Jakarta, Kowantaranews.com – Polemik terkait pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) kembali mencuat seiring dengan terhambatnya anggaran proyek ambisius tersebut. Sejumlah pihak mempertanyakan apakah proyek ini harus terus dilanjutkan dalam kondisi anggaran negara yang terbatas ataukah pemerintah sebaiknya mengutamakan program kesejahteraan rakyat terlebih dahulu.
Indrajaya, anggota Komisi II DPR dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), menegaskan bahwa pembangunan IKN seharusnya tidak boleh menghambat program-program pemerintah lainnya, terutama yang berkaitan langsung dengan kesejahteraan rakyat. Dalam pernyataan tertulisnya, ia menilai bahwa jika kondisi keuangan negara sedang sulit, tidak ada salahnya menunda proyek IKN dan mengalihkan fokus pada sektor yang lebih mendesak.
Pemblokiran Anggaran IKN
Pernyataan Indrajaya muncul setelah Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo mengungkapkan bahwa anggaran pembangunan IKN untuk tahun 2025 belum tersedia akibat pemblokiran besar-besaran. Dari total anggaran Kementerian PU yang semula mencapai Rp 110,95 triliun dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) 2025, sebanyak 80 persen atau sekitar Rp 81,38 triliun telah diblokir, menyisakan hanya Rp 29,57 triliun.
Akibatnya, anggaran untuk proyek IKN yang awalnya direncanakan sebesar Rp 60,6 triliun harus dikurangi menjadi Rp 14,87 triliun. Pemangkasan ini tentu berdampak pada keberlanjutan proyek dan kecepatan realisasinya.
“Besarnya angka pemblokiran anggaran ini cukup signifikan. Ini seharusnya menjadi momentum bagi kementerian dan lembaga terkait untuk mengevaluasi seberapa besar dampak pembangunan IKN bagi masyarakat secara keseluruhan,” ujar Indrajaya.
Selain Kementerian PU, dana untuk proyek IKN juga dialokasikan melalui Otorita Ibu Kota Nusantara (OIKN) sebesar Rp 28,3 triliun dalam APBN 2025. Dari total tersebut, sekitar Rp 26,7 triliun difokuskan pada pembangunan infrastruktur dasar, jalan, serta pengelolaan kawasan dan gedung pemerintahan.
Baca juga : IKN: Proyek Mahal yang Justru Didorong oleh Keterbatasan Anggaran!
Baca juga : Retakan Tanah Mengintai: Perlombaan Melawan Waktu di Tengah Ancaman Longsor Pekalongan
Baca juga : Di Balik Obsesi Swasembada Pangan: Lingkungan dan Masyarakat yang Terlupakan
Proyek Ambisius di Tengah Keterbatasan
Pembangunan IKN merupakan salah satu proyek strategis nasional yang telah dirancang sejak masa pemerintahan Presiden Joko Widodo. Tujuan utamanya adalah mendistribusikan pusat pemerintahan ke luar Pulau Jawa guna mengurangi ketimpangan ekonomi dan kepadatan penduduk di Jakarta. Namun, di tengah berbagai tantangan, termasuk ketidakpastian ekonomi global dan keterbatasan anggaran, proyek ini menghadapi berbagai hambatan.
Indrajaya menegaskan bahwa dampak positif pembangunan IKN tidak bisa dirasakan dalam waktu singkat. Oleh karena itu, menurutnya, proyek ini tidak boleh dijalankan secara terburu-buru tanpa mempertimbangkan aspek keberlanjutan keuangan negara dan kesejahteraan rakyat.
“Jika negara mengalami kesulitan anggaran, atau jika ada program kesejahteraan rakyat yang lebih mendesak, maka tidak ada salahnya menunda proyek IKN,” tegasnya.
Dukungan terhadap Prabowo yang Tidak Memaksakan Diri
Indrajaya juga mengapresiasi sikap Presiden Prabowo Subianto yang tidak terburu-buru dalam memindahkan pusat pemerintahan ke IKN. Menurutnya, keputusan Prabowo untuk baru berkantor di IKN setelah seluruh gedung pemerintahan selesai dibangun pada tahun 2028 atau di akhir masa jabatannya pada 2029 merupakan langkah bijak yang tidak membebani kementerian dan lembaga terkait.
“Artinya, Presiden Prabowo tidak memaksakan kehendak pribadi. Ia tidak ingin membebani tugas kementerian dan lembaga yang tidak realistis, serta tidak mengabaikan prioritas program kesejahteraan rakyat,” tambahnya.
Indrajaya menilai bahwa pemindahan ibu kota yang dipaksakan terlalu cepat bisa berakibat buruk, tidak hanya dari segi finansial tetapi juga sosial. Ia mencontohkan dampak yang bisa terjadi jika para Aparatur Sipil Negara (ASN) dipaksa pindah ke IKN lebih awal tanpa kesiapan infrastruktur dan layanan dasar yang memadai.
“Bayangkan jika pemindahan IKN tetap dipaksakan sejak 17 Agustus 2024 tanpa kesiapan maksimal. Kerugian yang ditimbulkan bukan hanya materi, tetapi juga kemanusiaan. ASN yang dipindahkan tanpa fasilitas memadai akan mengalami kesulitan besar dalam menjalankan tugasnya,” ujarnya.
Tantangan di Lapangan
Selain anggaran yang tersendat, pembangunan IKN juga menghadapi sejumlah tantangan lain, mulai dari infrastruktur dasar yang masih terbatas hingga persoalan sosial dan lingkungan. Sejumlah pengamat menyoroti bahwa proyek ini memerlukan investasi besar dari sektor swasta, mengingat anggaran pemerintah saja tidak cukup untuk membiayai seluruh proyek ini.
Sejak awal, pemerintah telah berupaya menggandeng investor dalam dan luar negeri untuk mendukung pembangunan IKN. Namun, dengan kondisi ekonomi global yang masih tidak stabil, minat investor pun belum mencapai target yang diharapkan.
Di sisi lain, dampak sosial dari pembangunan IKN juga menjadi perhatian. Beberapa komunitas lokal dan kelompok masyarakat sipil menilai bahwa proyek ini dapat menyebabkan pergeseran sosial yang signifikan, terutama bagi penduduk asli Kalimantan Timur yang akan menghadapi perubahan besar dalam tatanan kehidupan mereka.
Membandingkan dengan Program Kesejahteraan Rakyat
Sementara proyek IKN masih terus menuai pro dan kontra, masyarakat luas menghadapi berbagai tantangan ekonomi yang lebih mendesak. Program-program kesejahteraan seperti bantuan sosial, subsidi pendidikan, layanan kesehatan, dan peningkatan infrastruktur di daerah-daerah terpencil sering kali terhambat oleh keterbatasan anggaran.
Banyak pihak mempertanyakan apakah alokasi dana sebesar puluhan triliun rupiah untuk IKN lebih bermanfaat dibandingkan jika dana tersebut dialihkan untuk program-program langsung yang menyentuh kehidupan rakyat kecil. Dalam kondisi ekonomi yang masih belum sepenuhnya pulih, prioritas terhadap sektor kesejahteraan menjadi lebih relevan untuk didiskusikan.
Ekonom Universitas Indonesia, Arif Budiman, menilai bahwa meskipun IKN memiliki manfaat jangka panjang, pemerintah tetap harus mempertimbangkan keseimbangan antara pembangunan infrastruktur dan investasi sosial. Menurutnya, jika kesejahteraan rakyat saat ini tidak terpenuhi, maka manfaat jangka panjang dari IKN pun akan sulit tercapai.
“Jika negara ingin membangun ibu kota baru, pastikan dulu bahwa rakyatnya sudah cukup sejahtera. Jangan sampai proyek ini justru memperlebar kesenjangan ekonomi,” ujar Arif.
Menimbang Prioritas Nasional
Dilema antara pembangunan IKN dan kesejahteraan rakyat kini menjadi diskusi yang semakin menghangat. Di satu sisi, proyek IKN dianggap sebagai langkah visioner untuk pemerataan pembangunan di Indonesia. Namun, di sisi lain, ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat yang terdampak oleh berbagai krisis ekonomi.
Keputusan akhir tentu berada di tangan pemerintah dan DPR, yang harus menimbang berbagai aspek sebelum melanjutkan proyek ini dengan anggaran yang terbatas. Apakah IKN akan tetap menjadi prioritas utama, ataukah pemerintah akan lebih fokus pada program kesejahteraan dalam waktu dekat? Jawabannya akan sangat menentukan arah kebijakan pembangunan Indonesia di masa depan. By Mukroni
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait :
Retakan Tanah Mengintai: Perlombaan Melawan Waktu di Tengah Ancaman Longsor Pekalongan
Di Balik Obsesi Swasembada Pangan: Lingkungan dan Masyarakat yang Terlupakan
Makan Bergizi Gratis Ngebut! 82,9 Juta Pelajar Siap Disantuni di 2025!
Kemiskinan Menyusut, Tapi Jurang Kesenjangan Kian Menganga!
Jeritan Nelayan: Terjebak di Balik Tembok Laut, Rezeki Kian Terkikis
Menimbang Makna di Balik Perayaan Tahun Baru
Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang
Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam
Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur
JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot
76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza
Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill
Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global
Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden
Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza
Enam Sekutu Amerika Serikat Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB
Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”
Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza
Mayoritas Warga Kanada Mendukung Protes di Kampus Universitas Menurut Jajak Pendapat Terbaru
Raja Denmark Mengibarkan Bendera Palestina: Solidaritas Global Menguat Setelah Badai Al-Aqsa
Gary Lineker: Tidak Bisa Diam Mengenai Konflik Gaza dan Kritik Terhadap Tindakan Israel
Kekuatan Opini Publik: Kim Kardashian dan Dampak #Blockout2024 Pro-Palestina
Perspektif Kritis Randa Jarrar: Hillary Clinton dalam Kacamata Seorang Profesor Studi Timur Tengah
Peringatan Raja Spanyol Felipe VI: Eskalasi Kekerasan di Gaza dan Panggilan untuk Aksi Global
Perayaan Cinta dan Solidaritas: Pengantin di Montreal Mengekspresikan Dukungan untuk Palestina
Bisan Owda dan AJ+ Raih Penghargaan Peabody atas Liputan Gaza
Grace Blakeley Mendorong Sanksi terhadap Israel dalam Debat BBC Question Time
Insiden Pelecehan Verbal di Arizona State University: Staf Pro-Israel Diberhentikan
Respon Defiant Israel Menyusul Peringatan Biden tentang Serangan Rafah
Dinamika Hubungan India-Israel di Bawah Pemerintahan Narendra Modi
Himne Macklemore untuk Perdamaian dan Keadilan: “Solidaritas Diam”
Tujuan Israel Menolak Gencatan Senjata dengan Hamas dan Melancarkan Operasi di Rafah
Mahasiswa Inggris Protes untuk Palestina: Aksi Pendudukan di Lima Universitas Terkemuka
Solidaritas Pelajar di MIT: Dukungan untuk Gaza dan Perlawanan Terhadap Perintah Polisi
Senator Partai Republik Ancam ICC: ‘Targetkan Israel dan Kami Akan Menargetkan Anda’
Pembelotan Massal dan Ketegangan Internal: Pasukan Israel Menolak Perintah di Gaza
Israel Menutup Kantor Al Jazeera
Ketegangan di Upacara Pembukaan Universitas Michigan: Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Dikeluarkan
Ketegangan Internal dan Eksternal: Keputusan Kontroversial Menutup Saluran Al Jazeera di Israel
Situasi Tegang: Demonstrasi di Institut Seni Chicago Berakhir dengan Puluhan Orang Ditangkap
Platform Pittsburgh: Peran Pentingnya dalam Gerakan Reformasi Amerika dalam Yudaisme
Deklarasi Balfour dan Peran Walter Rothschild: Sebuah Tinjauan
Pelukan Islam Shaun King dan Dukungannya terhadap Palestina: Kisah Perubahan dan Aktivisme
Trinidad dan Tobago Resmi Mengakui Negara Palestina: Tinjauan Keputusan dan Implikasinya
Kolombia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel karena Dugaan Genosida di Gaza
Kontroversi Video Rashida Tlaib: Pertahanan Pro-Palestina di Tengah Keretakan Demokrat Michigan
Kontroversi Terkait Protes Mahasiswa di AS: Antara Anti-Semitisme dan Anti-Perang
Konfrontasi di Kampus: Mahasiswa Universitas Columbia Berjuang Demi Solidaritas dengan Palestina
Robert Reich Membela Mahasiswa yang Memprotes Perang Israel di Gaza di Kampus-kampus Amerika
Perjuangan Mahasiswa Amerika: Solidaritas dengan Palestina Melawan Represi dan Kekerasan
Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut Meski Ditekan Pemerintah
Keyakinan Nahamanides dalam Realitas Surga dan Lokasi Taman Eden Dekat Garis Katulistiwa
Konsep Bumi sebagai Pusat Alam Semesta dalam Divine Comedy Dante
Thomas Aquinas: Pemikiran tentang Surga, Khatulistiwa, dan Taman Eden dalam Summa Theologica
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel Berdasarkan Keyakinan Eskatologis
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel
Orang Uighur Dipaksa Makan Daging Babi karena China Memperluas Peternakan Babi Xinjiang
Keren !, Presiden Pertama Indonesia, Soekarno Bela Mati-matian Palestina
Kata Rabbi Aaron Teitelbaum Shlita : “Negara Zionis adalah Penyembahan Berhala di Zaman Kita”
TERNYATA ADA RABI YAHUDI BERSUMPAH UNTUK “TERUS BERJUANG DALAM PERANG TUHAN MELAWAN ZIONISME”
Gila !, Banyak Wanita Uyghur Dipaksa Kawin Untuk Menghilangkan Warisan Budaya Tradisi Uyghur
Keren !, Ukraina Salah Satu Negara Pertama Akui Palestina di PBB
Karena Dekatnya Turki dengan Malaysia : Anwar Terbang Menemui Erdogan
Media Asing : Barat Tidak Berdaya di Myanmar
Enam Hari setelah Bencana Gempa Bumi Turki, Para Kontraktor Bangunan Ditangkapi
Bayi Lahir di Reruntuhan Gempa Suriah Dinamai Aya
Keren !, Presiden Aljazair Dukung Penuh Keanggotaan Palestina di PBB
Gawat ! Paman Sam AS Sebut Bakal Perang dengan China
Kemarahan Turki Setelah Pembakaran Quran, Protes Kurdi di Swedia
Kontra Intelijen FBI Menggerebek Kantor Polisi China di New York: Laporan
Nitizen Nyiyirin Presiden Emmanuel Macron”Tidak Minta Maaf” Atas Penjajahan Prancis di Aljazair
Tegas ! Demi Kemanusiaan Datuk Sri Anwar Ibrahim PM. Malaysia Bela Palestina
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ternyata Banyak Nama Kota Peninggalan Peradaban Islam di Amerika Serikat
Ternyata Angelina Jolie Tidak Masuk Dalam Daftar 5 Wanita Tercantik di Dunia
Peristiwa Dunia Yang Terjadi Tahun 2022
Wang Yi Menteri Luar Negeri China Diberhentikan
Pele Sang Legenda Sepak Bola Jum’at Dini Hari Meninggal Dalam Usia 82 Tahun
Islamofobia! Tiga Kepala Babi Diletakan Untuk Memprotes Pembangunan Masjid
Tragis ! Korban Bertambah 18 Orang Tewas Akibat Ledakan Truk Gas di Afrika Selatan
Lebih dari 40 Ribu Kematian Di Cina Karena Covid Di Akhir Tahun
Lagi-lagi Zionis Israil Menembak Mati Warga Palestina, Korbannya Pemain Sepak Bola Muda
Dr. Nisia Trindade Lima Menteri Kesehatan Brasil Pertama dari Kaum Hawa
Maher Zain Hadir Di Piala Dunia 2022 Dengan Merilis Lagu Bersiaplah (Tahayya)
Kembali Pecah Rekor, Kasus Covid-19 di China Tembus 39 Ribu Kasus Sehari