• Rab. Mei 14th, 2025

KowantaraNews

RINGKAS DAN TAJAM

Hutan Orang Rimba Jadi Kebun Sawit: Berondolan Dicuri, Pemerintah Sibuk Selfie ?

ByAdmin

Mei 4, 2025
Sharing is caring

Jakarta, Kowantaranews.com -Di tengah hamparan hijau yang dulu rimbun, suara burung dan gemerisik daun kini digantikan oleh deru mesin dan aroma kelapa sawit. Hutan adat Orang Rimba, komunitas nomaden yang telah berabad-abad hidup selaras dengan alam di Jambi, Sumatra, telah berubah wajah menjadi lautan perkebunan sawit. Kisah tragis ini bukan sekadar tentang kehilangan pohon, tetapi tentang lenyapnya cara hidup, budaya, dan harapan sebuah komunitas adat. Sementara itu, berondolan—sisa buah sawit yang jadi penutup luka ekonomi mereka—kini jadi rebutan berdarah, dan pemerintah? Seolah asyik ber-selfie di tengah krisis, lalai menangani akar masalah.

Hutan Adat yang Dirampok Sawit

Orang Rimba, atau dikenal juga sebagai Suku Anak Dalam, adalah penjaga hutan yang hidup berpindah-pindah, mengandalkan hutan sebagai sumber pangan, obat-obatan, dan tempat ritual suci. Hutan bagi mereka bukan sekadar tanah, tetapi nadi kehidupan, tempat leluhur berbisik, dan warisan untuk generasi mendatang. Namun, ekspansi perkebunan kelapa sawit telah merenggut hutan adat mereka. Ribuan hektar hutan yang dulu jadi rumah kini berubah menjadi barisan pohon sawit yang seragam, dimiliki oleh korporasi raksasa yang haus lahan.

Data menunjukkan bahwa dari 130.000 hektar wilayah hidup Orang Rimba, hanya 60.000 hektar yang dilindungi sebagai Taman Nasional Bukit Duabelas. Sisanya? Telah beralih fungsi menjadi perkebunan atau lahan sisa (Tanah R) yang tandus, tidak layak untuk mendukung gaya hidup nomaden mereka. Tanpa akses ke sumber daya hutan seperti madu, buah-buahan liar, atau hewan buruan, Orang Rimba terperangkap dalam kemiskinan dan ketidakpastian. Ritual adat yang bergantung pada lokasi tertentu di hutan kini tak lagi bisa dilakukan, memutuskan tali spiritual mereka dengan alam.

Berondolan: Rebutan yang Berujung Maut

Di tengah hilangnya hutan, Orang Rimba terpaksa mencari cara bertahan hidup. Salah satu sumber penghasilan mereka adalah mengumpulkan berondolan, buah sawit yang jatuh dari truk atau tersisa di perkebunan. Awalnya, beberapa perusahaan sawit mengizinkan mereka memungut berondolan sebagai bagian dari kesepakatan informal, sebuah “sedekah” kecil dari korporasi yang telah merampas tanah mereka. Namun, kesepakatan ini sering dilanggar. Pihak perkebunan mulai melarang aktivitas ini, menganggapnya sebagai pencurian, meski berondolan hanyalah limbah yang tak bernilai signifikan bagi mereka.

Konflik pun memanas. Salah satu insiden tragis terjadi ketika Pelajang, seorang anggota Orang Rimba, tewas dalam bentrokan dengan pihak perkebunan. Beberapa warga lain luka-luka, menjadi bukti nyata bahwa perjuangan untuk bertahan hidup kini berbau darah. Kekerasan ini bukan sekadar konflik lokal, tetapi cerminan marginalisasi sistemik. Intimidasi dan ancaman terus menghantui Orang Rimba setiap kali mereka mencoba mengakses sumber daya yang dulu menjadi hak mereka. Berondolan, yang seharusnya jadi solusi sementara, malah menjadi simbol ketidakadilan yang mereka hadapi.

Pemerintah: Selfie di Tengah Krisis

Di mana peran pemerintah dalam semua ini? Sayangnya, intervensi yang ada jauh dari memadai. Program seperti pembangunan permukiman oleh Kementerian Sosial terkesan ala kadarnya, seperti menawarkan plester untuk luka yang membutuhkan operasi besar. Permukiman ini tidak hanya gagal memahami gaya hidup nomaden Orang Rimba, tetapi juga tidak menyelesaikan masalah utama: hak atas lahan dan penghidupan berkelanjutan. Mereka dipaksa meninggalkan tradisi berpindah untuk hidup di rumah-rumah yang asing, tanpa akses ke hutan yang menjadi jiwa mereka.

