• Kam. Jan 1st, 2026

KowantaraNews

Kowantara News: Berita tajam, warteg jaya, UMKM tak terjajah!

Presiden Prabowo Komitmen Turunkan Ketimpangan: Gini Target 0,35 dan GK Naik Tiap Tahun

ByAdmin

Nov 6, 2025
Anak-anak bermain di kawasan padat penduduk di Kampung Bandan, Jakarta, Jumat (14/10/2022). (Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra)
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com – Presiden Prabowo Subianto berkomitmen tegas menurunkan ketimpangan pendapatan dan mereformasi garis kemiskinan nasional secara fundamental. Menanggapi rekomendasi analis @mukroni68 yang viral di X, beliau menjadikan empat tahun jabatannya sebagai momentum emas menciptakan kemakmuran merata, melampaui target pertumbuhan ekonomi 8%.
“Warisan saya bukan hanya angka pertumbuhan, tapi Indonesia yang lebih adil—di mana setiap anak dari keluarga miskin punya kesempatan naik kelas,” ujar Presiden dalam pernyataan tertulis yang dirilis Istana Negara malam ini. Respons ini langsung menjawab kritik Mukroni68 yang menyoroti dua masalah struktural: garis kemiskinan nasional yang terlalu rendah (Rp 609.160/kapita/bulan) dan laju penurunan kemiskinan yang lambat (0,24% per tahun sejak 2013-2024).

Presiden mengakui data Bank Dunia 2025 yang menyebut 68,3% penduduk Indonesia masuk kategori rentan miskin jika menggunakan standar negara berpendapatan menengah atas ($8,3/hari). “Ini alarm keras. Garis kemiskinan kita harus mencerminkan realitas biaya hidup, bukan sekadar angka statistik,” tegasnya.

Langkah pertama yang diumumkan adalah pembuatan formula kenaikan GK riil tahunan yang akan diatur dalam Peraturan Presiden (Perpres). Formula tersebut mengacu pada model upah minimum: (Pertumbuhan PDB + Inflasi + Indeks Biaya Hidup Minimum). “Ini memberikan kepastian dan alat ukur yang lebih adil,” kata Presiden. Kemenko PMK dan BPS diberi tugas merumuskan formula ini dalam waktu 60 hari, dengan target implementasi mulai APBN 2027.

Selain itu, Presiden menginstruksikan validasi data mikro DTKS setiap semester dengan integrasi SIPD, NIK, dan teknologi AI untuk meminimalisir kesalahan sasaran bansos. “Bansos tetap jadi jaring pengaman, tapi kita arahkan ke bansos produktif—misalnya dikaitkan dengan pelatihan kerja atau modal usaha,” jelasnya.

Terkait ketimpangan, Presiden menargetkan Indeks Gini turun ke 0,35 dalam empat tahun. Untuk itu, BPS akan mulai menghitung Gini berbasis pendapatan dan kekayaan secara rutin, bukan hanya pengeluaran seperti selama ini. Data World Inequality Database (WID) 2025 yang dikutip Mukroni68—di mana bagian pendapatan 50% terbawah turun dari 19,96% (2000) menjadi 13,66% (2023)—dijadikan acuan utama.
“Kita akan inisiasi Deklarasi Nasional Pemerataan Ekonomi di Sidang Kabinet bulan depan,” ungkap Presiden. Deklarasi ini akan menetapkan bahwa pertumbuhan ekonomi dan penurunan ketimpangan adalah dua tujuan yang setara. Alokasi APBN akan direorientasi: minimal 30% untuk program pro-poor dan pro-middle class, termasuk konsolidasi program strategis seperti Makan Bergizi Gratis (MBG), Kredit Desa Mandiri Produktif (KDMP), Sekolah Rakyat, dan Dana Desa.

Disparitas Wilayah dan Urbanisasi: Mengelola Mega Region Jawa & Akselerasi Pusat Pertumbuhan Luar Jawa

Presiden menekankan pentingnya menghindari tumpang tindih antarprogram. “KDMP, BUMDes, dan koperasi harus saling melengkapi, bukan bersaing. Kita butuh satu koordinasi nasional,” katanya. Untuk itu, akan dibentuk Satgas Konsolidasi Program Pemerataan di bawah Menko Perekonomian.
Reaksi positif langsung bermunculan. Ekonom senior Faisal Basri menyebut langkah ini sebagai “lompatan paradigma dari growth-first ke equity-first”. Sementara Direktur Eksekutif INDEF, Tauhid Ahmad, memuji target Gini 0,35 sebagai “ambisius tapi realistis jika didukung political will kuat”.

Di kalangan masyarakat, respons Mukroni68 sendiri menjadi sorotan. “Saya tersanjung rekomendasi saya diadopsi. Langkah konkret pertama: segera bentuk tim independen untuk uji coba formula GK di 10 provinsi dengan biaya hidup tertinggi,” tulisnya di X malam ini.Presiden menutup pernyataannya dengan nada optimis: “Empat tahun adalah kesempatan berharga. Mari kita wujudkan Indonesia Emas yang bukan hanya kaya, tapi juga adil.”Rencana aksi lengkap akan dibahas dalam Rapat Terbatas Kabinet pada 12 November mendatang. Publik menantikan apakah komitmen ini akan menjadi titik balik pengentasan kemiskinan struktural di Indonesia. By Mukroni

  • Berita Terkait :

Disparitas Wilayah dan Urbanisasi: Mengelola Mega Region Jawa & Akselerasi Pusat Pertumbuhan Luar Jawa

Tahun Pertama Prabowo: Etatisme Kuat, Ekonomi Riil Mandek

Ekonomi Indonesia 2025: Pemerintah Optimis 5,3%, Ekonom Khawatir Lapangan Kerja Informal Melonjak

Menkeu Tegaskan: Rp 200 T Dana SAL ke Bank BUMN Bukan untuk Konglomerat, Fokus Sektor Produktif

Kebuntuan Utang Whoosh: Pemerintah dan Danantara Saling Lempar Tanggung Jawab

Kebuntuan Utang Whoosh: Pemerintah dan Danantara Saling Lempar Tanggung Jawab

Inovasi Monetisasi di PlayUp by Langit Musik: Pendapatan Tambahan dari Iklan Audio untuk Ruang Publik

Emas Melonjak di Tengah Ketidakpastian: Safe-Haven atau Sekadar Lindung Nilai?

Tanah untuk Elit, Petani Ditelantarkan: Mengapa Reforma Agraria Gagal Total?

Petani Kecil: Produsen Beras, Tapi Korban Harga Tinggi

Petani Jawa Barat Gembira Harga Gabah Tinggi, Penggilingan Padi Terjepit Margin Tipis

Krisis Beras Mengintai: Harga Melonjak, Musim Paceklik Ancam Indonesia!

Pemerintah Tambah Dana Transfer Daerah Rp43 Triliun di RAPBN 2026, Defisit Melebar ke 2,68% PDB

Injeksi Likuiditas Rp 200 Triliun: Peluang dan Tantangan UMKM Mengakses Pembiayaan

Koperasi Merah Putih: Mekanisme Penyaluran Dana Rp 200 Triliun, Tantangan, dan Implikasi bagi Ekonomi Desa

Analisis Penyuntikan Dana Rp 200 Triliun: Program Strategis dan Implikasi Ekonomi

Harga Pangan Meroket di Malang: Ada Tangan Tak Terlihat di Balik Krisis?

Hapus Premium, Naikkan HET: Kebijakan Gila yang Bikin Petani Miskin, Rakyat Lapar!

Beras Bukan Segalanya: Mengguncang Ketergantungan Pangan Indonesia Menuju Sagu dan Sorgum!

Aliansi Ekonom Indonesia Serukan Tujuh Desakan Darurat Ekonomi

RUU Komoditas Strategis: Solusi Jitu atau Sekadar Janji untuk Petani?

Swasembada Beras 2025: Kemenangan di Gudang, Penderitaan di Meja Makan?

Beras Melambung, Ekonomi Merosot: Mengungkap Paradoks Inflasi di Tengah Deflasi Nasional

Distribusi Beras Murah di Jawa Barat: Janji Manis Pemerintah vs Kekecewaan Warga

Paradoks SPHP: Beras Berlimpah, Harga Melambung, Distribusi Ambruk ?

Gaji DPR Ratusan Juta, Rakyat Memulung: Kesenjangan Ekonomi yang Menyengat di Indonesia

Gula Petani Tersandera: Krisis 2025 Akibat Impor Liar dan Kebijakan Amburadul ?

Krisis Pangan Menggila: Beras Melambung, Minyakita Langka, Gula Petani Terpuruk ?

Birokrasi Lamban dan Dana Macet: Danantara Sabotase Ketahanan Pangan Nasional?

Kelas Menengah Atas Kuasai Konsumsi, Ekonomi Indonesia Stagnan di 5%: Siapa Peduli pada Kelas Bawah?

IKN: Kota Impian Jokowi Jadi Kota Hantu Prabowo?

Revolusi UMKM Kuliner: Rahasia Menang di Pasar Sengit!

Konsumsi Domestik, Relokasi Warga, dan Green Infrastructure: Analisis Kebijakan Pemprov DKI Jakarta 2025

Rebut Kedaulatan Pangan: Bangkitkan Pangan Nusantara, Hentikan Impor!

Subsektor Tanaman Pangan Ambruk di Triwulan II-2025: Krisis Musiman atau Bom Waktu Ketahanan Pangan?

Beras Langka, Harga Meroket: Indonesia di Ujung Krisis Pangan 2025?

Beras Oplosan dan Musim Kemarau Ancam Krisis Pangan: Pemerintah Siap Hadapi Lonjakan Harga?

Mafia Pangan Menggila: Beras dan Gula Oplosan Kuasai Pasar Indonesia!

