Jakarta, Kowantaranews.com -Tanggal 21 April selalu menjadi momen spesial di Indonesia. Hari itu, kita merayakan Hari Kartini, mengenang perjuangan Raden Ajeng Kartini, pahlawan emansipasi perempuan yang telah mengubah wajah sejarah dengan gagasan-gagasan revolusionernya. Namun, di tahun 2025 ini, semangat Kartini tidak hanya menjadi nostalgia sejarah, melainkan mercusuar yang terus menerangi perjalanan bangsa menuju kesetaraan gender. Dari tanah kelahirannya di Jepara hingga inspirasi yang melesat ke luar angkasa, warisan Kartini tetap “cetar membahana” dalam konteks kekinian. Artikel ini akan menyelami bagaimana semangat Kartini hidup di berbagai bidang, dari sains hingga seni, dan bagaimana generasi masa kini meneruskan obor perjuangannya menuju Indonesia Emas 2045.
Warisan Kartini: Lebih dari Sekadar Cerita Sejarah
RA Kartini, yang lahir pada 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah, dikenal sebagai pelopor emansipasi perempuan di Indonesia. Di tengah kungkungan adat Jawa yang kaku pada masanya, Kartini berani bermimpi besar: pendidikan untuk perempuan, kebebasan dari norma patriarki, dan pemberdayaan ekonomi melalui keterampilan lokal. Surat-suratnya, yang kemudian diterbitkan sebagai Habis Gelap Terbitlah Terang, menjadi manifesto intelektual yang mengguncang status quo. Namun, di era modern ini, Kartini bukan lagi sekadar nama di buku sejarah. Ia adalah simbol perjuangan yang terus relevan, menginspirasi tokoh-tokoh dari berbagai lapisan masyarakat.
Salah satu contoh nyata adalah Pratiwi Sudarmono, astronot perempuan pertama Indonesia. Perjalanan Pratiwi ke luar angkasa bersama misi NASA pada 1980-an bukan hanya prestasi ilmiah, tetapi juga bukti bahwa perempuan Indonesia mampu menembus batasan gender di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika (STEM). Dalam sebuah wawancara, Pratiwi pernah berbagi bahwa semangat Kartini—keberanian untuk melawan stigma dan keyakinan pada potensi diri—menjadi pendorong utamanya. Namun, perjuangannya tidak mudah. Ia menghadapi penolakan dari keluarga dan masyarakat yang memandang rendah perempuan di bidang sains. Dukungan dari mentor seperti BJ Habibie, mantan presiden dan insinyur legendaris, menjadi kunci yang membuka pintu kesuksesannya.
Di ranah seni, sutradara Hanung Bramantyo juga menunjukkan bagaimana Kartini tetap “cetar” melalui karya-karyanya. Film Kartini (2017) yang ia garap bukan sekadar biografi, tetapi sebuah cerminan bagaimana perjuangan Kartini melawan patriarki masih relevan. Dalam film tersebut, Hanung menggambarkan Kartini sebagai seorang visioner yang tidak hanya memperjuangkan pendidikan, tetapi juga ekonomi lokal melalui promosi kerajinan ukir Jepara ke pasar internasional. Hanung pernah berkata, “Kartini mengajarkan kita bahwa perempuan bisa menjadi motor perubahan, tapi mereka juga butuh dukungan dari laki-laki di sekitarnya.” Pesan ini diperkuat melalui pertunjukan monolog oleh aktris Yasinta Indra, yang menghidupkan kembali surat-surat Kartini dengan cara yang menyentuh hati Generasi Z.
Baca juga : Korlantas: Arus Balik Lebaran 2025 Diprediksi Terbagi dalam Beberapa Gelombang
Baca juga : TSUNAMI PHK DAN DEFLASI: GELOMBANG PEMUDIK LEBARAN 2025 MENYUSUT DRASTIS!
Baca juga : Aktivitas Sesar Sagaing: Pemicu Utama Gempa 7,7 yang Guncang Myanmar dan Asia Tenggara
Tantangan di Era Modern: Perjuangan yang Belum Usai
Meski banyak kemajuan telah dicapai, perjuangan Kartini belum selesai. Selvi Ananda, istri Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka, dalam sebuah pidato di peringatan Hari Kartini 2025, menegaskan bahwa Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam menciptakan ekosistem yang aman dan inklusif bagi perempuan. “Kartini bermimpi tentang perempuan yang berdaya melalui pendidikan dan ekonomi. Tapi, sampai hari ini, banyak perempuan masih terjebak dalam kekerasan, kemiskinan, dan akses pendidikan yang terbatas,” ujar Selvi. Ia menyerukan pentingnya kebijakan yang mendukung akses perempuan ke pendidikan, kesehatan, dan modal usaha, sekaligus perlindungan dari kekerasan berbasis gender.
Di bidang STEM, kesenjangan gender masih nyata. Data dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2024) menunjukkan bahwa hanya 28% mahasiswa di jurusan teknik adalah perempuan. Pratiwi Sudarmono, yang kini menjadi mentor bagi generasi muda, mengakui bahwa stigma budaya masih menjadi hambatan. “Banyak yang bilang sains bukan tempat untuk perempuan. Saya ingin generasi berikutnya membuktikan bahwa itu salah,” katanya. Kisahnya mengingatkan kita bahwa perjuangan Kartini untuk pendidikan perempuan harus terus digaungkan, terutama di bidang-bidang yang masih didominasi laki-laki.
Sistem Pendukung: Keluarga dan Sekutu Laki-laki
Salah satu aspek menarik dari perjuangan Kartini adalah peran sistem pendukung di sekitarnya. Ayah Kartini, Ario Sosroningrat, meski terikat adat, memberi ruang bagi putrinya untuk belajar dan menulis. Ini adalah contoh awal bagaimana laki-laki dapat menjadi sekutu dalam perjuangan kesetaraan. Hanung Bramantyo juga menekankan hal ini dalam wawancaranya: “Laki-laki harus jadi bagian dari solusi, bukan masalah. Dalam keluarga, suami atau ayah bisa membuka jalan bagi perempuan untuk berkarya.”
Contoh modern dari sistem pendukung ini terlihat pada keluarga Habibie. BJ Habibie tidak hanya mendukung Pratiwi Sudarmono, tetapi juga menanamkan nilai kesetaraan dalam keluarganya. Menantu Habibie, Insana Habibie, kini aktif dalam program pemberdayaan perempuan melalui pendidikan STEM. “Kakek selalu bilang, perempuan punya hak yang sama untuk bermimpi besar,” ujar Insana dalam sebuah seminar di Jakarta. Sistem pendukung seperti ini menjadi fondasi penting bagi perempuan untuk meraih potensi penuh mereka.
Menuju Indonesia Emas 2045: Peran Generasi Muda
Peringatan Hari Kartini 2025 tidak hanya tentang mengenang masa lalu, tetapi juga menatap masa depan. Visi Indonesia Emas 2045, yang menargetkan Indonesia menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia, tidak akan tercapai tanpa peran aktif perempuan. Selvi Ananda menyerukan agar Generasi Z menjadi “cahaya” yang menerangi jalan menuju kemajuan. “Perempuan bukan hanya pelengkap, tetapi motor penggerak bangsa,” katanya.
Generasi muda kini memiliki peluang besar untuk meneruskan semangat Kartini. Misalnya, banyak anak muda yang memanfaatkan teknologi untuk mempromosikan produk lokal, menggemakan upaya Kartini dalam meningkatkan ekspor kerajinan Jepara. Platform seperti Instagram dan TikTok telah menjadi wadah bagi pengusaha perempuan untuk memasarkan produk berbasis budaya, dari batik hingga tenun. Ini adalah bukti bahwa kearifan lokal dapat bersinergi dengan modernitas, seperti yang pernah dilakukan Kartini.
Refleksi Kritis: Dari Simbol ke Aksi Nyata
Meski semangat Kartini terus hidup, ada refleksi kritis yang perlu diperhatikan. Pertama, kesenjangan implementasi masih nyata. Perjalanan Pratiwi Sudarmono yang memakan waktu 40 tahun untuk diakui sebagai inspirasi nasional menunjukkan bahwa perubahan sering kali berjalan lambat. Kesenjangan gender di STEM, pendidikan, dan ekonomi masih membutuhkan kebijakan yang lebih agresif, seperti kuota gender di universitas atau insentif untuk pengusaha perempuan.
Kedua, peran media dan seni, meski penting, harus diimbangi dengan tindakan nyata. Film dan pertunjukan seperti karya Hanung atau Yasinta Indra memang menginspirasi, tetapi tanpa kebijakan konkret—seperti anggaran untuk pendidikan perempuan di daerah terpencil atau undang-undang perlindungan dari kekerasan—semangat Kartini berisiko menjadi sekadar simbol. Pemerintah, masyarakat sipil, dan sektor swasta perlu berkolaborasi untuk mentransformasi inspirasi menjadi realitas.
Emansipasi yang Tetap Cetar
Dari Jepara ke luar angkasa, semangat Kartini terus membuktikan bahwa perjuangan untuk kesetaraan gender adalah perjalanan tanpa akhir. Kisahnya mengajarkan bahwa kemajuan perempuan membutuhkan kolaborasi: dukungan keluarga, peran aktif laki-laki, representasi budaya melalui seni, dan kebijakan inklusif. Di tangan Generasi Z, obor Kartini akan terus menyala, menerangi jalan menuju Indonesia Emas 2045.
Hari Kartini 2025 adalah pengingat bahwa emansipasi bukan hanya tentang perempuan, tetapi tentang bangsa yang lebih kuat dan adil. Seperti kata Pratiwi Sudarmono, “Jika Kartini bisa bermimpi di tengah keterbatasan, kita pun bisa melesat lebih jauh.” Mari jadikan semangat Kartini sebagai kompas, bukan hanya untuk mengenang, tetapi untuk bertindak—karena emansipasi yang cetar adalah emansipasi yang nyata! By Mukroni
Foto Delik Tv
- Berita Terkait :
Korlantas: Arus Balik Lebaran 2025 Diprediksi Terbagi dalam Beberapa Gelombang
TSUNAMI PHK DAN DEFLASI: GELOMBANG PEMUDIK LEBARAN 2025 MENYUSUT DRASTIS!
Aktivitas Sesar Sagaing: Pemicu Utama Gempa 7,7 yang Guncang Myanmar dan Asia Tenggara
Sarjana Cumlaude Disandera PHK ? Indonesia Darurat Pengangguran Beredukasi ?
Baju Lebaran Gen Z: Dari Tangerang Hingga New York, Semua Terinspirasi!
BENCANA MEGA-DEFORESTASI: PUNCAK BOGOR JADI KUBURAN HUTAN, JAKARTA LUMPUH OLEH AIR MATA ALAM!
Dilema Besar! Pembangunan IKN atau Kesejahteraan Rakyat?
Retakan Tanah Mengintai: Perlombaan Melawan Waktu di Tengah Ancaman Longsor Pekalongan
Di Balik Obsesi Swasembada Pangan: Lingkungan dan Masyarakat yang Terlupakan
Makan Bergizi Gratis Ngebut! 82,9 Juta Pelajar Siap Disantuni di 2025!
Kemiskinan Menyusut, Tapi Jurang Kesenjangan Kian Menganga!
Jeritan Nelayan: Terjebak di Balik Tembok Laut, Rezeki Kian Terkikis
Menimbang Makna di Balik Perayaan Tahun Baru
Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang
Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam
Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur
JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot
76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza
Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill
Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global
Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden
Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza
Enam Sekutu Amerika Serikat Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB
Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”
Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza
Mayoritas Warga Kanada Mendukung Protes di Kampus Universitas Menurut Jajak Pendapat Terbaru
Raja Denmark Mengibarkan Bendera Palestina: Solidaritas Global Menguat Setelah Badai Al-Aqsa
Gary Lineker: Tidak Bisa Diam Mengenai Konflik Gaza dan Kritik Terhadap Tindakan Israel
Kekuatan Opini Publik: Kim Kardashian dan Dampak #Blockout2024 Pro-Palestina
Perspektif Kritis Randa Jarrar: Hillary Clinton dalam Kacamata Seorang Profesor Studi Timur Tengah
Peringatan Raja Spanyol Felipe VI: Eskalasi Kekerasan di Gaza dan Panggilan untuk Aksi Global
Perayaan Cinta dan Solidaritas: Pengantin di Montreal Mengekspresikan Dukungan untuk Palestina
Bisan Owda dan AJ+ Raih Penghargaan Peabody atas Liputan Gaza
Grace Blakeley Mendorong Sanksi terhadap Israel dalam Debat BBC Question Time
Insiden Pelecehan Verbal di Arizona State University: Staf Pro-Israel Diberhentikan
Respon Defiant Israel Menyusul Peringatan Biden tentang Serangan Rafah
Dinamika Hubungan India-Israel di Bawah Pemerintahan Narendra Modi
Himne Macklemore untuk Perdamaian dan Keadilan: “Solidaritas Diam”
Tujuan Israel Menolak Gencatan Senjata dengan Hamas dan Melancarkan Operasi di Rafah
Mahasiswa Inggris Protes untuk Palestina: Aksi Pendudukan di Lima Universitas Terkemuka
Solidaritas Pelajar di MIT: Dukungan untuk Gaza dan Perlawanan Terhadap Perintah Polisi
Senator Partai Republik Ancam ICC: ‘Targetkan Israel dan Kami Akan Menargetkan Anda’
Pembelotan Massal dan Ketegangan Internal: Pasukan Israel Menolak Perintah di Gaza
Israel Menutup Kantor Al Jazeera
Ketegangan di Upacara Pembukaan Universitas Michigan: Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Dikeluarkan
Ketegangan Internal dan Eksternal: Keputusan Kontroversial Menutup Saluran Al Jazeera di Israel
Situasi Tegang: Demonstrasi di Institut Seni Chicago Berakhir dengan Puluhan Orang Ditangkap
Platform Pittsburgh: Peran Pentingnya dalam Gerakan Reformasi Amerika dalam Yudaisme
Deklarasi Balfour dan Peran Walter Rothschild: Sebuah Tinjauan
Pelukan Islam Shaun King dan Dukungannya terhadap Palestina: Kisah Perubahan dan Aktivisme
Trinidad dan Tobago Resmi Mengakui Negara Palestina: Tinjauan Keputusan dan Implikasinya
Kolombia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel karena Dugaan Genosida di Gaza
Kontroversi Video Rashida Tlaib: Pertahanan Pro-Palestina di Tengah Keretakan Demokrat Michigan
Kontroversi Terkait Protes Mahasiswa di AS: Antara Anti-Semitisme dan Anti-Perang
Konfrontasi di Kampus: Mahasiswa Universitas Columbia Berjuang Demi Solidaritas dengan Palestina
Robert Reich Membela Mahasiswa yang Memprotes Perang Israel di Gaza di Kampus-kampus Amerika
Perjuangan Mahasiswa Amerika: Solidaritas dengan Palestina Melawan Represi dan Kekerasan
Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut Meski Ditekan Pemerintah
Keyakinan Nahamanides dalam Realitas Surga dan Lokasi Taman Eden Dekat Garis Katulistiwa
Konsep Bumi sebagai Pusat Alam Semesta dalam Divine Comedy Dante
Thomas Aquinas: Pemikiran tentang Surga, Khatulistiwa, dan Taman Eden dalam Summa Theologica
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel Berdasarkan Keyakinan Eskatologis
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel
Orang Uighur Dipaksa Makan Daging Babi karena China Memperluas Peternakan Babi Xinjiang
Keren !, Presiden Pertama Indonesia, Soekarno Bela Mati-matian Palestina
Kata Rabbi Aaron Teitelbaum Shlita : “Negara Zionis adalah Penyembahan Berhala di Zaman Kita”
TERNYATA ADA RABI YAHUDI BERSUMPAH UNTUK “TERUS BERJUANG DALAM PERANG TUHAN MELAWAN ZIONISME”
Gila !, Banyak Wanita Uyghur Dipaksa Kawin Untuk Menghilangkan Warisan Budaya Tradisi Uyghur
Keren !, Ukraina Salah Satu Negara Pertama Akui Palestina di PBB
Karena Dekatnya Turki dengan Malaysia : Anwar Terbang Menemui Erdogan
Media Asing : Barat Tidak Berdaya di Myanmar
Enam Hari setelah Bencana Gempa Bumi Turki, Para Kontraktor Bangunan Ditangkapi
Bayi Lahir di Reruntuhan Gempa Suriah Dinamai Aya
Keren !, Presiden Aljazair Dukung Penuh Keanggotaan Palestina di PBB
Gawat ! Paman Sam AS Sebut Bakal Perang dengan China
Kemarahan Turki Setelah Pembakaran Quran, Protes Kurdi di Swedia
Kontra Intelijen FBI Menggerebek Kantor Polisi China di New York: Laporan
Nitizen Nyiyirin Presiden Emmanuel Macron”Tidak Minta Maaf” Atas Penjajahan Prancis di Aljazair
Tegas ! Demi Kemanusiaan Datuk Sri Anwar Ibrahim PM. Malaysia Bela Palestina
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ternyata Banyak Nama Kota Peninggalan Peradaban Islam di Amerika Serikat
Ternyata Angelina Jolie Tidak Masuk Dalam Daftar 5 Wanita Tercantik di Dunia
Peristiwa Dunia Yang Terjadi Tahun 2022
Wang Yi Menteri Luar Negeri China Diberhentikan
Pele Sang Legenda Sepak Bola Jum’at Dini Hari Meninggal Dalam Usia 82 Tahun
Islamofobia! Tiga Kepala Babi Diletakan Untuk Memprotes Pembangunan Masjid
Tragis ! Korban Bertambah 18 Orang Tewas Akibat Ledakan Truk Gas di Afrika Selatan
Lebih dari 40 Ribu Kematian Di Cina Karena Covid Di Akhir Tahun
Lagi-lagi Zionis Israil Menembak Mati Warga Palestina, Korbannya Pemain Sepak Bola Muda
Dr. Nisia Trindade Lima Menteri Kesehatan Brasil Pertama dari Kaum Hawa
Maher Zain Hadir Di Piala Dunia 2022 Dengan Merilis Lagu Bersiaplah (Tahayya)
Kembali Pecah Rekor, Kasus Covid-19 di China Tembus 39 Ribu Kasus Sehari