Pemerintah memang telah menetapkan Taman Nasional Bukit Duabelas sebagai kawasan perlindungan, tetapi ini hanya setengah hati. Wilayah di luar taman nasional dibiarkan menjadi sasaran ekspansi sawit, tanpa perlindungan hukum yang jelas bagi Orang Rimba. Regulasi yang lemah dan penegakan hukum yang loyo memungkinkan perusahaan sawit beroperasi tanpa akuntabilitas. Sementara itu, para pejabat seolah sibuk dengan urusan lain—mungkin ber-selfie untuk kampanye atau menghadiri acara seremonial—sementara komunitas adat terus terpinggirkan.

Erosi Budaya dan Ketahanan Pangan yang Rapuh

Kehilangan hutan bukan hanya soal lahan, tetapi juga identitas. Tradisi nomaden Orang Rimba, yang bergantung pada perburuan, pengumpulan hasil hutan, dan ritual adat, kini berada di ujung kepunahan. Lokasi-lokasi suci untuk upacara adat telah rata dengan tanah, digantikan oleh pohon sawit. Praktik berburu, yang dulu jadi kebanggaan, kini berubah jadi perjuangan menyedihkan untuk menangkap monyet kurus—cerminan betapa sulitnya mencari makanan.

Ketergantungan pada berondolan sawit juga memperburuk ketahanan pangan mereka. Penghasilan dari berondolan tidak stabil, bergantung pada musim dan kebijakan perusahaan. Ketika akses ini diputus, Orang Rimba terpaksa mencari alternatif yang jauh dari ideal, seperti berburu hewan yang semakin langka atau mengandalkan bantuan yang tidak menentu. Kondisi ini tidak hanya mengancam fisik mereka, tetapi juga martabat sebagai komunitas yang dulu hidup mandiri.

Kerangka Hukum: Janji Kosong di Atas Kertas

Secara hukum, Indonesia seharusnya memiliki komitmen untuk melindungi masyarakat adat. Negara ini telah meratifikasi Konvensi ILO 169 tentang Hak Masyarakat Adat dan Suku, yang menekankan pentingnya pengakuan hak atas lahan dan budaya. Namun, di lapangan, perlindungan ini nyaris tak terlihat. Indonesia belum memiliki undang-undang khusus yang kuat untuk mengakui hak masyarakat adat, meninggalkan Orang Rimba dalam limbo hukum.

Salah satu prinsip penting, Free, Prior, and Informed Consent (FPIC), yang mengharuskan persetujuan masyarakat adat sebelum proyek pembangunan dilakukan di wilayah mereka, sering diabaikan. Perusahaan sawit beroperasi tanpa konsultasi memadai, meninggalkan Orang Rimba tanpa suara. LSM seperti KKI Warsi dan para antropolog telah menyerukan keadilan, menuntut restitusi lahan dan pengakuan kedaulatan adat, tetapi suara mereka sering tenggelam di tengah kepentingan ekonomi.

Baca juga : Buruh Bersuara, Monas Jadi Panggung Prabowo, Warteg Tetep Jadi Pelarian!

Baca juga : Mengerikan! Sindikat Internasional Ekspor Kulit Mangrove Ilegal, Laut Maluku Menjerit!

Baca juga : BENCANA MEGA-DEFORESTASI: PUNCAK BOGOR JADI KUBURAN HUTAN, JAKARTA LUMPUH OLEH AIR MATA ALAM!

Solusi: Dari Restitusi hingga Reformasi

Untuk menyelamatkan Orang Rimba dari kepunahan budaya dan kemiskinan, diperlukan langkah-langkah konkret. Pertama, restitusi lahan harus menjadi prioritas. Pemerintah perlu mengakui secara hukum wilayah adat di luar Taman Nasional Bukit Duabelas, termasuk zona penyangga yang memungkinkan akses ke sumber daya hutan. Ini bukan sekadar soal tanah, tetapi tentang mengembalikan martabat dan otonomi mereka.

Kedua, mata pencaharian berkelanjutan harus dikembangkan. Program seperti agroforestri, yang menggabungkan pertanian dengan pelestarian hutan, atau ekowisata yang memanfaatkan kearifan lokal, bisa menjadi solusi. Ini akan memungkinkan Orang Rimba tetap terhubung dengan hutan tanpa dipaksa bergantung pada limbah sawit.

Ketiga, akuntabilitas korporasi harus ditegakkan. Perusahaan sawit wajib mematuhi standar lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG), termasuk menerapkan FPIC dan mekanisme resolusi konflik. Pemerintah harus memperketat pengawasan dan memberikan sanksi tegas bagi pelaku pelanggaran.

Terakhir, reformasi kebijakan diperlukan untuk menyeimbangkan pembangunan ekonomi dengan pelestarian budaya dan lingkungan. Undang-undang yang memprioritaskan hak masyarakat adat dalam tata ruang harus segera dirumuskan, memastikan bahwa suara komunitas seperti Orang Rimba didengar.

Waktu yang Semakin Menipis

Kisah Orang Rimba adalah cerminan perjuangan komunitas adat di seluruh Indonesia melawan industri ekstraktif yang rakus. Hutan yang hilang, berondolan yang jadi rebutan, dan budaya yang terancam punah adalah alarm keras bahwa sistem saat ini gagal melindungi yang paling rentan. Sementara pemerintah dan korporasi terus bermain di panggung pembangunan, Orang Rimba terpaksa bertarung untuk sekadar bertahan hidup.

Tanpa aksi nyata, cara hidup unik mereka akan lenyap, meninggalkan luka mendalam dalam narasi pembangunan Indonesia. Ini bukan hanya tentang Orang Rimba, tetapi tentang bagaimana kita sebagai bangsa memilih untuk menghormati warisan budaya dan alam. Waktu terus berjalan, dan setiap pohon sawit yang ditanam adalah satu langkah lebih dekat menuju kepunahan sebuah cara hidup. Pemerintah, sudah selesai selfie-nya belum? Saatnya bertindak. By Mukroni

Foto Kowantaranews

  • Berita Terkait :

Buruh Bersuara, Monas Jadi Panggung Prabowo, Warteg Tetep Jadi Pelarian!

Mengerikan! Sindikat Internasional Ekspor Kulit Mangrove Ilegal, Laut Maluku Menjerit!

BENCANA MEGA-DEFORESTASI: PUNCAK BOGOR JADI KUBURAN HUTAN, JAKARTA LUMPUH OLEH AIR MATA ALAM!

Dilema Besar! Pembangunan IKN atau Kesejahteraan Rakyat?

Retakan Tanah Mengintai: Perlombaan Melawan Waktu di Tengah Ancaman Longsor Pekalongan

Di Balik Obsesi Swasembada Pangan: Lingkungan dan Masyarakat yang Terlupakan

Makan Bergizi Gratis Ngebut! 82,9 Juta Pelajar Siap Disantuni di 2025!

Kemiskinan Menyusut, Tapi Jurang Kesenjangan Kian Menganga!

Jeritan Nelayan: Terjebak di Balik Tembok Laut, Rezeki Kian Terkikis

Menimbang Makna di Balik Perayaan Tahun Baru

Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang

Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam

Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur

JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot

76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza

Afrika Selatan Menuduh Israel Lakukan Genosida di Gaza di Hadapan Mahkamah Internasional, ini Alasan Adila Hassim

Kontroversi Nat Schwartz: Penyelidikan The New York Times tentang Kekerasan Seksual oleh Hamas dan Implikasinya

Pengarahan Jaksa ICC Karim AA Khan KC kepada Dewan Keamanan PBB mengenai Situasi di Libya: Laporan dan Peta Jalan Menuju Keadilan Berdasarkan Resolusi 1970 (2011)

Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill

Prof. Jeffrey Sachs: Kebijakan Luar Negeri AS Bertentangan dengan Kepentingan Rakyat dan Didasarkan pada Kebohongan Berkelanjutan

Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global

Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden

Thomas Piketty: Barat Harus Memberikan Sanksi kepada Israel Jika Benar-Benar Mendukung Solusi Dua Negara

Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza

Enam Sekutu Amerika Serikat  Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB

Paul Newman tentang Kebenaran dan Politik Luar Negeri Amerika: “Menciptakan Musuh untuk Membenarkan Perang”

Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”

Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza

Trinity College Cambridge Memutuskan Divestasi dari Perusahaan Senjata Setelah Terungkapnya Investasi Kontroversial

Mayoritas Warga Kanada Mendukung Protes di Kampus Universitas Menurut Jajak Pendapat Terbaru

Raja Denmark Mengibarkan Bendera Palestina: Solidaritas Global Menguat Setelah Badai Al-Aqsa

Gary Lineker: Tidak Bisa Diam Mengenai Konflik Gaza dan Kritik Terhadap Tindakan Israel

Kekuatan Opini Publik: Kim Kardashian dan Dampak #Blockout2024 Pro-Palestina

Munafik atau Ketidakadilan? Politisi Belgia Kritik Keputusan Kontes Lagu Eurovision terkait Israel dan Palestina

Perspektif Kritis Randa Jarrar: Hillary Clinton dalam Kacamata Seorang Profesor Studi Timur Tengah

Peringatan Raja Spanyol Felipe VI: Eskalasi Kekerasan di Gaza dan Panggilan untuk Aksi Global

Jejak Sejarah Esau: Perjalanan di Pegunungan Bani Yas’in dari Bani Jawa dalam Kitab Tarikh Ibnu Khaldun

Perayaan Cinta dan Solidaritas: Pengantin di Montreal Mengekspresikan Dukungan untuk Palestina

Tabassum Menerima Tepuk Tangan Meriah atas Pidato Perpisahan di USC: Perlawanannya Terhadap Genosida Disambut Hangat

Bisan Owda dan AJ+ Raih Penghargaan Peabody atas Liputan Gaza

Grace Blakeley Mendorong Sanksi terhadap Israel dalam Debat BBC Question Time

Insiden Pelecehan Verbal di Arizona State University: Staf Pro-Israel Diberhentikan

Seruan Menteri Luar Negeri Afrika Selatan untuk Penangkapan ICC terhadap PM Israel Netanyahu: Kontroversi dan Implikasi Internasional

Respon Defiant Israel Menyusul Peringatan Biden tentang Serangan Rafah

Greta Thunberg Aktivis Iklim Bergabung dalam Protes Ribuan Massa di Eurovision 2024 Malmo: Penolakan Partisipasi Israel dalam Kontes Lagu

Dinamika Hubungan India-Israel di Bawah Pemerintahan Narendra Modi

Kontroversi Penyensoran di YouTube: Tuduhan Terhadap Penyensoran Lagu Pro-Palestina Macklemore, ‘Hind’s Hall’

Kontroversi dan Pertanyaan Etis: Investigasi Independen Terhadap Publikasi Artikel dalam New York Times

Himne Macklemore untuk Perdamaian dan Keadilan: “Solidaritas Diam”

Persemakmuran Bahama Mengakui Palestina Sebagai Negara, Mengukuhkan Komitmen pada Hak Asasi Manusia dan Penentuan Nasib Sendiri

Persemakmuran Bahama Mengakui Palestina Sebagai Negara, Mengukuhkan Komitmen pada Hak Asasi Manusia dan Penentuan Nasib Sendiri

Sekretaris Jenderal PBB Memperingatkan Terhadap Invasi Israel di Rafah dan Potensi Bencana Kemanusiaan

Permintaan Pengacara Belanda kepada ICC untuk Surat Perintah Penangkapan Netanyahu dan Pejabat Israel

Tujuan  Israel Menolak Gencatan Senjata dengan Hamas dan Melancarkan Operasi di Rafah

Mahasiswa Inggris Protes untuk Palestina: Aksi Pendudukan di Lima Universitas Terkemuka

Solidaritas Pelajar di MIT: Dukungan untuk Gaza dan Perlawanan Terhadap Perintah Polisi

Muslim Muhammadiyah Salurkan Donasi Rp 15 Miliar untuk Palestina: Upaya Mendukung Dalam Krisis dan Pemberdayaan Ekonomi

Proposal Gencatan Senjata Hamas Diterima Meski Israel Menolak, Pasukan Israel Lanjutkan Operasi Militer di Rafah

Senator Partai Republik Ancam ICC: ‘Targetkan Israel dan Kami Akan Menargetkan Anda’

Pembelotan Massal dan Ketegangan Internal: Pasukan Israel Menolak Perintah di Gaza

Israel Menutup Kantor Al Jazeera

UC Riverside dan Kelompok Pro-Palestina Mencapai Kesepakatan Damai: Akhir Perkemahan dengan Dialog Konstruktif

Ketegangan Meningkat dalam Perang Israel di Gaza: Tuduhan Netanyahu ‘Menyabotase’ Perundingan Gencatan Senjata

Ketegangan di Upacara Pembukaan Universitas Michigan: Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Dikeluarkan

Ketegangan Internal dan Eksternal: Keputusan Kontroversial Menutup Saluran Al Jazeera di Israel

Situasi Tegang: Demonstrasi di Institut Seni Chicago Berakhir dengan Puluhan Orang Ditangkap

Platform Pittsburgh: Peran Pentingnya dalam Gerakan Reformasi Amerika dalam Yudaisme

Dukungan Jeremy Corbyn terhadap Afrika Selatan dalam Kasus Genosida terhadap Israel: Pandangan dan Tanggapan Internasional

Deklarasi Balfour dan Peran Walter Rothschild: Sebuah Tinjauan

Pelukan Islam Shaun King dan Dukungannya terhadap Palestina: Kisah Perubahan dan Aktivisme

Trinidad dan Tobago Resmi Mengakui Negara Palestina: Tinjauan Keputusan dan Implikasinya

Kandidat Presiden dari Partai Hijau Ditangkap dalam Rapat Pro-Palestina: Kisah Kekerasan dan Solidaritas

Kolombia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel karena Dugaan Genosida di Gaza

Senator Bernie Sanders dan Anggota Partai Demokrat Mendorong Presiden Biden untuk Menghentikan Pengiriman Senjata ke Israel selama Konflik Gaza

Kontroversi Video Rashida Tlaib: Pertahanan Pro-Palestina di Tengah Keretakan Demokrat Michigan

Kontroversi Terkait Protes Mahasiswa di AS: Antara Anti-Semitisme dan Anti-Perang

Konfrontasi di Kampus: Mahasiswa Universitas Columbia Berjuang Demi Solidaritas dengan Palestina

Robert Reich Membela Mahasiswa yang Memprotes Perang Israel di Gaza di Kampus-kampus Amerika

Perjuangan Mahasiswa Amerika: Solidaritas dengan Palestina Melawan Represi dan Kekerasan

Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut Meski Ditekan Pemerintah

Perdana Menteri Israel Kritik Protes Pro-Palestina di Kampus Amerika: Sebuah Sorotan Terhadap Kenaikan Antisemitisme

Pengaruh Skema Asli: Teori Kontroversial Profesor Santos tentang Lokasi Sebenarnya Yerusalem dalam ‘Atlantis: The Lost Continent Finally Found’

Keyakinan Nahamanides dalam Realitas Surga dan Lokasi Taman Eden Dekat Garis Katulistiwa

Konsep Bumi sebagai Pusat Alam Semesta dalam Divine Comedy Dante

Thomas Aquinas: Pemikiran tentang Surga, Khatulistiwa, dan Taman Eden dalam Summa Theologica

Mengungkap Misteri Taman Eden: Perjalanan dan Komentar Obadiah dari Bertinoro tentang Misnah dalam Perjalanannya ke Yerusalem

Tantangan Geografis dalam Interpretasi Klasik Kisah Eden: Targum Yerushalmi, Terjemahan Arab, dan Perspektif Nahmadines

Hubungan antara Midrash HaGadol dan Lokasi Eden serta Catatan Buku “Atlantis: The Lost Continent Finally Found” karya Prof. Arysio Santos

Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel Berdasarkan Keyakinan Eskatologis

Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel

“Menyuarakan Kebenaran: Dialog Imaginer Rabbi Neturei Karta dengan Jurnalis Kowantaranews.com tentang Konflik Israel-Palestina”

Neturei KARTA” bukanlah nama kota-kota di Indonesia seperti JaKARTA, JogjaKARTA, SuraKARTA, PurwoKERTO, PurwaKARTA, MojoKERTO, KERTOsono, KERTAbesuki” dan lainnya tapi Sebuah Komunitas Yahudi Ortodoks yang Menentang Zionisme Israel

Bulan Ramadhan Tahun ini dan Seterusnya Azan Dikumandangkan 5 Kali Sehari di Salah Satu Kota Terbesar di Amerika Serikat, Kota Minneapolis Negara Bagian Minnesota

Orang Uighur Dipaksa Makan Daging Babi karena China Memperluas Peternakan Babi Xinjiang

Keren !, Presiden Pertama Indonesia, Soekarno Bela Mati-matian Palestina

Ternyata ICJP Menyerukan Pemerintah Inggris untuk Merujuk Israel dan Perdana Menteri Netanyahu ke Pengadilan Kriminal Internasional untuk Kejahatan Perang di Palestina, Sebelum Jadwal Kunjungan Netanyahu 

Siapakah Alvin Bragg?  Jaksa Distrik Manhattan Setingkat Kejaksaan Negeri yang  Menuntut Donald Trump Presiden Amerika Serikat ke-45

Kata Rabbi Aaron Teitelbaum Shlita : “Negara Zionis adalah Penyembahan Berhala di Zaman Kita”

TERNYATA ADA RABI YAHUDI BERSUMPAH UNTUK  “TERUS BERJUANG DALAM PERANG TUHAN MELAWAN ZIONISME”

Gila !, Banyak Wanita Uyghur Dipaksa Kawin Untuk Menghilangkan  Warisan Budaya Tradisi Uyghur

Selain Beberapa Organisasi Islam, Warga Amerika Serikat Juga  Meminta Pemerintah Indonesia Menolak Timnas Israel U-20

Keren !, Ukraina Salah Satu Negara Pertama Akui Palestina di PBB

Karena Dekatnya Turki dengan Malaysia : Anwar  Terbang  Menemui  Erdogan

Media Asing : Barat Tidak Berdaya di Myanmar

Enam Hari setelah Bencana Gempa Bumi Turki, Para Kontraktor  Bangunan Ditangkapi

Bayi Lahir di Reruntuhan Gempa Suriah Dinamai Aya

Keren !, Presiden Aljazair Dukung Penuh Keanggotaan Palestina di PBB

Gawat !  Paman Sam AS Sebut Bakal Perang dengan China

Kemarahan Turki Setelah Pembakaran Quran, Protes Kurdi di Swedia

Kontra Intelijen FBI Menggerebek Kantor Polisi China di New York: Laporan

Nitizen Nyiyirin Presiden Emmanuel Macron”Tidak Minta Maaf” Atas Penjajahan Prancis di Aljazair

Tegas !  Demi Kemanusiaan Datuk Sri Anwar Ibrahim PM. Malaysia Bela Palestina

Rame Dibahas di Medsos “Pegunungan Makkah Telah Ditutupi dengan Tanaman Hijau Setelah Hujan Baru-baru ini”

China  Sebagai Pembunuh Terbanyak  Dalam Sejarah Modern,  Karena Ketidakmampuan dan Kebodohan Pemerintah Komunis Cina,  Tulis Media Luar

Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu

Ternyata Banyak Nama Kota Peninggalan Peradaban Islam di Amerika Serikat

Ternyata  Angelina Jolie  Tidak Masuk Dalam Daftar 5 Wanita Tercantik di Dunia

Peristiwa Dunia Yang Terjadi Tahun 2022

Wang Yi Menteri Luar Negeri China Diberhentikan

Pele Sang Legenda Sepak Bola Jum’at Dini Hari Meninggal Dalam Usia 82 Tahun

Islamofobia! Tiga Kepala Babi Diletakan Untuk Memprotes Pembangunan Masjid

Tragis ! Korban Bertambah 18 Orang Tewas Akibat Ledakan Truk Gas di Afrika Selatan

Lebih dari 40 Ribu Kematian Di Cina Karena Covid Di Akhir Tahun

Lagi-lagi Zionis Israil Menembak Mati Warga Palestina, Korbannya Pemain Sepak Bola Muda

Dr. Nisia Trindade Lima Menteri Kesehatan Brasil Pertama dari Kaum Hawa

Ternyata Komunitas Muslim dan Masjid Terbesar di Benua Amerika Selatan Ada Di Negara  Juara Piala Dunia Qatar FIFA 2022 Argentina !

Maher Zain Hadir Di Piala Dunia 2022 Dengan Merilis Lagu Bersiaplah (Tahayya)

Mahasiswa Cambridge memecahkan masalah tata bahasa Sansekerta yang membingungkan para sarjana selama berabad-abad

Kembali Pecah Rekor, Kasus Covid-19 di China Tembus 39 Ribu Kasus Sehari

By Admin

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *