Jakarta, Kowantaranews.com -Program pemerintah untuk menyediakan makanan bergizi gratis kepada masyarakat prasejahtera telah menjadi sorotan utama belakangan ini. Inisiatif ini bertujuan mulia: mengurangi angka malnutrisi, meningkatkan kualitas hidup anak-anak, dan mendorong kesejahteraan keluarga. Namun, di balik keberhasilan awal yang terlihat, terselip cerita pilu dari para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang merasa dipinggirkan oleh kebijakan ini. Program yang awalnya dianggap sebagai peluang besar bagi UMKM justru menghadirkan tantangan berat yang sulit untuk diatasi.
Tujuan Mulia yang Berujung Dilema
Program gizi gratis ini didesain untuk memberdayakan masyarakat melalui makanan bergizi yang diproduksi dan didistribusikan secara lokal. Pemerintah bekerja sama dengan berbagai penyedia makanan, termasuk UMKM, untuk memastikan kebutuhan gizi masyarakat terpenuhi. Namun, pelaksanaan di lapangan menunjukkan cerita yang berbeda. Banyak pelaku UMKM melaporkan bahwa persyaratan ketat dan biaya tinggi untuk memenuhi standar program ini membuat mereka terpaksa mundur.
“Kami sempat antusias saat mendengar program ini. Kami pikir ini peluang bagus untuk meningkatkan pendapatan sekaligus berkontribusi pada masyarakat,” ujar Siti Nurhayati, pemilik usaha katering kecil di Surabaya. “Tapi begitu kami melihat daftar persyaratan, rasanya seperti mendaki gunung yang terlalu curam.”
Standar Tinggi, Biaya Tinggi
Persyaratan yang dimaksud mencakup penggunaan bahan baku berkualitas tinggi, proses produksi yang higienis sesuai standar kesehatan, serta pengemasan yang ramah lingkungan. Meskipun tujuan dari persyaratan ini jelas, implementasinya tidak mudah bagi UMKM dengan modal terbatas. Harga bahan baku yang melonjak tajam di pasar lokal, ditambah dengan biaya tambahan untuk memenuhi standar pengemasan, menjadi hambatan utama.
“Kami diminta menggunakan bahan organik untuk semua menu,” kata Andi Pratama, seorang pelaku UMKM di bidang kuliner. “Tapi harga bahan organik dua kali lipat lebih mahal dibanding bahan biasa. Ditambah lagi, kami harus mengubah dapur produksi agar memenuhi standar kesehatan yang diminta, yang biayanya tidak sedikit.”
Selain itu, UMKM juga menghadapi tantangan dalam sistem pembayaran. Banyak yang melaporkan bahwa pembayaran dari pemerintah sering terlambat, membuat mereka kesulitan mengatur arus kas untuk membeli bahan baku berikutnya.
Baca juga : Makan Bergizi Gratis Ngebut! 82,9 Juta Pelajar Siap Disantuni di 2025!
Baca juga : Kemiskinan Menyusut, Tapi Jurang Kesenjangan Kian Menganga!
Baca juga : Jeritan Nelayan: Terjebak di Balik Tembok Laut, Rezeki Kian Terkikis
Keuntungan Bagi Pemain Besar
Di sisi lain, program ini tampaknya menjadi peluang emas bagi perusahaan besar yang memiliki sumber daya lebih besar untuk memenuhi semua persyaratan. Pemain besar di industri makanan dengan mudah mendominasi tender pengadaan, meninggalkan UMKM di posisi yang sulit.
“Kami melihat banyak kontrak besar diberikan kepada perusahaan yang sudah mapan,” ungkap Siti. “Mereka punya modal, punya fasilitas, dan punya jaringan. Sedangkan kami? Kami hanya bisa berharap ada kebijakan yang lebih berpihak kepada usaha kecil seperti kami.”
Situasi ini memunculkan pertanyaan: apakah program gizi gratis ini benar-benar memberdayakan UMKM seperti yang diharapkan? Ataukah justru menjadi ajang kompetisi yang tidak adil di mana hanya yang besar yang bertahan?
Dampak Ekonomi bagi UMKM
Bagi banyak UMKM, kegagalan untuk berpartisipasi dalam program ini bukan hanya soal kehilangan peluang pendapatan, tetapi juga dampak psikologis dan motivasi bisnis. Banyak pelaku usaha kecil yang merasa kehilangan kepercayaan terhadap kebijakan pemerintah yang diklaim mendukung mereka.
“Kami merasa seperti hanya dipakai untuk angka saja,” ujar Andi. “Dalam pidato, UMKM disebut-sebut sebagai tulang punggung ekonomi. Tapi kenyataannya, kebijakan seperti ini malah membuat kami semakin terpuruk.”
Tidak sedikit UMKM yang akhirnya harus mengurangi produksi atau bahkan menutup usaha karena tidak mampu bersaing. Situasi ini diperparah dengan tantangan ekonomi lain seperti inflasi dan daya beli masyarakat yang menurun.
Apa Solusinya?
Kondisi ini memerlukan perhatian serius dari pemerintah. Ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk memastikan program ini lebih inklusif dan tidak meninggalkan UMKM:
- Subsidi Bahan Baku: Pemerintah bisa memberikan subsidi untuk bahan baku tertentu, terutama yang digunakan dalam program gizi gratis. Ini akan membantu UMKM menekan biaya produksi.
- Fasilitas Kredit Mikro: Memberikan akses kredit mikro dengan bunga rendah kepada UMKM untuk membantu mereka meningkatkan kapasitas produksi dan memenuhi standar yang diminta.
- Pelatihan dan Pendampingan: Banyak UMKM yang sebenarnya ingin berpartisipasi tetapi tidak tahu cara memenuhi standar. Program pelatihan dan pendampingan bisa menjadi solusi.
- Prioritas Lokal: Pemerintah bisa menetapkan kuota tertentu untuk UMKM lokal dalam pengadaan program gizi gratis. Ini akan memastikan mereka tetap mendapatkan bagian dari program ini.
- Sistem Pembayaran yang Efisien: Pemerintah harus memastikan pembayaran dilakukan tepat waktu agar UMKM tidak kesulitan mengelola arus kas.
Harapan ke Depan
Program gizi gratis adalah langkah positif untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat prasejahtera. Namun, keberhasilannya tidak hanya diukur dari jumlah penerima manfaat, tetapi juga dari dampaknya terhadap pelaku usaha lokal, terutama UMKM.
“Kami hanya ingin kesempatan yang adil,” kata Siti. “Kami ingin merasa bahwa program ini memang untuk semua, bukan hanya untuk yang punya modal besar.”
Masa depan UMKM di tengah program-program besar seperti ini sangat tergantung pada bagaimana kebijakan dirancang dan diimplementasikan. Dengan perhatian dan tindakan yang tepat, pemerintah dapat menciptakan ekosistem yang benar-benar inklusif, di mana semua pihak, besar maupun kecil, bisa merasakan manfaatnya. By Mukroni
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait :
Makan Bergizi Gratis Ngebut! 82,9 Juta Pelajar Siap Disantuni di 2025!
Kemiskinan Menyusut, Tapi Jurang Kesenjangan Kian Menganga!
Jeritan Nelayan: Terjebak di Balik Tembok Laut, Rezeki Kian Terkikis
Menimbang Makna di Balik Perayaan Tahun Baru
Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang
Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam
Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur
JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot
76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza
Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill
Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global
Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden
Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza
Enam Sekutu Amerika Serikat Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB
Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”
Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza
Mayoritas Warga Kanada Mendukung Protes di Kampus Universitas Menurut Jajak Pendapat Terbaru
Raja Denmark Mengibarkan Bendera Palestina: Solidaritas Global Menguat Setelah Badai Al-Aqsa
Gary Lineker: Tidak Bisa Diam Mengenai Konflik Gaza dan Kritik Terhadap Tindakan Israel
Kekuatan Opini Publik: Kim Kardashian dan Dampak #Blockout2024 Pro-Palestina
Perspektif Kritis Randa Jarrar: Hillary Clinton dalam Kacamata Seorang Profesor Studi Timur Tengah
Peringatan Raja Spanyol Felipe VI: Eskalasi Kekerasan di Gaza dan Panggilan untuk Aksi Global
Perayaan Cinta dan Solidaritas: Pengantin di Montreal Mengekspresikan Dukungan untuk Palestina
Bisan Owda dan AJ+ Raih Penghargaan Peabody atas Liputan Gaza
Grace Blakeley Mendorong Sanksi terhadap Israel dalam Debat BBC Question Time
Insiden Pelecehan Verbal di Arizona State University: Staf Pro-Israel Diberhentikan
Respon Defiant Israel Menyusul Peringatan Biden tentang Serangan Rafah
Dinamika Hubungan India-Israel di Bawah Pemerintahan Narendra Modi
Himne Macklemore untuk Perdamaian dan Keadilan: “Solidaritas Diam”
Tujuan Israel Menolak Gencatan Senjata dengan Hamas dan Melancarkan Operasi di Rafah
Mahasiswa Inggris Protes untuk Palestina: Aksi Pendudukan di Lima Universitas Terkemuka
Solidaritas Pelajar di MIT: Dukungan untuk Gaza dan Perlawanan Terhadap Perintah Polisi
Senator Partai Republik Ancam ICC: ‘Targetkan Israel dan Kami Akan Menargetkan Anda’
Pembelotan Massal dan Ketegangan Internal: Pasukan Israel Menolak Perintah di Gaza
Israel Menutup Kantor Al Jazeera
Ketegangan di Upacara Pembukaan Universitas Michigan: Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Dikeluarkan
Ketegangan Internal dan Eksternal: Keputusan Kontroversial Menutup Saluran Al Jazeera di Israel
Situasi Tegang: Demonstrasi di Institut Seni Chicago Berakhir dengan Puluhan Orang Ditangkap
Platform Pittsburgh: Peran Pentingnya dalam Gerakan Reformasi Amerika dalam Yudaisme
Deklarasi Balfour dan Peran Walter Rothschild: Sebuah Tinjauan
Pelukan Islam Shaun King dan Dukungannya terhadap Palestina: Kisah Perubahan dan Aktivisme
Trinidad dan Tobago Resmi Mengakui Negara Palestina: Tinjauan Keputusan dan Implikasinya
Kolombia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel karena Dugaan Genosida di Gaza
Kontroversi Video Rashida Tlaib: Pertahanan Pro-Palestina di Tengah Keretakan Demokrat Michigan
Kontroversi Terkait Protes Mahasiswa di AS: Antara Anti-Semitisme dan Anti-Perang
Konfrontasi di Kampus: Mahasiswa Universitas Columbia Berjuang Demi Solidaritas dengan Palestina
Robert Reich Membela Mahasiswa yang Memprotes Perang Israel di Gaza di Kampus-kampus Amerika
Perjuangan Mahasiswa Amerika: Solidaritas dengan Palestina Melawan Represi dan Kekerasan
Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut Meski Ditekan Pemerintah
Keyakinan Nahamanides dalam Realitas Surga dan Lokasi Taman Eden Dekat Garis Katulistiwa
Konsep Bumi sebagai Pusat Alam Semesta dalam Divine Comedy Dante
Thomas Aquinas: Pemikiran tentang Surga, Khatulistiwa, dan Taman Eden dalam Summa Theologica
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel Berdasarkan Keyakinan Eskatologis
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel
Orang Uighur Dipaksa Makan Daging Babi karena China Memperluas Peternakan Babi Xinjiang
Keren !, Presiden Pertama Indonesia, Soekarno Bela Mati-matian Palestina
Kata Rabbi Aaron Teitelbaum Shlita : “Negara Zionis adalah Penyembahan Berhala di Zaman Kita”
TERNYATA ADA RABI YAHUDI BERSUMPAH UNTUK “TERUS BERJUANG DALAM PERANG TUHAN MELAWAN ZIONISME”
Gila !, Banyak Wanita Uyghur Dipaksa Kawin Untuk Menghilangkan Warisan Budaya Tradisi Uyghur
Keren !, Ukraina Salah Satu Negara Pertama Akui Palestina di PBB
Karena Dekatnya Turki dengan Malaysia : Anwar Terbang Menemui Erdogan
Media Asing : Barat Tidak Berdaya di Myanmar
Enam Hari setelah Bencana Gempa Bumi Turki, Para Kontraktor Bangunan Ditangkapi
Bayi Lahir di Reruntuhan Gempa Suriah Dinamai Aya
Keren !, Presiden Aljazair Dukung Penuh Keanggotaan Palestina di PBB
Gawat ! Paman Sam AS Sebut Bakal Perang dengan China
Kemarahan Turki Setelah Pembakaran Quran, Protes Kurdi di Swedia
Kontra Intelijen FBI Menggerebek Kantor Polisi China di New York: Laporan
Nitizen Nyiyirin Presiden Emmanuel Macron”Tidak Minta Maaf” Atas Penjajahan Prancis di Aljazair
Tegas ! Demi Kemanusiaan Datuk Sri Anwar Ibrahim PM. Malaysia Bela Palestina
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ternyata Banyak Nama Kota Peninggalan Peradaban Islam di Amerika Serikat
Ternyata Angelina Jolie Tidak Masuk Dalam Daftar 5 Wanita Tercantik di Dunia
Peristiwa Dunia Yang Terjadi Tahun 2022
Wang Yi Menteri Luar Negeri China Diberhentikan
Pele Sang Legenda Sepak Bola Jum’at Dini Hari Meninggal Dalam Usia 82 Tahun
Islamofobia! Tiga Kepala Babi Diletakan Untuk Memprotes Pembangunan Masjid
Tragis ! Korban Bertambah 18 Orang Tewas Akibat Ledakan Truk Gas di Afrika Selatan
Lebih dari 40 Ribu Kematian Di Cina Karena Covid Di Akhir Tahun
Lagi-lagi Zionis Israil Menembak Mati Warga Palestina, Korbannya Pemain Sepak Bola Muda
Dr. Nisia Trindade Lima Menteri Kesehatan Brasil Pertama dari Kaum Hawa
Maher Zain Hadir Di Piala Dunia 2022 Dengan Merilis Lagu Bersiaplah (Tahayya)
Kembali Pecah Rekor, Kasus Covid-19 di China Tembus 39 Ribu Kasus Sehari