• Jum. Nov 21st, 2025

KowantaraNews

Kowantara News: Berita tajam, warteg jaya, UMKM tak terjajah!

Dari Singapore Fintech Festival, Pengusaha Madura Yakin: “Stablecoin Bakal Masuk Warung Kelontong”

ByAdmin

Nov 19, 2025
Pedagan warung madura memperlihatkan aplikasi fastpay (foto: Fastpay)
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com – Ketika ribuan pelaku fintech dunia berkumpul di Singapore FinTech Festival (SFF) 2025 pekan lalu, seorang pria asal Bangkalan, Madura, pulang membawa keyakinan yang bagi kebanyakan orang terdengar terlalu jauh: suatu hari nanti, warung kelontong di kampung-kampung Madura akan menerima pembayaran menggunakan stablecoin seperti USDT atau USDC, sama mudahnya seperti menerima uang tunai atau QRIS sekarang.

Dia adalah Abdul Aziz, atau yang akrab disapa A’ad, Direktur Utama PT Mitra Pedagang Indonesia (MPI), perusahaan yang mengelola platform MPStore. Saat ini MPStore sudah menjadi “teman” bagi lebih dari 800.000 usaha kecil di seluruh Indonesia, mulai dari warung kelontong, toko bangunan, hingga pedagang pasar tradisional.

“Saya lihat langsung demo Visa di SFF. Mereka memperlihatkan bagaimana stablecoin yang dikirim dari luar negeri langsung dikonversi ke saldo dompet digital, lalu bisa langsung dipakai belanja di minimarket biasa. Tanpa kartu kredit, tanpa tukar valuta, tanpa biaya mahal,” cerita A’ad dengan mata masih berbinar, beberapa hari setelah pulang ke Indonesia.

Di booth yang sama, Visa juga memamerkan “AI Agent” yang bisa berbelanja dan membayar sendiri atas nama penggunanya. Meski teknologi ini belum masuk Asia Pasifik karena masih menunggu lampu hijau regulator, bagi A’ad, itu adalah gambaran nyata masa depan yang tidak lagi puluhan tahun lagi, tapi mungkin hanya tiga sampai lima tahun ke depan.

“Yang bikin saya yakin banget, stablecoin itu nilainya stabil. Beda sama Bitcoin atau Ethereum yang naik-turun. Jadi cocok banget buat transaksi sehari-hari. Bayangkan, anak TKI di Arab Saudi atau Malaysia kirim USDT ke ibunya di Sumenep. Begitu sampai, ibunya bisa langsung belanja ke warung tetangga tanpa harus ke bank atau agen Western Union yang antre panjang dan potongannya besar,” paparnya.

MPStore, kata A’ad, sudah punya infrastruktur yang hampir sempurna untuk mewujudkan mimpi itu. Setiap warung yang tergabung sudah punya aplikasi kasir digital, nomor WhatsApp Business, dan QRIS. Tinggal menambahkan satu fitur lagi: “Terima Stablecoin”.

“Kami sudah mulai rapat tim sejak hari pertama saya landing dari Singapura. Tim developer langsung saya suruh riset wallet yang compliant, koneksi ke penyedia likuiditas stablecoin, dan skema konversi on-the-spot ke rupiah kalau memang harus. Kami tidak mau ketinggalan,” tegasnya.

Selain remitansi diaspora, A’ad juga melihat peluang dari turis asing yang semakin banyak memegang kripto. “Turis Eropa atau Amerika yang ke Bali atau Lombok, banyak yang sudah biasa pakai crypto. Kalau mereka ke Madura naik kapal dari Surabaya, mereka bisa langsung belanja sate atau rujak pakai USDC di warung pinggir jalan. Praktis buat mereka, untung buat pemilik warung,” katanya sambil tertawa.

Tantangan terbesar, A’ad akui, tetap regulasi. Bank Indonesia hingga hari ini masih tegas bahwa kripto bukan alat pembayaran yang sah. Namun, pengalaman di SFF membuatnya semakin optimis.

