• Sen. Okt 20th, 2025

KowantaraNews

Kowantara News: Berita tajam, warteg jaya, UMKM tak terjajah!

Gen Z Mengguncang Dunia: Dari Aktivisme Digital ke Revolusi Jalanan

ByAdmin

Okt 20, 2025
Foto: Para demonstran bereaksi di dekat asap yang mengepul dari kompleks Parlemen menyusul kebakaran yang terjadi selama protes terhadap tewasnya 19 orang pada hari Senin setelah protes antikorupsi yang dipicu oleh larangan media sosial, yang kemudian dicabut, selama jam malam di Kathmandu, Nepal, 9 September 2025. (REUTERS/Adnan Abidi)
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com -Generasi Z, yang lahir di era digital, kini menjadi kekuatan pendorong perubahan sosial dan politik di berbagai penjuru dunia. Dari Asia hingga Afrika, mereka turun ke jalan, memadukan aktivisme digital dengan aksi nyata, menuntut reformasi atas ketidakadilan, korupsi, dan pengelolaan negara yang buruk. Gerakan ini, yang telah melanda Indonesia, Nepal, Filipina, dan Timor Leste, kini merambah ke Maroko, Peru, dan Madagaskar, menunjukkan bahwa Gen Z bukan sekadar generasi teknologi, tetapi juga agen perubahan yang tak bisa diabaikan.

Di Madagaskar, kemarahan Gen Z terhadap kemiskinan ekstrem dan krisis pemadaman listrik serta air mendorong aksi protes besar-besaran. Gelombang demonstrasi ini begitu kuat hingga memaksa Presiden Andry Rajoelina melarikan diri, meninggalkan pemerintahan yang akhirnya diambil alih oleh militer.

Sementara itu, di Nepal, tekanan dari Gen Z berhasil memaksa Perdana Menteri KP Sharma Oli mengundurkan diri, menandai kemenangan signifikan gerakan mereka. Di berbagai belahan dunia lainnya, tuntutan serupa bergema: penanganan korupsi, reformasi anggaran, pendidikan, kesehatan, sistem pensiun, dan upah yang adil.Menurut peneliti Idi Subandy Ibrahim, akar gerakan ini terletak pada akumulasi kekecewaan terhadap kesenjangan ekonomi dan lemahnya tata kelola negara. Teknologi digital menjadi katalisator utama, memainkan tiga peran kunci: visibilitas, kecepatan, dan mobilisasi.

Media sosial memungkinkan Gen Z menyoroti ketidakadilan, seperti kemewahan hidup elit di tengah penderitaan rakyat. Platform digital juga mengubah kekecewaan individu menjadi kesadaran kolektif dengan cepat, memicu solidaritas nasional bahkan global. Lebih jauh, teknologi memudahkan konsolidasi dan organisasi aksi, memungkinkan Gen Z bergerak dari dunia maya ke jalanan dengan efektif.Idi menyebut Gen Z sebagai “agen-agen mikropolitik” yang menyalurkan aspirasi melalui aktivisme digital dan unjuk rasa. Ia menegaskan bahwa pemerintah harus menanggapi serius dengan dialog, bukan represi, karena gerakan ini adalah peringatan agar negara tidak jatuh ke dalam otoritarianisme. Namun, tantangan besar bagi Gen Z adalah sifat gerakan mereka yang cenderung spontan dan kurang terorganisir.

Berbeda dengan Gerakan Reformasi 1998 di Indonesia yang memiliki struktur dan jejaring kuat, gerakan Gen Z masih bergantung pada semangat kolektif tanpa pemimpin formal, yang kadang menghambat perubahan struktural jangka panjang.Anggota DPR, Rieke Diah Pitaloka, menambahkan dimensi geopolitik pada fenomena ini. Ia melihat gerakan Gen Z sebagai bagian dari “arus ketiga” dekolonialisme, yakni solidaritas internasional melawan bentuk penjajahan modern, seperti eksploitasi ekonomi global. Namun, ia juga memperingatkan potensi gerakan ini dimanipulasi oleh kelompok kapitalis radikal yang menguasai jejaring digital, yang dapat mengalihkan tujuan murni Gen Z.

Perempuan Muslimah Indonesia: Membangun Negeri dengan Pendidikan dan Nilai Kebangsaan

Meski berhasil menumbangkan pemimpin di beberapa negara, Virtuous Setyaka, pengajar Hubungan Internasional dari Universitas Andalas, menilai dampak gerakan Gen Z belum signifikan secara struktural. Di Nepal dan Madagaskar, pemimpin yang digulingkan digantikan oleh tokoh-tokoh lama, bukan kader Gen Z, menunjukkan keterbatasan gerakan ini dalam menciptakan regenerasi kepemimpinan. Kelemahan lain adalah kurangnya jejaring yang kuat dan sifat Gen Z yang enggan terikat pada organisasi formal, yang membuat gerakan mereka sulit bertahan lama.

Meski demikian, kekuatan Gen Z tak terbantahkan. Dengan teknologi digital, mereka mampu membangun kesadaran, solidaritas, dan mobilisasi massa dalam waktu singkat. Namun, untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan, Gen Z perlu mengatasi tantangan organisasi dan membangun struktur yang kokoh. Dari jagat digital hingga jalanan, Gen Z telah mengguncang dunia, tetapi perjuangan mereka untuk perubahan sejati baru saja dimulai. By Mukroni

  • Berita Terkait

Perempuan Muslimah Indonesia: Membangun Negeri dengan Pendidikan dan Nilai Kebangsaan

Perluasan Program Makan Bergizi Gratis (MBG): Sasaran Baru, Anggaran Besar, dan Tantangan Tata Kelola

Ngepop Tanpa Mesiu: Ketika Musik dan Kaos Pink Mengguncang Kekuasaan

Dapur Makan Bergizi Gratis Ceger – Cipayung 001 Resmi Mendistribusikan Makanan Bergizi untuk Generasi Sehat

Lokasi Taman Eden dalam Tradisi Yahudi: Antara GeogrTerafi, Alegori, dan Mistisisme

Hutan Orang Rimba Jadi Kebun Sawit: Berondolan Dicuri, Pemerintah Sibuk Selfie ?

Buruh Bersuara, Monas Jadi Panggung Prabowo, Warteg Tetep Jadi Pelarian!

1.835 Spesies Burung: Indonesia, Konser Alam Terbesar di Dunia!

Kartini Kekinian: Dari Jepara ke Luar Angkasa, Emansipasi Tetap Cetar!

Korlantas: Arus Balik Lebaran 2025 Diprediksi Terbagi dalam Beberapa Gelombang 

TSUNAMI PHK DAN DEFLASI: GELOMBANG PEMUDIK LEBARAN 2025 MENYUSUT DRASTIS!

Aktivitas Sesar Sagaing: Pemicu Utama Gempa 7,7 yang Guncang Myanmar dan Asia Tenggara

Tak Mampu Bayar Bus, Pemudik Banjiri Jalan dengan Motor: Tragedi Menanti di Balik Rindu Kampung Halaman ?

Sarjana Cumlaude Disandera PHK ? Indonesia Darurat Pengangguran Beredukasi ?

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *