Jakarta, Kowantaranews.com – Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang digulirkan sejak awal tahun berhasil menjangkau lebih dari 82 juta anak sekolah dan ibu hamil di seluruh Indonesia. Namun, keberhasilan itu kini berhadapan dengan efek samping yang tak terhindarkan: lonjakan harga pangan, terutama telur ayam ras.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, harga telur ayam ras rata-rata nasional pada pekan kedua November 2025 telah mencapai Rp31.646 per kg, melampaui harga acuan pemerintah Rp30.000 per kg. Di beberapa daerah terpencil seperti Kabupaten Mamberamo Tengah, Papua Pegunungan, harga telur bahkan tembus Rp100.000 per kg. Kenaikan ini memberikan andil 0,04% terhadap inflasi bulanan Oktober 2025, dengan inflasi telur secara bulanan mencapai 4,43% dan daging ayam ras 1,13%.
“Penyebab utamanya adalah lonjakan permintaan dari 14.773 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang setiap hari menyajikan 3.000–3.500 porsi,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Imam Machdi, Senin (18/11). SPPG yang terus bertambah menjadi “mesin makan” baru yang menyerap ratusan ton telur, ayam, sayur, dan buah setiap harinya, sehingga pasar induk di banyak daerah mulai kewalahan.
Tekanan paling terasa di 11 kabupaten/kota dengan Indeks Perkembangan Harga (IPH) telur tertinggi, antara lain Sambas (Kalbar), Pringsewu (Lampung), Jombang (Jatim), dan Pidie Jaya (Aceh). Di daerah-daerah ini, stok buah dan sayuran pun mulai menipis karena SPPG berebut pasokan dengan pasar tradisional.
Pemerintah tidak tinggal diam. Dalam rapat terbatas yang dipimpin Menko Perekonomian Airlangga Hartarto pekan lalu, disepakati strategi dua jalur: redam permintaan jangka pendek sekaligus genjot pasokan jangka panjang.
Untuk jangka pendek, Badan Gizi Nasional (BGN) langsung mengeluarkan pedoman diversifikasi menu baru. “Kita kurangi porsi telur dan ayam, diganti ikan bandeng, lele, nila, tempe, tahu, serta sayuran lokal yang lebih murah dan tersedia,” kata Wakil Kepala BGN Nanik Sudaryati Deyang. Perubahan menu ini mulai diterapkan secara bertahap jelang periode puncak konsumsi Natal, Tahun Baru, Ramadan, dan Lebaran 2026.
Di daerah-daerah panas, Gerakan Pangan Murah dan operasi pasar digelar serentak. Subsidi angkut antarpulau diperluas agar telur dan ayam dari Jawa bisa mengalir cepat ke Papua dan Maluku dengan harga terkendali.
Keyakinan Konsumen Melonjak ke 121,2, Tapi Target 5,2% Masih Jauh di Mata
Sementara untuk jangka panjang, Kementerian Pertanian mengalokasikan dana khusus pengembangan peternakan ayam petelur dan pedaging skala besar, didukung pendanaan Rp20 triliun dari BPI Danantara. Kementerian Dalam Negarapun menginstruksikan seluruh bupati/wali kota agar petani, nelayan, dan UMKM lokal dijadikan pemasok tetap SPPG. “Ini bukan hanya soal gizi anak, tapi juga menciptakan pasar pasti bagi petani kita,” tegas Wakil Menteri Dalam Negeri Bima Arya.
Hingga akhir 2025, pemerintah menargetkan tambahan 500 ribu ton telur dan 1,2 juta ton daging ayam per tahun dari perluasan peternakan baru, sekaligus mendorong penanaman sayur-mayur dan budidaya ikan di lahan kosong bersama TNI dan kelompok tani.
Meski ada suara kritis di media sosial yang menyebut MBG sebagai “biang kerok” mahalnya telur, pemerintah menegaskan bahwa dampak inflasi ini bersifat sementara. “Manfaat jangka panjang dari gizi anak bangsa dan penggerak ekonomi lokal jauh lebih besar,” kata Airlangga. Dengan langkah-langkah yang sedang dipercepat, target inflasi 2025 di level 2,5% ±1% diyakini tetap tercapai. By Mukroni
Keyakinan Konsumen Melonjak ke 121,2, Tapi Target 5,2% Masih Jauh di Mata
Ekonomi RI Tumbuh 5,04%, Tapi Rumah Tangga Masih Tertatih: Daya Beli Lemah & PHK Mengintai
Presiden Prabowo Komitmen Turunkan Ketimpangan: Gini Target 0,35 dan GK Naik Tiap Tahun
Tahun Pertama Prabowo: Etatisme Kuat, Ekonomi Riil Mandek
Ekonomi Indonesia 2025: Pemerintah Optimis 5,3%, Ekonom Khawatir Lapangan Kerja Informal Melonjak
Menkeu Tegaskan: Rp 200 T Dana SAL ke Bank BUMN Bukan untuk Konglomerat, Fokus Sektor Produktif
Kebuntuan Utang Whoosh: Pemerintah dan Danantara Saling Lempar Tanggung Jawab
Kebuntuan Utang Whoosh: Pemerintah dan Danantara Saling Lempar Tanggung Jawab
Emas Melonjak di Tengah Ketidakpastian: Safe-Haven atau Sekadar Lindung Nilai?
Tanah untuk Elit, Petani Ditelantarkan: Mengapa Reforma Agraria Gagal Total?
Petani Kecil: Produsen Beras, Tapi Korban Harga Tinggi
Pemerintah Tambah Dana Transfer Daerah Rp43 Triliun di RAPBN 2026, Defisit Melebar ke 2,68% PDB
Injeksi Likuiditas Rp 200 Triliun: Peluang dan Tantangan UMKM Mengakses Pembiayaan
Analisis Penyuntikan Dana Rp 200 Triliun: Program Strategis dan Implikasi Ekonomi
Harga Pangan Meroket di Malang: Ada Tangan Tak Terlihat di Balik Krisis?
Hapus Premium, Naikkan HET: Kebijakan Gila yang Bikin Petani Miskin, Rakyat Lapar!
Beras Bukan Segalanya: Mengguncang Ketergantungan Pangan Indonesia Menuju Sagu dan Sorgum!
Aliansi Ekonom Indonesia Serukan Tujuh Desakan Darurat Ekonomi
RUU Komoditas Strategis: Solusi Jitu atau Sekadar Janji untuk Petani?
Swasembada Beras 2025: Kemenangan di Gudang, Penderitaan di Meja Makan?
Beras Melambung, Ekonomi Merosot: Mengungkap Paradoks Inflasi di Tengah Deflasi Nasional
Distribusi Beras Murah di Jawa Barat: Janji Manis Pemerintah vs Kekecewaan Warga
Paradoks SPHP: Beras Berlimpah, Harga Melambung, Distribusi Ambruk ?
Gaji DPR Ratusan Juta, Rakyat Memulung: Kesenjangan Ekonomi yang Menyengat di Indonesia
Kelas Menengah Atas Kuasai Konsumsi, Ekonomi Indonesia Stagnan di 5%: Siapa Peduli pada Kelas Bawah?
IKN: Kota Impian Jokowi Jadi Kota Hantu Prabowo?
Revolusi UMKM Kuliner: Rahasia Menang di Pasar Sengit!
Rebut Kedaulatan Pangan: Bangkitkan Pangan Nusantara, Hentikan Impor!
Subsektor Tanaman Pangan Ambruk di Triwulan II-2025: Krisis Musiman atau Bom Waktu Ketahanan Pangan?
Beras Langka, Harga Meroket: Indonesia di Ujung Krisis Pangan 2025?
Beras Oplosan dan Musim Kemarau Ancam Krisis Pangan: Pemerintah Siap Hadapi Lonjakan Harga?
Mafia Pangan Menggila: Beras dan Gula Oplosan Kuasai Pasar Indonesia!
Industri Kemasan Makanan dan Minuman Indonesia: Kebal Resesi, Prospek Cerah
Gula Petani Tersisih: Lelang Sepi, Impor Ilegal dan Oplosan Kuasai Pasar!
Hapus Kelas Mutu Beras: Petani Dirugikan, Konsumen Terbebani, Oplosan Mengintai!
Harga Beras Meroket, SPHP Gagal Total: Stok Melimpah, Distribusi Amburadul!
Krisis Lapangan Kerja Indonesia: PHK Merajalela, Produktivitas Terpuruk, Solusi di Ujung Tanduk!
Beras Rp1,2 Juta per Karung: Warga Mahakam Ulu Menjerit di Tengah Krisis Kemarau
Data Pribadi Warga Indonesia: Apa Benar Dijual ke AS, Dilindungi atau Dikhianati?
Beras Melambung Lampaui HET: Apa Benar Petani Sejahtera, Rakyat Merana?
Tarif 19% ke AS: Kemenangan Diplomasi atau Jebakan Ekonomi bagi Indonesia?
Pelaku Beras Oplosan Subversi Ekonomi: Pengkhianatan Mutu yang Guncang Ketahanan Pangan!
Tarif Trump 32%: Indonesia di Ujung Tanduk atau Peluang Emas?
8,7 Juta Pekerja Masih Menanti BSU: Verifikasi Molor, Janji Pemerintah Terhambat!
Warteg Online: Nasi Orek Tempe UMKM vs. Menu Impor Shopee, Lazada, dan TikTok Shop
Rupiah Goyang, Defisit Melebar: APBN 2025 Tetap Santai kayak di Warteg!
IHSG Ngebut ke 7.300: Cuan di Pasar, Makan di Warteg Tetap Enak!
Gas 3 Kg Satu Harga: Warteg Tetap Ngegas, Harga Tabung Nggak Bikin Mewek!
Impor Longgar, Waralaba Ngacir: Ekonomi RI Siap Gebrak dari Warteg!
Gig Economy: Bekerja Bebas, Tapi Jangan Sampai ‘Bebas’ dari Perlindungan Seperti Warteg Tanpa Lauk!
Rupiah Goyang, Minyak Melayang: Warteg Tetap Jualan, Tapi Porsi Menciut!
Gula Manis di 2025: Warteg Senyum, Harga Tetap, Tapi Gula Ilegal Bikin Was-was!
TikTok Beli Tokopedia: KPPU Kasih PR Biar Gak Jadi ‘Raja Monopoli’ di Warteg Digital!
Dari Karyawan Kena PHK ke Ojol TikTok: Ngegas di Jalan, Ngevlog di Layar, Makan di Warteg!
Sawit Dunia Lagi Susah, Warteg Tetap Jualan Tempe dengan Percaya Diri!
Sawit Dijegal, Kedelai Meroket: Warteg Cuma Bisa Jual Telur Ceplok?
Sawit Susah Masuk Eropa, Warteg Tetap Jual Gorengan Tempe!
Warteg vs Nimbus: Orek Tempe Tetap Juara, Masker Jadi Pelengkap!
Beras Naik, Dompet Menjerit: Tarif AS, Krisis Jepang, dan Warteg Nusantara Ketar-Ketir!
Ekonomi RI 2025: Ngegas 5,2%, Rem Kepencet Jadi 4,7%, Warteg Tetap Jadi Penolong Daya Beli!
Data Pribadi Warga Indonesia: Apa Benar Dijual ke AS, Dilindungi atau Dikhianati?