Industri Kemasan Makanan dan Minuman Indonesia: Kebal Resesi, Prospek Cerah

Gula Petani Tersisih: Lelang Sepi, Impor Ilegal dan Oplosan Kuasai Pasar!

Hapus Kelas Mutu Beras: Petani Dirugikan, Konsumen Terbebani, Oplosan Mengintai!

Harga Beras Meroket, SPHP Gagal Total: Stok Melimpah, Distribusi Amburadul!

Krisis Lapangan Kerja Indonesia: PHK Merajalela, Produktivitas Terpuruk, Solusi di Ujung Tanduk!

Beras Rp1,2 Juta per Karung: Warga Mahakam Ulu Menjerit di Tengah Krisis Kemarau

Data Pribadi Warga Indonesia: Apa Benar Dijual ke AS, Dilindungi atau Dikhianati?

Beras Melambung Lampaui HET: Apa Benar Petani Sejahtera, Rakyat Merana?

Benarkah Industri Padat Karya Indonesia di Ujung Tanduk? Kontraksi Tenaga Kerja Ancam Masa Depan Ekonomi !

Tarif 19% ke AS: Kemenangan Diplomasi atau Jebakan Ekonomi bagi Indonesia?

Pelaku Beras Oplosan Subversi Ekonomi: Pengkhianatan Mutu yang Guncang Ketahanan Pangan!

Benarkah Rupiah Tertekan ? : BI Pangkas Suku Bunga, Trump Sulut Ketidakpastian Global!

Antrean Panjang Pencari Kerja: Indonesia di Ambang Krisis Ekonomi dan Ketenagakerjaan

 Tarif 19% AS: Ancaman atau Peluang bagi Ekspor Indonesia?

Tarif 19% Trump: Indonesia Bayar Mahal, AS Raup Untung?

Indonesia di Ambang Resesi: Keyakinan Konsumen Rontok, Ekonomi Terpuruk ?

Kredit Perbankan Anjlok, Daya Beli Ambruk: Benarkah Masyarakat Beralih ke Gym demi Kesehatan?

Optimisme Ekonomi Indonesia 2025: Masih Bertahan atau Mulai Runtuh?

Swasembada Pangan 2026: Anggaran Membengkak, Target Berantakan, Harga Pangan Masih Melambung?

Tarif AS 32% Ancam Jutaan Pekerja Indonesia: Bisakah Insentif Selamatkan Industri Padat Karya?

Tarif Trump 32%: Indonesia di Ujung Tanduk atau Peluang Emas?

8,7 Juta Pekerja Masih Menanti BSU: Verifikasi Molor, Janji Pemerintah Terhambat!

Warteg Online: Nasi Orek Tempe UMKM vs. Menu Impor Shopee, Lazada, dan TikTok Shop

Rupiah Goyang, Defisit Melebar: APBN 2025 Tetap Santai kayak di Warteg!

IHSG Ngebut ke 7.300: Cuan di Pasar, Makan di Warteg Tetap Enak!

Gas 3 Kg Satu Harga: Warteg Tetap Ngegas, Harga Tabung Nggak Bikin Mewek!

Impor Longgar, Waralaba Ngacir: Ekonomi RI Siap Gebrak dari Warteg!

Gig Economy: Bekerja Bebas, Tapi Jangan Sampai ‘Bebas’ dari Perlindungan Seperti Warteg Tanpa Lauk!

Indonesia-Rusia Kolplay Digital: 5G Ngegas, Warteg Go Online, Tapi Awas Jangan Kejebak Vodka Virtual!

Rupiah Goyang, Minyak Melayang: Warteg Tetap Jualan, Tapi Porsi Menciut!

Gula Manis di 2025: Warteg Senyum, Harga Tetap, Tapi Gula Ilegal Bikin Was-was!

TikTok Beli Tokopedia: KPPU Kasih PR Biar Gak Jadi ‘Raja Monopoli’ di Warteg Digital!

Dari Karyawan Kena PHK ke Ojol TikTok: Ngegas di Jalan, Ngevlog di Layar, Makan di Warteg!

Sawit Dunia Lagi Susah, Warteg Tetap Jualan Tempe dengan Percaya Diri!

Sawit Dijegal, Kedelai Meroket: Warteg Cuma Bisa Jual Telur Ceplok?

Sawit Susah Masuk Eropa, Warteg Tetap Jual Gorengan Tempe!

Warteg vs Nimbus: Orek Tempe Tetap Juara, Masker Jadi Pelengkap!

Bank Dunia Bikin Panik: 194 Juta Orang Indonesia Jadi ‘Miskin’, Warteg Jadi Penutup atau Penutup Dompet?

Beras Naik, Dompet Menjerit: Tarif AS, Krisis Jepang, dan Warteg Nusantara Ketar-Ketir!

Ekonomi RI 2025: Ngegas 5,2%, Rem Kepencet Jadi 4,7%, Warteg Tetap Jadi Penolong Daya Beli!

Data Pribadi Warga Indonesia: Apa Benar Dijual ke AS, Dilindungi atau Dikhianati?

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *