• Rab. Feb 12th, 2025

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Di Balik Obsesi Swasembada Pangan: Lingkungan dan Masyarakat yang Terlupakan

ByAdmin

Jan 22, 2025
Petani membawa hasil panen menggunakan traktor di areal persawahan lumbung pangan nasional di Desa Belanti Siam, Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, 2021. ANTARA/Makna Zaezar
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com -Swasembada pangan telah menjadi mimpi kolektif bangsa Indonesia sejak era kemerdekaan. Dari masa kepemimpinan Presiden Soekarno hingga pemerintahan saat ini, swasembada pangan sering kali dikemukakan sebagai simbol kedaulatan nasional. Namun, di balik retorika yang megah, upaya untuk mencapai swasembada sering kali diwarnai oleh kegagalan yang tidak hanya membebani lingkungan, tetapi juga meminggirkan masyarakat lokal. Ambisi ini, meskipun mulia, tampaknya terus menjadi lingkaran masalah yang belum terpecahkan.

Sejarah Panjang Obsesi Swasembada

Ide swasembada pangan pertama kali diusung oleh Presiden Soekarno sebagai bagian dari semangat berdikari, tetapi justru di era Orde Baru di bawah Presiden Soeharto konsep ini mendapatkan perhatian serius. Pada tahun 1984, Indonesia dinyatakan oleh Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) sebagai negara yang berhasil mencapai swasembada beras. Namun, keberhasilan ini tidak sepenuhnya merefleksikan realitas karena pada tahun yang sama, Indonesia tetap mengimpor 414.300 ton beras. Fakta ini menunjukkan bahwa deklarasi swasembada sering kali lebih merupakan narasi politis daripada pencapaian yang substantif.

Selanjutnya, pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meluncurkan program revitalisasi pertanian dengan fokus pada swasembada tiga komoditas utama, yaitu padi, jagung, dan kedelai. Namun, proyek ini, termasuk food estate di Merauke dan Kalimantan, juga mengalami berbagai kendala, mulai dari minimnya infrastruktur hingga ketidaksesuaian lahan. Pemerintahan Presiden Joko Widodo melanjutkan program ini dengan menjadikannya Proyek Strategis Nasional (PSN), tetapi hasilnya tetap jauh dari harapan.

Pada Oktober 2024, Presiden Prabowo Subianto menegaskan kembali pentingnya swasembada pangan. Dalam pidatonya, ia menyatakan bahwa Indonesia harus mampu mandiri dalam memenuhi kebutuhan pangannya dalam waktu sesingkat-singkatnya. Namun, langkah-langkah yang diambil untuk mewujudkan visi ini, seperti mencadangkan 20 juta hektar hutan untuk produksi pangan dan energi, menuai kritik karena berpotensi merusak ekosistem dan memarginalkan masyarakat adat.

Dampak Lingkungan dari Proyek Swasembada

Proyek swasembada pangan sering kali berujung pada pembukaan lahan besar-besaran yang menyebabkan kerusakan lingkungan. Salah satu contoh paling nyata adalah proyek lahan gambut sejuta hektar di Kalimantan pada era Orde Baru. Program ini dilakukan dengan dalih membangun lumbung pangan nasional, tetapi gagal total karena hutan yang ditebang dan gambut yang dikeringkan justru menjadi sumber kebakaran hutan yang berulang. Dampaknya tidak hanya merusak ekosistem lokal, tetapi juga meningkatkan emisi karbon secara signifikan.

Proyek food estate yang lebih baru, seperti di Merauke dan Kalimantan Tengah, juga menghadapi masalah serupa. Pembukaan hutan untuk sawah atau perkebunan singkong tidak hanya gagal menghasilkan output pangan yang memadai, tetapi juga mengubah bentang alam yang sebelumnya menjadi sumber penghidupan masyarakat adat. Di beberapa daerah, proyek-proyek ini bahkan menyebabkan deforestasi masif dan degradasi tanah yang sulit dipulihkan.

Baca juga : Harga Tinggi Dapur Program Gizi: UMKM Dipaksa Mundur?

Baca juga : Makan Bergizi Gratis Ngebut! 82,9 Juta Pelajar Siap Disantuni di 2025!

Baca juga : Kemiskinan Menyusut, Tapi Jurang Kesenjangan Kian Menganga!

Masyarakat Lokal yang Tergusur

Selain merusak lingkungan, proyek swasembada pangan juga sering kali meminggirkan masyarakat lokal. Suku Marind Anim di Merauke adalah salah satu contoh nyata. Sebelum proyek food estate dimulai, masyarakat ini hidup dari sumber daya hutan seperti sagu dan hewan buruan. Namun, pembukaan hutan untuk sawah dan perkebunan membuat mereka kehilangan akses ke sumber pangan tradisional. Pola konsumsi mereka pun bergeser ke beras dan mi instan, yang ironisnya tidak dapat mereka produksi sendiri.

Fenomena ini mencerminkan praktik yang oleh para ahli disebut sebagai “gastrokolonialisme,” di mana pola konsumsi masyarakat lokal dipaksa berubah akibat kebijakan yang tidak mempertimbangkan kearifan lokal. Dalam jangka panjang, hal ini tidak hanya mengancam keberlanjutan hidup mereka, tetapi juga menghapus budaya dan tradisi yang telah diwariskan selama berabad-abad.

Kegagalan Infrastruktur dan Perencanaan

Salah satu alasan utama di balik kegagalan proyek swasembada pangan adalah kurangnya perencanaan yang matang. Banyak proyek yang dilaksanakan tanpa studi kelayakan yang memadai, sehingga tidak mempertimbangkan aspek geografi, iklim, dan infrastruktur. Misalnya, proyek food estate di Kalimantan Tengah dan Merauke gagal karena kondisi tanah dan cuaca yang tidak mendukung pertanian skala besar.

Selain itu, minimnya dukungan infrastruktur seperti irigasi, akses jalan, dan alat pertanian modern membuat para petani lokal kesulitan untuk mengoptimalkan produksi. Ketergantungan pada teknologi dan sumber daya dari luar juga meningkatkan biaya produksi, sehingga hasilnya tidak sebanding dengan investasi yang dikeluarkan.

Alternatif untuk Masa Depan

Di tengah krisis iklim yang semakin parah, pendekatan baru terhadap sistem pangan nasional menjadi semakin mendesak. Bappenas telah merancang transformasi sistem pangan yang lebih berkelanjutan dengan pendekatan regionalisasi. Konsep ini mengusulkan pengembangan pangan berbasis geografis dan budaya lokal, sehingga tidak hanya lebih ramah lingkungan, tetapi juga inklusif terhadap kebutuhan masyarakat setempat.

Sebagai contoh, daripada memaksakan budidaya padi di daerah yang tidak sesuai, pemerintah dapat mendukung pengembangan pangan lokal seperti sagu, jagung, atau umbi-umbian yang lebih cocok dengan kondisi tanah dan iklim setempat. Langkah ini tidak hanya akan meningkatkan efisiensi produksi, tetapi juga menjaga keragaman hayati dan budaya pangan Indonesia.

Menimbang Kembali Ambisi Swasembada

Ambisi swasembada pangan memang penting sebagai simbol kedaulatan nasional, tetapi pelaksanaannya harus dilakukan dengan hati-hati. Kebijakan yang hanya mengejar target produksi tanpa mempertimbangkan dampaknya terhadap lingkungan dan masyarakat lokal justru akan menimbulkan lebih banyak masalah di masa depan.

Ke depan, pemerintah perlu mengedepankan pendekatan yang berbasis data ilmiah dan partisipasi masyarakat lokal. Proyek-proyek besar seperti food estate harus dilaksanakan dengan perencanaan yang matang, studi kelayakan yang komprehensif, dan dukungan infrastruktur yang memadai. Selain itu, kebijakan pangan juga harus mempertimbangkan keberlanjutan ekosistem dan menghormati kearifan lokal.

Jika tidak, mimpi swasembada pangan hanya akan terus menjadi mimpi buruk bagi lingkungan dan masyarakat Indonesia. Sebaliknya, dengan pendekatan yang tepat, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi contoh keberhasilan dalam membangun sistem pangan yang berdaulat, inklusif, dan berkelanjutan. By Mukroni

Foto Kowantaranews

  • Berita Terkait :

Makan Bergizi Gratis Ngebut! 82,9 Juta Pelajar Siap Disantuni di 2025!

Kemiskinan Menyusut, Tapi Jurang Kesenjangan Kian Menganga!

Jeritan Nelayan: Terjebak di Balik Tembok Laut, Rezeki Kian Terkikis

Menimbang Makna di Balik Perayaan Tahun Baru

Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang

Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam

Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur

JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot

76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza

Afrika Selatan Menuduh Israel Lakukan Genosida di Gaza di Hadapan Mahkamah Internasional, ini Alasan Adila Hassim

Kontroversi Nat Schwartz: Penyelidikan The New York Times tentang Kekerasan Seksual oleh Hamas dan Implikasinya

Pengarahan Jaksa ICC Karim AA Khan KC kepada Dewan Keamanan PBB mengenai Situasi di Libya: Laporan dan Peta Jalan Menuju Keadilan Berdasarkan Resolusi 1970 (2011)

Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill

Prof. Jeffrey Sachs: Kebijakan Luar Negeri AS Bertentangan dengan Kepentingan Rakyat dan Didasarkan pada Kebohongan Berkelanjutan

Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global

Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden

Thomas Piketty: Barat Harus Memberikan Sanksi kepada Israel Jika Benar-Benar Mendukung Solusi Dua Negara

Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza

Enam Sekutu Amerika Serikat  Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Paul Newman tentang Kebenaran dan Politik Luar Negeri Amerika: “Menciptakan Musuh untuk Membenarkan Perang”

Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”

Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza

Trinity College Cambridge Memutuskan Divestasi dari Perusahaan Senjata Setelah Terungkapnya Investasi Kontroversial

Mayoritas Warga Kanada Mendukung Protes di Kampus Universitas Menurut Jajak Pendapat Terbaru

Raja Denmark Mengibarkan Bendera Palestina: Solidaritas Global Menguat Setelah Badai Al-Aqsa

Gary Lineker: Tidak Bisa Diam Mengenai Konflik Gaza dan Kritik Terhadap Tindakan Israel

Kekuatan Opini Publik: Kim Kardashian dan Dampak #Blockout2024 Pro-Palestina

Munafik atau Ketidakadilan? Politisi Belgia Kritik Keputusan Kontes Lagu Eurovision terkait Israel dan Palestina

Perspektif Kritis Randa Jarrar: Hillary Clinton dalam Kacamata Seorang Profesor Studi Timur Tengah

Peringatan Raja Spanyol Felipe VI: Eskalasi Kekerasan di Gaza dan Panggilan untuk Aksi Global

Jejak Sejarah Esau: Perjalanan di Pegunungan Bani Yas’in dari Bani Jawa dalam Kitab Tarikh Ibnu Khaldun

Perayaan Cinta dan Solidaritas: Pengantin di Montreal Mengekspresikan Dukungan untuk Palestina

Tabassum Menerima Tepuk Tangan Meriah atas Pidato Perpisahan di USC: Perlawanannya Terhadap Genosida Disambut Hangat

Bisan Owda dan AJ+ Raih Penghargaan Peabody atas Liputan Gaza

Grace Blakeley Mendorong Sanksi terhadap Israel dalam Debat BBC Question Time

Insiden Pelecehan Verbal di Arizona State University: Staf Pro-Israel Diberhentikan

Seruan Menteri Luar Negeri Afrika Selatan untuk Penangkapan ICC terhadap PM Israel Netanyahu: Kontroversi dan Implikasi Internasional

Respon Defiant Israel Menyusul Peringatan Biden tentang Serangan Rafah

Greta Thunberg Aktivis Iklim Bergabung dalam Protes Ribuan Massa di Eurovision 2024 Malmo: Penolakan Partisipasi Israel dalam Kontes Lagu

Dinamika Hubungan India-Israel di Bawah Pemerintahan Narendra Modi

Kontroversi Penyensoran di YouTube: Tuduhan Terhadap Penyensoran Lagu Pro-Palestina Macklemore, ‘Hind’s Hall’

Kontroversi dan Pertanyaan Etis: Investigasi Independen Terhadap Publikasi Artikel dalam New York Times

Himne Macklemore untuk Perdamaian dan Keadilan: “Solidaritas Diam”

Persemakmuran Bahama Mengakui Palestina Sebagai Negara, Mengukuhkan Komitmen pada Hak Asasi Manusia dan Penentuan Nasib Sendiri

Persemakmuran Bahama Mengakui Palestina Sebagai Negara, Mengukuhkan Komitmen pada Hak Asasi Manusia dan Penentuan Nasib Sendiri

Sekretaris Jenderal PBB Memperingatkan Terhadap Invasi Israel di Rafah dan Potensi Bencana Kemanusiaan

Permintaan Pengacara Belanda kepada ICC untuk Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Pejabat Israel

Tujuan  Israel Menolak Gencatan Senjata dengan Hamas dan Melancarkan Operasi di Rafah

Mahasiswa Inggris Protes untuk Palestina: Aksi Pendudukan di Lima Universitas Terkemuka

Solidaritas Pelajar di MIT: Dukungan untuk Gaza dan Perlawanan Terhadap Perintah Polisi

Muslim Muhammadiyah Salurkan Donasi Rp 15 Miliar untuk Palestina: Upaya Mendukung Dalam Krisis dan Pemberdayaan Ekonomi

Proposal Gencatan Senjata Hamas Diterima Meski Israel Menolak, Pasukan Israel Lanjutkan Operasi Militer di Rafah

Senator Partai Republik Ancam ICC: ‘Targetkan Israel dan Kami Akan Menargetkan Anda’

Pembelotan Massal dan Ketegangan Internal: Pasukan Israel Menolak Perintah di Gaza

Israel Menutup Kantor Al Jazeera

UC Riverside dan Kelompok Pro-Palestina Mencapai Kesepakatan Damai: Akhir Perkemahan dengan Dialog Konstruktif

Ketegangan Meningkat dalam Perang Israel di Gaza: Tuduhan Netanyahu ‘Menyabotase’ Perundingan Gencatan Senjata

Ketegangan di Upacara Pembukaan Universitas Michigan: Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Dikeluarkan

Ketegangan Internal dan Eksternal: Keputusan Kontroversial Menutup Saluran Al Jazeera di Israel

Situasi Tegang: Demonstrasi di Institut Seni Chicago Berakhir dengan Puluhan Orang Ditangkap

Platform Pittsburgh: Peran Pentingnya dalam Gerakan Reformasi Amerika dalam Yudaisme

Dukungan Jeremy Corbyn terhadap Afrika Selatan dalam Kasus Genosida terhadap Israel: Pandangan dan Tanggapan Internasional

Deklarasi Balfour dan Peran Walter Rothschild: Sebuah Tinjauan

Pelukan Islam Shaun King dan Dukungannya terhadap Palestina: Kisah Perubahan dan Aktivisme

Trinidad dan Tobago Resmi Mengakui Negara Palestina: Tinjauan Keputusan dan Implikasinya

Kandidat Presiden dari Partai Hijau Ditangkap dalam Rapat Pro-Palestina: Kisah Kekerasan dan Solidaritas

Kolombia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel karena Dugaan Genosida di Gaza

Senator Bernie Sanders dan Anggota Partai Demokrat Mendorong Presiden Biden untuk Menghentikan Pengiriman Senjata ke Israel selama Konflik Gaza

Kontroversi Video Rashida Tlaib: Pertahanan Pro-Palestina di Tengah Keretakan Demokrat Michigan

Kontroversi Terkait Protes Mahasiswa di AS: Antara Anti-Semitisme dan Anti-Perang

Konfrontasi di Kampus: Mahasiswa Universitas Columbia Berjuang Demi Solidaritas dengan Palestina

Robert Reich Membela Mahasiswa yang Memprotes Perang Israel di Gaza di Kampus-kampus Amerika

Perjuangan Mahasiswa Amerika: Solidaritas dengan Palestina Melawan Represi dan Kekerasan

Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut Meski Ditekan Pemerintah

Perdana Menteri Israel Kritik Protes Pro-Palestina di Kampus Amerika: Sebuah Sorotan Terhadap Kenaikan Antisemitisme

Pengaruh Skema Asli: Teori Kontroversial Profesor Santos tentang Lokasi Sebenarnya Yerusalem dalam ‘Atlantis: The Lost Continent Finally Found’

Keyakinan Nahamanides dalam Realitas Surga dan Lokasi Taman Eden Dekat Garis Katulistiwa

Konsep Bumi sebagai Pusat Alam Semesta dalam Divine Comedy Dante

Thomas Aquinas: Pemikiran tentang Surga, Khatulistiwa, dan Taman Eden dalam Summa Theologica

Mengungkap Misteri Taman Eden: Perjalanan dan Komentar Obadiah dari Bertinoro tentang Misnah dalam Perjalanannya ke Yerusalem

Tantangan Geografis dalam Interpretasi Klasik Kisah Eden: Targum Yerushalmi, Terjemahan Arab, dan Perspektif Nahmadines

Hubungan antara Midrash HaGadol dan Lokasi Eden serta Catatan Buku “Atlantis: The Lost Continent Finally Found” karya Prof. Arysio Santos

Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel Berdasarkan Keyakinan Eskatologis

Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel

“Menyuarakan Kebenaran: Dialog Imaginer Rabbi Neturei Karta dengan Jurnalis Kowantaranews.com tentang Konflik Israel-Palestina”

Neturei KARTA” bukanlah nama kota-kota di Indonesia seperti JaKARTA, JogjaKARTA, SuraKARTA, PurwoKERTO, PurwaKARTA, MojoKERTO, KERTOsono, KERTAbesuki” dan lainnya tapi Sebuah Komunitas Yahudi Ortodoks yang Menentang Zionisme Israel

Bulan Ramadhan Tahun ini dan Seterusnya Azan Dikumandangkan 5 Kali Sehari di Salah Satu Kota Terbesar di Amerika Serikat, Kota Minneapolis Negara Bagian Minnesota

Orang Uighur Dipaksa Makan Daging Babi karena China Memperluas Peternakan Babi Xinjiang

Keren !, Presiden Pertama Indonesia, Soekarno Bela Mati-matian Palestina

Ternyata ICJP Menyerukan Pemerintah Inggris untuk Merujuk Israel dan Perdana Menteri Netanyahu ke Pengadilan Kriminal Internasional untuk Kejahatan Perang di Palestina, Sebelum Jadwal Kunjungan Netanyahu 

Siapakah Alvin Bragg?  Jaksa Distrik Manhattan Setingkat Kejaksaan Negeri yang  Menuntut Donald Trump Presiden Amerika Serikat ke-45

Kata Rabbi Aaron Teitelbaum Shlita : “Negara Zionis adalah Penyembahan Berhala di Zaman Kita”

TERNYATA ADA RABI YAHUDI BERSUMPAH UNTUK  “TERUS BERJUANG DALAM PERANG TUHAN MELAWAN ZIONISME”

Gila !, Banyak Wanita Uyghur Dipaksa Kawin Untuk Menghilangkan  Warisan Budaya Tradisi Uyghur

Selain Beberapa Organisasi Islam, Warga Amerika Serikat Juga  Meminta Pemerintah Indonesia Menolak Timnas Israel U-20

Keren !, Ukraina Salah Satu Negara Pertama Akui Palestina di PBB

Karena Dekatnya Turki dengan Malaysia : Anwar  Terbang  Menemui  Erdogan

Media Asing : Barat Tidak Berdaya di Myanmar

Enam Hari setelah Bencana Gempa Bumi Turki, Para Kontraktor  Bangunan Ditangkapi

Bayi Lahir di Reruntuhan Gempa Suriah Dinamai Aya

Keren !, Presiden Aljazair Dukung Penuh Keanggotaan Palestina di PBB

Gawat !  Paman Sam AS Sebut Bakal Perang dengan China

Kemarahan Turki Setelah Pembakaran Quran, Protes Kurdi di Swedia

Kontra Intelijen FBI Menggerebek Kantor Polisi China di New York: Laporan

Nitizen Nyiyirin Presiden Emmanuel Macron”Tidak Minta Maaf” Atas Penjajahan Prancis di Aljazair

Tegas !  Demi Kemanusiaan Datuk Sri Anwar Ibrahim PM. Malaysia Bela Palestina

Rame Dibahas di Medsos “Pegunungan Makkah Telah Ditutupi dengan Tanaman Hijau Setelah Hujan Baru-baru ini”

China  Sebagai Pembunuh Terbanyak  Dalam Sejarah Modern,  Karena Ketidakmampuan dan Kebodohan Pemerintah Komunis Cina,  Tulis Media Luar

Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu

Ternyata Banyak Nama Kota Peninggalan Peradaban Islam di Amerika Serikat

Ternyata  Angelina Jolie  Tidak Masuk Dalam Daftar 5 Wanita Tercantik di Dunia

Peristiwa Dunia Yang Terjadi Tahun 2022

Wang Yi Menteri Luar Negeri China Diberhentikan

Pele Sang Legenda Sepak Bola Jum’at Dini Hari Meninggal Dalam Usia 82 Tahun

Islamofobia! Tiga Kepala Babi Diletakan Untuk Memprotes Pembangunan Masjid

Tragis ! Korban Bertambah 18 Orang Tewas Akibat Ledakan Truk Gas di Afrika Selatan

Lebih dari 40 Ribu Kematian Di Cina Karena Covid Di Akhir Tahun

Lagi-lagi Zionis Israil Menembak Mati Warga Palestina, Korbannya Pemain Sepak Bola Muda

Dr. Nisia Trindade Lima Menteri Kesehatan Brasil Pertama dari Kaum Hawa

Ternyata Komunitas Muslim dan Masjid Terbesar di Benua Amerika Selatan Ada Di Negara  Juara Piala Dunia Qatar FIFA 2022 Argentina !

Maher Zain Hadir Di Piala Dunia 2022 Dengan Merilis Lagu Bersiaplah (Tahayya)

Mahasiswa Cambridge memecahkan masalah tata bahasa Sansekerta yang membingungkan para sarjana selama berabad-abad

Kembali Pecah Rekor, Kasus Covid-19 di China Tembus 39 Ribu Kasus Sehari

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *