup gap sebesar itu,” ujar Bhima Yudhistira, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS). Proyeksi konsensus dari berbagai lembaga riset menempatkan pertumbuhan Q4-2025 di kisaran 5,3% hingga 5,5%—masih di bawah ambang batas yang dibutuhkan.
Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa tetap optimis. Dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR pekan lalu, ia menyatakan bahwa fondasi ekonomi makro sedang menguat. “Kami menargetkan pertumbuhan di atas 5,5% pada Q4, dengan komitmen menjaga defisit APBN di bawah 3% dari PDB. Sustainability fiskal tetap prioritas,” tegasnya. Pemerintah juga mengandalkan program percepatan penyerapan anggaran infrastruktur dan insentif pajak untuk mendorong investasi swasta.
Ekonomi RI Tumbuh 5,04%, Tapi Rumah Tangga Masih Tertatih: Daya Beli Lemah & PHK Mengintai
Para ahli menekankan bahwa kunci keberhasilan jangka panjang terletak pada penciptaan lapangan kerja yang inklusif. Tanpa penyerapan tenaga kerja yang masif, khususnya di sektor riil seperti manufaktur dan UMKM, optimisme konsumen berisiko memudar. Stabilitas harga pangan dan energi juga harus dijaga ketat agar inflasi tetap terkendali di kisaran 2,5% ± 1%, sesuai target BI.
Secara keseluruhan, peningkatan IKK memang menjadi angin segar bagi perekonomian Indonesia. Namun, jarak antara keyakinan dan realisasi pertumbuhan masih terbentang lebar. Stimulus fiskal dan moneter telah membuka pintu pemulihan, tetapi tanpa reformasi struktural yang menyentuh akar ketimpangan, target 5,2% untuk 2025 kemungkinan besar akan kembali meleset. Pemerintah dan pelaku ekonomi kini dihadapkan pada ujian: mengubah optimisme menjadi pertumbuhan yang berkelanjutan dan merata bagi seluruh lapisan masyarakat. By Mukroni
Ekonomi RI Tumbuh 5,04%, Tapi Rumah Tangga Masih Tertatih: Daya Beli Lemah & PHK Mengintai
Presiden Prabowo Komitmen Turunkan Ketimpangan: Gini Target 0,35 dan GK Naik Tiap Tahun
Tahun Pertama Prabowo: Etatisme Kuat, Ekonomi Riil Mandek
Ekonomi Indonesia 2025: Pemerintah Optimis 5,3%, Ekonom Khawatir Lapangan Kerja Informal Melonjak
Menkeu Tegaskan: Rp 200 T Dana SAL ke Bank BUMN Bukan untuk Konglomerat, Fokus Sektor Produktif
Kebuntuan Utang Whoosh: Pemerintah dan Danantara Saling Lempar Tanggung Jawab
Kebuntuan Utang Whoosh: Pemerintah dan Danantara Saling Lempar Tanggung Jawab
Emas Melonjak di Tengah Ketidakpastian: Safe-Haven atau Sekadar Lindung Nilai?
Tanah untuk Elit, Petani Ditelantarkan: Mengapa Reforma Agraria Gagal Total?
Petani Kecil: Produsen Beras, Tapi Korban Harga Tinggi
Pemerintah Tambah Dana Transfer Daerah Rp43 Triliun di RAPBN 2026, Defisit Melebar ke 2,68% PDB
Injeksi Likuiditas Rp 200 Triliun: Peluang dan Tantangan UMKM Mengakses Pembiayaan
Analisis Penyuntikan Dana Rp 200 Triliun: Program Strategis dan Implikasi Ekonomi
Harga Pangan Meroket di Malang: Ada Tangan Tak Terlihat di Balik Krisis?
Hapus Premium, Naikkan HET: Kebijakan Gila yang Bikin Petani Miskin, Rakyat Lapar!
Beras Bukan Segalanya: Mengguncang Ketergantungan Pangan Indonesia Menuju Sagu dan Sorgum!
Aliansi Ekonom Indonesia Serukan Tujuh Desakan Darurat Ekonomi
RUU Komoditas Strategis: Solusi Jitu atau Sekadar Janji untuk Petani?
Swasembada Beras 2025: Kemenangan di Gudang, Penderitaan di Meja Makan?
Beras Melambung, Ekonomi Merosot: Mengungkap Paradoks Inflasi di Tengah Deflasi Nasional
Distribusi Beras Murah di Jawa Barat: Janji Manis Pemerintah vs Kekecewaan Warga
Paradoks SPHP: Beras Berlimpah, Harga Melambung, Distribusi Ambruk ?
Gaji DPR Ratusan Juta, Rakyat Memulung: Kesenjangan Ekonomi yang Menyengat di Indonesia
Kelas Menengah Atas Kuasai Konsumsi, Ekonomi Indonesia Stagnan di 5%: Siapa Peduli pada Kelas Bawah?
IKN: Kota Impian Jokowi Jadi Kota Hantu Prabowo?
Revolusi UMKM Kuliner: Rahasia Menang di Pasar Sengit!
Rebut Kedaulatan Pangan: Bangkitkan Pangan Nusantara, Hentikan Impor!
Subsektor Tanaman Pangan Ambruk di Triwulan II-2025: Krisis Musiman atau Bom Waktu Ketahanan Pangan?
Beras Langka, Harga Meroket: Indonesia di Ujung Krisis Pangan 2025?
Beras Oplosan dan Musim Kemarau Ancam Krisis Pangan: Pemerintah Siap Hadapi Lonjakan Harga?
Mafia Pangan Menggila: Beras dan Gula Oplosan Kuasai Pasar Indonesia!
Industri Kemasan Makanan dan Minuman Indonesia: Kebal Resesi, Prospek Cerah
Gula Petani Tersisih: Lelang Sepi, Impor Ilegal dan Oplosan Kuasai Pasar!
Hapus Kelas Mutu Beras: Petani Dirugikan, Konsumen Terbebani, Oplosan Mengintai!
Harga Beras Meroket, SPHP Gagal Total: Stok Melimpah, Distribusi Amburadul!
Krisis Lapangan Kerja Indonesia: PHK Merajalela, Produktivitas Terpuruk, Solusi di Ujung Tanduk!
Beras Rp1,2 Juta per Karung: Warga Mahakam Ulu Menjerit di Tengah Krisis Kemarau
Data Pribadi Warga Indonesia: Apa Benar Dijual ke AS, Dilindungi atau Dikhianati?
Beras Melambung Lampaui HET: Apa Benar Petani Sejahtera, Rakyat Merana?
Tarif 19% ke AS: Kemenangan Diplomasi atau Jebakan Ekonomi bagi Indonesia?
Pelaku Beras Oplosan Subversi Ekonomi: Pengkhianatan Mutu yang Guncang Ketahanan Pangan!
Tarif Trump 32%: Indonesia di Ujung Tanduk atau Peluang Emas?
8,7 Juta Pekerja Masih Menanti BSU: Verifikasi Molor, Janji Pemerintah Terhambat!
Warteg Online: Nasi Orek Tempe UMKM vs. Menu Impor Shopee, Lazada, dan TikTok Shop
Rupiah Goyang, Defisit Melebar: APBN 2025 Tetap Santai kayak di Warteg!
IHSG Ngebut ke 7.300: Cuan di Pasar, Makan di Warteg Tetap Enak!
Gas 3 Kg Satu Harga: Warteg Tetap Ngegas, Harga Tabung Nggak Bikin Mewek!
Impor Longgar, Waralaba Ngacir: Ekonomi RI Siap Gebrak dari Warteg!
Gig Economy: Bekerja Bebas, Tapi Jangan Sampai ‘Bebas’ dari Perlindungan Seperti Warteg Tanpa Lauk!
Rupiah Goyang, Minyak Melayang: Warteg Tetap Jualan, Tapi Porsi Menciut!
Gula Manis di 2025: Warteg Senyum, Harga Tetap, Tapi Gula Ilegal Bikin Was-was!
TikTok Beli Tokopedia: KPPU Kasih PR Biar Gak Jadi ‘Raja Monopoli’ di Warteg Digital!
Dari Karyawan Kena PHK ke Ojol TikTok: Ngegas di Jalan, Ngevlog di Layar, Makan di Warteg!
Sawit Dunia Lagi Susah, Warteg Tetap Jualan Tempe dengan Percaya Diri!
Sawit Dijegal, Kedelai Meroket: Warteg Cuma Bisa Jual Telur Ceplok?
Sawit Susah Masuk Eropa, Warteg Tetap Jual Gorengan Tempe!
Warteg vs Nimbus: Orek Tempe Tetap Juara, Masker Jadi Pelengkap!
Beras Naik, Dompet Menjerit: Tarif AS, Krisis Jepang, dan Warteg Nusantara Ketar-Ketir!
Ekonomi RI 2025: Ngegas 5,2%, Rem Kepencet Jadi 4,7%, Warteg Tetap Jadi Penolong Daya Beli!
Data Pribadi Warga Indonesia: Apa Benar Dijual ke AS, Dilindungi atau Dikhianati?