“Saya ngobrol sama regulator dari Filipina, Thailand, bahkan Uni Emirat Arab. Semua bilang sama: dulu mereka juga melarang, tapi begitu melihat manfaatnya untuk inklusi keuangan dan remitansi, mereka buka keran perlahan. Indonesia pasti mengikuti. Yang penting, ketika lampu hijau menyala, kami sudah siap gaspol,” ujarnya penuh keyakinan.

Bagi A’ad, ini bukan sekadar soal teknologi. Ini soal memberi solusi nyata bagi rakyat kecil. “Western Union bisa potong 7-10%, belum lagi kurs bank yang jelek. Kalau pakai stablecoin, biayanya bisa di bawah 1%. Uang yang masuk ke kampung lebih banyak, perputaran ekonomi lebih cepat. Warung kecil jadi lebih untung, pembeli lebih senang.”

MBG Dorong Inflasi Pangan: Telur Tembus Rp31.646/kg, Pemerintah Kebut Diversifikasi Menu & Tambah Produksi

Malam itu, di kantor pusat MPStore di Surabaya, lampu masih menyala sampai larut. Tim engineering, produk, dan legal duduk satu meja, membahas roadmap baru yang diberi kode nama internal “Madura Crypto Ready 2028”.

“Target kami realistis: tahun 2028, minimal 100.000 warung di Jawa Timur dan Madura sudah bisa terima stablecoin. Kalau regulasi lebih cepat, kami percepat,” tutup A’ad.

Dari hall megah di Marina Bay Sands, Singapura, hingga warung-warung kecil di pinggir jalan tanah Madura, jaraknya memang ribuan kilometer. Tapi bagi Abdul Aziz dan 800.000 pedagang kecil yang diwakilinya, jarak itu kini terasa hanya tinggal satu keputusan regulator dan satu tombol “aktifkan fitur” di aplikasi mereka.

Masa depan uang digital, tampaknya, tidak lagi hanya milik kota besar. Ia sedang mengetuk pintu warung kelontong di kampung-kampung. Dan orang Madura, seperti biasa, sudah siap menyambutnya lebih dulu. By Mukroni

  • Berita Terkait :

MBG Dorong Inflasi Pangan: Telur Tembus Rp31.646/kg, Pemerintah Kebut Diversifikasi Menu & Tambah Produksi

Keyakinan Konsumen Melonjak ke 121,2, Tapi Target 5,2% Masih Jauh di Mata

Ekonomi RI Tumbuh 5,04%, Tapi Rumah Tangga Masih Tertatih: Daya Beli Lemah & PHK Mengintai

Presiden Prabowo Komitmen Turunkan Ketimpangan: Gini Target 0,35 dan GK Naik Tiap Tahun

Disparitas Wilayah dan Urbanisasi: Mengelola Mega Region Jawa & Akselerasi Pusat Pertumbuhan Luar Jawa

Tahun Pertama Prabowo: Etatisme Kuat, Ekonomi Riil Mandek

Ekonomi Indonesia 2025: Pemerintah Optimis 5,3%, Ekonom Khawatir Lapangan Kerja Informal Melonjak

Menkeu Tegaskan: Rp 200 T Dana SAL ke Bank BUMN Bukan untuk Konglomerat, Fokus Sektor Produktif

Kebuntuan Utang Whoosh: Pemerintah dan Danantara Saling Lempar Tanggung Jawab

Kebuntuan Utang Whoosh: Pemerintah dan Danantara Saling Lempar Tanggung Jawab

Inovasi Monetisasi di PlayUp by Langit Musik: Pendapatan Tambahan dari Iklan Audio untuk Ruang Publik

Emas Melonjak di Tengah Ketidakpastian: Safe-Haven atau Sekadar Lindung Nilai?

Tanah untuk Elit, Petani Ditelantarkan: Mengapa Reforma Agraria Gagal Total?

Petani Kecil: Produsen Beras, Tapi Korban Harga Tinggi

Petani Jawa Barat Gembira Harga Gabah Tinggi, Penggilingan Padi Terjepit Margin Tipis

Krisis Beras Mengintai: Harga Melonjak, Musim Paceklik Ancam Indonesia!

Pemerintah Tambah Dana Transfer Daerah Rp43 Triliun di RAPBN 2026, Defisit Melebar ke 2,68% PDB

Injeksi Likuiditas Rp 200 Triliun: Peluang dan Tantangan UMKM Mengakses Pembiayaan

Koperasi Merah Putih: Mekanisme Penyaluran Dana Rp 200 Triliun, Tantangan, dan Implikasi bagi Ekonomi Desa

Analisis Penyuntikan Dana Rp 200 Triliun: Program Strategis dan Implikasi Ekonomi

Harga Pangan Meroket di Malang: Ada Tangan Tak Terlihat di Balik Krisis?

Hapus Premium, Naikkan HET: Kebijakan Gila yang Bikin Petani Miskin, Rakyat Lapar!

Beras Bukan Segalanya: Mengguncang Ketergantungan Pangan Indonesia Menuju Sagu dan Sorgum!

Aliansi Ekonom Indonesia Serukan Tujuh Desakan Darurat Ekonomi

RUU Komoditas Strategis: Solusi Jitu atau Sekadar Janji untuk Petani?

Swasembada Beras 2025: Kemenangan di Gudang, Penderitaan di Meja Makan?

Beras Melambung, Ekonomi Merosot: Mengungkap Paradoks Inflasi di Tengah Deflasi Nasional

Distribusi Beras Murah di Jawa Barat: Janji Manis Pemerintah vs Kekecewaan Warga

Paradoks SPHP: Beras Berlimpah, Harga Melambung, Distribusi Ambruk ?

Gaji DPR Ratusan Juta, Rakyat Memulung: Kesenjangan Ekonomi yang Menyengat di Indonesia

Gula Petani Tersandera: Krisis 2025 Akibat Impor Liar dan Kebijakan Amburadul ?

Krisis Pangan Menggila: Beras Melambung, Minyakita Langka, Gula Petani Terpuruk ?

Birokrasi Lamban dan Dana Macet: Danantara Sabotase Ketahanan Pangan Nasional?

Kelas Menengah Atas Kuasai Konsumsi, Ekonomi Indonesia Stagnan di 5%: Siapa Peduli pada Kelas Bawah?

IKN: Kota Impian Jokowi Jadi Kota Hantu Prabowo?

Revolusi UMKM Kuliner: Rahasia Menang di Pasar Sengit!

Konsumsi Domestik, Relokasi Warga, dan Green Infrastructure: Analisis Kebijakan Pemprov DKI Jakarta 2025

Rebut Kedaulatan Pangan: Bangkitkan Pangan Nusantara, Hentikan Impor!

Subsektor Tanaman Pangan Ambruk di Triwulan II-2025: Krisis Musiman atau Bom Waktu Ketahanan Pangan?

Beras Langka, Harga Meroket: Indonesia di Ujung Krisis Pangan 2025?

Beras Oplosan dan Musim Kemarau Ancam Krisis Pangan: Pemerintah Siap Hadapi Lonjakan Harga?

Mafia Pangan Menggila: Beras dan Gula Oplosan Kuasai Pasar Indonesia!

Industri Kemasan Makanan dan Minuman Indonesia: Kebal Resesi, Prospek Cerah

Gula Petani Tersisih: Lelang Sepi, Impor Ilegal dan Oplosan Kuasai Pasar!

Hapus Kelas Mutu Beras: Petani Dirugikan, Konsumen Terbebani, Oplosan Mengintai!

Harga Beras Meroket, SPHP Gagal Total: Stok Melimpah, Distribusi Amburadul!

Krisis Lapangan Kerja Indonesia: PHK Merajalela, Produktivitas Terpuruk, Solusi di Ujung Tanduk!

Beras Rp1,2 Juta per Karung: Warga Mahakam Ulu Menjerit di Tengah Krisis Kemarau

Data Pribadi Warga Indonesia: Apa Benar Dijual ke AS, Dilindungi atau Dikhianati?

Beras Melambung Lampaui HET: Apa Benar Petani Sejahtera, Rakyat Merana?

Benarkah Industri Padat Karya Indonesia di Ujung Tanduk? Kontraksi Tenaga Kerja Ancam Masa Depan Ekonomi !

Tarif 19% ke AS: Kemenangan Diplomasi atau Jebakan Ekonomi bagi Indonesia?

Pelaku Beras Oplosan Subversi Ekonomi: Pengkhianatan Mutu yang Guncang Ketahanan Pangan!

Benarkah Rupiah Tertekan ? : BI Pangkas Suku Bunga, Trump Sulut Ketidakpastian Global!

Antrean Panjang Pencari Kerja: Indonesia di Ambang Krisis Ekonomi dan Ketenagakerjaan

 Tarif 19% AS: Ancaman atau Peluang bagi Ekspor Indonesia?

Tarif 19% Trump: Indonesia Bayar Mahal, AS Raup Untung?

Indonesia di Ambang Resesi: Keyakinan Konsumen Rontok, Ekonomi Terpuruk ?

Kredit Perbankan Anjlok, Daya Beli Ambruk: Benarkah Masyarakat Beralih ke Gym demi Kesehatan?

Optimisme Ekonomi Indonesia 2025: Masih Bertahan atau Mulai Runtuh?

Swasembada Pangan 2026: Anggaran Membengkak, Target Berantakan, Harga Pangan Masih Melambung?

Tarif AS 32% Ancam Jutaan Pekerja Indonesia: Bisakah Insentif Selamatkan Industri Padat Karya?

Tarif Trump 32%: Indonesia di Ujung Tanduk atau Peluang Emas?

8,7 Juta Pekerja Masih Menanti BSU: Verifikasi Molor, Janji Pemerintah Terhambat!

Warteg Online: Nasi Orek Tempe UMKM vs. Menu Impor Shopee, Lazada, dan TikTok Shop

Rupiah Goyang, Defisit Melebar: APBN 2025 Tetap Santai kayak di Warteg!

IHSG Ngebut ke 7.300: Cuan di Pasar, Makan di Warteg Tetap Enak!

Gas 3 Kg Satu Harga: Warteg Tetap Ngegas, Harga Tabung Nggak Bikin Mewek!

Impor Longgar, Waralaba Ngacir: Ekonomi RI Siap Gebrak dari Warteg!

Gig Economy: Bekerja Bebas, Tapi Jangan Sampai ‘Bebas’ dari Perlindungan Seperti Warteg Tanpa Lauk!

Indonesia-Rusia Kolplay Digital: 5G Ngegas, Warteg Go Online, Tapi Awas Jangan Kejebak Vodka Virtual!

Rupiah Goyang, Minyak Melayang: Warteg Tetap Jualan, Tapi Porsi Menciut!

Gula Manis di 2025: Warteg Senyum, Harga Tetap, Tapi Gula Ilegal Bikin Was-was!

TikTok Beli Tokopedia: KPPU Kasih PR Biar Gak Jadi ‘Raja Monopoli’ di Warteg Digital!

Dari Karyawan Kena PHK ke Ojol TikTok: Ngegas di Jalan, Ngevlog di Layar, Makan di Warteg!

Sawit Dunia Lagi Susah, Warteg Tetap Jualan Tempe dengan Percaya Diri!

Sawit Dijegal, Kedelai Meroket: Warteg Cuma Bisa Jual Telur Ceplok?

Sawit Susah Masuk Eropa, Warteg Tetap Jual Gorengan Tempe!

Warteg vs Nimbus: Orek Tempe Tetap Juara, Masker Jadi Pelengkap!

Bank Dunia Bikin Panik: 194 Juta Orang Indonesia Jadi ‘Miskin’, Warteg Jadi Penutup atau Penutup Dompet?

Beras Naik, Dompet Menjerit: Tarif AS, Krisis Jepang, dan Warteg Nusantara Ketar-Ketir!

Ekonomi RI 2025: Ngegas 5,2%, Rem Kepencet Jadi 4,7%, Warteg Tetap Jadi Penolong Daya Beli!

Data Pribadi Warga Indonesia: Apa Benar Dijual ke AS, Dilindungi atau Dikhianati?

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *