Prolog: Laut yang “Menjerit” dan Hutan Mangrove yang Sekarat
Laut Maluku, yang selama ribuan tahun menjadi simbol keindahan dan kekayaan alam Indonesia Timur, kini seperti “menjerit” dalam kepedihan. Jeritan itu bukan metafora belaka. Di balik permukaan birunya yang tenang, ekosistem pesisir di Seram Bagian Barat (SBB) sedang mengalami kehancuran sistematis. Hutan mangrove, benteng alami yang melindungi pulau-pulau kecil dari amukan ombak dan penyangga kehidupan jutaan biota laut, sedang dibantai secara masif oleh sindikat internasional. Kulit mangrove yang dijarah dengan keji itu dikemas rapi dalam kontainer, diselundupkan ke luar negeri, dan dijual di pasar gelap global. Ironisnya, dokumen legalitasnya dikeluarkan oleh oknum yang seharusnya menjadi penjaga hutan.
Ini bukan sekadar kasus penebangan liar. Ini adalah “pembunuhan berencana” terhadap lingkungan, didalangi oleh jaringan mafia kayu yang melibatkan pejabat, pengusaha nakal, dan sindikat ekspor internasional. Jika dibiarkan, kehancuran ini tidak hanya akan memusnahkan mangrove Maluku, tetapi juga mengorbankan masa depan anak cucu dan stabilitas iklim global.
Babak I: Mangrove Maluku—Paru-Paru Dunia yang Terlupakan
Hutan mangrove di Seram Bagian Barat bukan sekadar kumpulan pohon. Ia adalah “supermarket alam” bagi masyarakat pesisir. Akar-akarnya yang menjulur menjadi tempat ikan bertelur, kepiting berlindung, dan udang berkembang biak. Daun dan buahnya menyuburkan perairan, sementara batangnya menjadi tameng dari abrasi dan tsunami. Lebih dari itu, mangrove Maluku adalah penyimpan karbon terbesar di Indonesia Timur, dengan kemampuan menyimpan 5 kali lebih banyak karbon dioksida daripada hutan hujan tropis.
Namun, sejak 2021, kawasan mangrove di Kota Nia dan Pohon Batu, SBB, berubah menjadi medan perang ekologi. Mesin gergaji bersuara menderu di malam hari, tangan-tangan tak bertanggung jawab menguliti pohon mangrove hidup-hidup, dan truk-truk gelap mengangkut kulit kayu itu ke pelabuhan. Yang tersisa hanyalah batang pohon yang mengering, akar yang terkelupas, dan lumpur pesisir yang perlahan terkikis air laut.
Baca juga : BENCANA MEGA-DEFORESTASI: PUNCAK BOGOR JADI KUBURAN HUTAN, JAKARTA LUMPUH OLEH AIR MATA ALAM!
Baca juga : Dilema Besar! Pembangunan IKN atau Kesejahteraan Rakyat?
Baca juga : IKN: Proyek Mahal yang Justru Didorong oleh Keterbatasan Anggaran!
Babak II: Modus Operandi Sindikat—Dari Seram hingga Pelabuhan Ambon
Investigasi MasarikuOnline.Com selama 4 bulan mengungkap rantai kejahatan yang terstruktur rapi. Berikut tahapannya:
- Perekrutan Masyarakat Lokal
Sindikat menyasar warga di desa-desa terpencil seperti Eti dan Waipirit. Dengan iming-iming upah Rp 500.000–1 juta per hari—angka fantastis bagi warga miskin pesisir—mereka direkrut sebagai “tukang kupas” kulit mangrove. Para pekerja ini dipaksa bekerja dari tengah malam hingga subuh untuk menghindari patroli. - Pengulitan Mangrove Hidup-Hidup
Mangrove tidak ditebang, tetapi dikuliti seperti hewan ternak. Dengan parang dan gergaji mesin, kulit kayu setebal 5–10 cm dikupas dari batang hingga ke akar. Cara ini mematikan pohon perlahan, tetapi menyisakan batang yang “masih berdiri” untuk mengecoh pemeriksa. - Pengiriman dengan Dokumen Palsu
Kulit mangrove dikeringkan di gudang tersembunyi di Waipirit, lalu dimuat ke truk dan kapal feri menuju Pelabuhan Yos Sudarso, Ambon. Di sinilah kejahatan ini mencapai puncak kecanggihannya: dokumen resmi dari Dinas Kehutanan Maluku mengubah kulit mangrove ilegal menjadi “kayu Tagong legal”.
“Kayu Tagong adalah jenis kayu lokal yang tidak dilindungi. Tapi yang dikirim itu jelas kulit mangrove. Mereka memalsukan nama dan asal usulnya,” ujar seorang whistleblower di Dinas Kehutanan yang enggan disebut namanya.
- Ekspor ke Pasar Gelap Internasional
Dari Ambon, kontainer-kontainer itu dikirim ke Surabaya, lalu diekspor ke Tiongkok, Vietnam, dan Uni Emirat Arab. Kulit mangrove Maluku diolah menjadi tanin untuk industri tekstil, kosmetik, dan obat-obatan, dengan harga jual mencapai Rp 50 juta per ton di pasar gelap.
Babak III: Dokumen “Tagong” dan Pengkhianatan Pejabat
Fakta paling mengejutkan dalam kasus ini adalah keterlibatan oknum pemerintah. Surat Keterangan Asal Usul (SKAU) dan Surat Keterangan Sahnya Hasil Hutan Bukan Kayu (SKS-HHBK) yang seharusnya menjadi tameng hukum, justru disalahgunakan untuk melegalkan kejahatan.
Seorang mantan pegawai BKSDA Maluku mengaku:
“Ada oknum pensiunan BKSDA yang menjadi ‘makelar dokumen’. Dia tahu betul cara memanipulasi sistem. Setiap kontainer ilegal bisa ‘dibersihkan’ dengan bayaran Rp 25–50 juta per dokumen. Bahkan, ada pejabat aktif di Bidang Peredaran Hasil Hutan yang menerima bagi hasil.”
Tak hanya itu, BPD Desa Eti juga diduga terlibat. Mereka mengeluarkan surat keterangan bahwa kulit mangrove berasal dari “kebun rakyat”, padahal jelas-jelas diambil dari kawasan hutan lindung.
Babak IV: Laut Maluku “Menjerit”—Dampak Ekologi yang Tak Terpulihkan
Ahli ekologi kelautan dari Universitas Pattimura, Dr. Maria Tetelepta, menjelaskan dampak mengerikan dari perusakan mangrove:
“Setiap hektar mangrove yang hilang akan mempercepat abrasi 5–10 meter per tahun. Di Desa Kota Nia, garis pantai sudah mundur 30 meter sejak 2021. Jika ini terus berlanjut, dalam 10 tahun, seluruh permukiman di pesisir SBB bisa tenggelam.”
Selain itu, hilangnya mangrove telah:
- Memusnahkan habitat ikan dan udang, mengurangi tangkapan nelayan hingga 70%.
- Meningkatkan salinitas air tanah, membuat sumur-sumur warga tak layak konsumsi.
- Melepaskan karbon dalam jumlah masif—setiap hektar mangrove yang rusak melepas 1.000 ton CO2, setara dengan emosi 200 mobil per tahun.
“Ini bukan lagi sekadar kejahatan lingkungan, tapi kejahatan terhadap kemanusiaan,” tegas Maria.
Babak V: Masyarakat Pesisir—Antara Keterpaksaan dan Perlawanan
Di balik keterlibatan sebagian warga sebagai “tukang kupas”, ada kisah pilu yang tersembunyi. Salim (42), nelayan di Pohon Batu, bercerita:
“Saya tahu ini salah, tapi kami tidak punya pilihan. Hasil tangkapan ikan sudah tidak cukup untuk makan. Anak saya sakit, butuh biaya berobat ke Ambon. Mereka (sindikat) bilang ini kerjaan ‘aman’… Ternyata, sekarang laut kami hancur.”
Namun, tidak semua warga diam. Kelompok pemuda di Desa Eti membentuk Tim Patroli Mangrove secara mandiri. Setiap malam, mereka berjaga dengan lampu senter dan golok untuk mengusir para pelaku. “Kami laporkan ke polisi, tapi tidak pernah ditindak. Akhirnya, kami lawan sendiri,” ujar Koordinator Tim, Johan Soumokil.
Babak VI: Kegagalan Penegakan Hukum dan Intervensi Mafia
Upaya penindakan kasus ini ibarat “macan ompong”. Meski laporan telah masuk ke Polda Maluku sejak 2023, penyidikan tersendat. Sejumlah fakta mencurigakan terungkap:
- Bukti dokumen palsu di Pelabuhan Ambon “hilang” secara misterius.
- Saksi kunci tiba-tiba mengubah keterangan setelah mendapat ancaman.
- Surat perintah penyitaan kontainer ilegal di Surabaya “kabur” dari meja jaksa.
Seorang penyidik yang meminta anonimitas mengungkap:
“Setiap kali kami mendekati tersangka, selalu ada telepon dari ‘orang atas’ untuk menghentikan kasus. Ada yang bilang, ini melibatkan bos besar di Jakarta dan luar negeri.”
Epilog: Darurat Mangrove Maluku—Aksi Nyata atau Tunggu Kiamat Ekologi?
Laut Maluku terus “menjerit”, tetapi jeritannya mungkin tak akan terdengar jika hanya menjadi headline media. Untuk menyelamatkan Maluku dari bencana ekologi, langkah konkret harus diambil:
- Darurat Investigasi: Membentuk Satgas khusus gabungan KPK, KLHK, dan Interpol untuk membongkar sindikat hingga ke akar.
- Revolusi Dokumen: Mengganti sistem perizinan kayu dengan teknologi blockchain untuk menghindari pemalsuan.
- Pemulihan Ekosistem: Menanam kembali mangrove dengan melibatkan masyarakat dan dana internasional (misal, lewat skema carbon credit).
- Perlindungan Saksi: Memberikan jaminan keamanan bagi whistleblower dan masyarakat yang melapor.
Jika tidak, maka slogan “Maluku Manise” akan tinggal kenangan. Yang tersisa hanyalah pesisir yang terluka, laut yang mengering, dan generasi mendatang yang mewarisi bumi rusak akibat keserakahan segelintir orang. By Mukroni
Foto Kowantaranews
- Berita Terkait :
BENCANA MEGA-DEFORESTASI: PUNCAK BOGOR JADI KUBURAN HUTAN, JAKARTA LUMPUH OLEH AIR MATA ALAM!
Dilema Besar! Pembangunan IKN atau Kesejahteraan Rakyat?
Retakan Tanah Mengintai: Perlombaan Melawan Waktu di Tengah Ancaman Longsor Pekalongan
Di Balik Obsesi Swasembada Pangan: Lingkungan dan Masyarakat yang Terlupakan
Makan Bergizi Gratis Ngebut! 82,9 Juta Pelajar Siap Disantuni di 2025!
Kemiskinan Menyusut, Tapi Jurang Kesenjangan Kian Menganga!
Jeritan Nelayan: Terjebak di Balik Tembok Laut, Rezeki Kian Terkikis
Menimbang Makna di Balik Perayaan Tahun Baru
Insiden di Mahkamah Internasional: Pengacara Israel Disebut ‘Pembohong’ oleh Pengamat Selama Sidang
Raja Saudi Salman Dirawat karena Radang Paru-paru di Istana Al Salam
Helikopter dalam Konvoi yang Membawa Presiden Iran Ebrahim Raisi Jatuh di Azerbaijan Timur
JPMorgan Chase Tarik Investasi dari Elbit Systems di Tengah Tekanan Kampanye Boikot
76 Tahun Nakba: Peringatan Sejarah dan Bencana yang Berkepanjangan di Gaza
Hakim Kanada Tolak Pembubaran Demo Pro-Palestina di Universitas McGill
Blokade Bantuan ke Gaza: Protes, Krisis Kelaparan, dan Konsekuensi Global
Netanyahu Tegaskan Israel Bukan “Negara Bawahan” AS di Tengah Ketegangan dengan Biden
Mayor Angkatan Darat AS Mengundurkan Diri untuk Memprotes Dukungan Amerika terhadap Israel di Gaza
Enam Sekutu Amerika Serikat Dukung Keanggotaan Penuh Palestina di PBB
Jeremy Corbyn di Rafah: ” Kisah Horor dan Harapan di Gaza: Panggilan untuk Keadilan dan Perdamaian”
Antony Blinken Mengecam Klaim Israel: Keadilan dan Kemanusiaan dalam Konflik Gaza
Mayoritas Warga Kanada Mendukung Protes di Kampus Universitas Menurut Jajak Pendapat Terbaru
Raja Denmark Mengibarkan Bendera Palestina: Solidaritas Global Menguat Setelah Badai Al-Aqsa
Gary Lineker: Tidak Bisa Diam Mengenai Konflik Gaza dan Kritik Terhadap Tindakan Israel
Kekuatan Opini Publik: Kim Kardashian dan Dampak #Blockout2024 Pro-Palestina
Perspektif Kritis Randa Jarrar: Hillary Clinton dalam Kacamata Seorang Profesor Studi Timur Tengah
Peringatan Raja Spanyol Felipe VI: Eskalasi Kekerasan di Gaza dan Panggilan untuk Aksi Global
Perayaan Cinta dan Solidaritas: Pengantin di Montreal Mengekspresikan Dukungan untuk Palestina
Bisan Owda dan AJ+ Raih Penghargaan Peabody atas Liputan Gaza
Grace Blakeley Mendorong Sanksi terhadap Israel dalam Debat BBC Question Time
Insiden Pelecehan Verbal di Arizona State University: Staf Pro-Israel Diberhentikan
Respon Defiant Israel Menyusul Peringatan Biden tentang Serangan Rafah
Dinamika Hubungan India-Israel di Bawah Pemerintahan Narendra Modi
Himne Macklemore untuk Perdamaian dan Keadilan: “Solidaritas Diam”
Tujuan Israel Menolak Gencatan Senjata dengan Hamas dan Melancarkan Operasi di Rafah
Mahasiswa Inggris Protes untuk Palestina: Aksi Pendudukan di Lima Universitas Terkemuka
Solidaritas Pelajar di MIT: Dukungan untuk Gaza dan Perlawanan Terhadap Perintah Polisi
Senator Partai Republik Ancam ICC: ‘Targetkan Israel dan Kami Akan Menargetkan Anda’
Pembelotan Massal dan Ketegangan Internal: Pasukan Israel Menolak Perintah di Gaza
Israel Menutup Kantor Al Jazeera
Ketegangan di Upacara Pembukaan Universitas Michigan: Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Dikeluarkan
Ketegangan Internal dan Eksternal: Keputusan Kontroversial Menutup Saluran Al Jazeera di Israel
Situasi Tegang: Demonstrasi di Institut Seni Chicago Berakhir dengan Puluhan Orang Ditangkap
Platform Pittsburgh: Peran Pentingnya dalam Gerakan Reformasi Amerika dalam Yudaisme
Deklarasi Balfour dan Peran Walter Rothschild: Sebuah Tinjauan
Pelukan Islam Shaun King dan Dukungannya terhadap Palestina: Kisah Perubahan dan Aktivisme
Trinidad dan Tobago Resmi Mengakui Negara Palestina: Tinjauan Keputusan dan Implikasinya
Kolombia Putuskan Hubungan Diplomatik dengan Israel karena Dugaan Genosida di Gaza
Kontroversi Video Rashida Tlaib: Pertahanan Pro-Palestina di Tengah Keretakan Demokrat Michigan
Kontroversi Terkait Protes Mahasiswa di AS: Antara Anti-Semitisme dan Anti-Perang
Konfrontasi di Kampus: Mahasiswa Universitas Columbia Berjuang Demi Solidaritas dengan Palestina
Robert Reich Membela Mahasiswa yang Memprotes Perang Israel di Gaza di Kampus-kampus Amerika
Perjuangan Mahasiswa Amerika: Solidaritas dengan Palestina Melawan Represi dan Kekerasan
Protes Mahasiswa Pro-Palestina di Washington Tetap Berlanjut Meski Ditekan Pemerintah
Keyakinan Nahamanides dalam Realitas Surga dan Lokasi Taman Eden Dekat Garis Katulistiwa
Konsep Bumi sebagai Pusat Alam Semesta dalam Divine Comedy Dante
Thomas Aquinas: Pemikiran tentang Surga, Khatulistiwa, dan Taman Eden dalam Summa Theologica
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel Berdasarkan Keyakinan Eskatologis
Neturei Karta: Sekte Yahudi Anti-Zionis yang Menolak Negara Israel
Orang Uighur Dipaksa Makan Daging Babi karena China Memperluas Peternakan Babi Xinjiang
Keren !, Presiden Pertama Indonesia, Soekarno Bela Mati-matian Palestina
Kata Rabbi Aaron Teitelbaum Shlita : “Negara Zionis adalah Penyembahan Berhala di Zaman Kita”
TERNYATA ADA RABI YAHUDI BERSUMPAH UNTUK “TERUS BERJUANG DALAM PERANG TUHAN MELAWAN ZIONISME”
Gila !, Banyak Wanita Uyghur Dipaksa Kawin Untuk Menghilangkan Warisan Budaya Tradisi Uyghur
Keren !, Ukraina Salah Satu Negara Pertama Akui Palestina di PBB
Karena Dekatnya Turki dengan Malaysia : Anwar Terbang Menemui Erdogan
Media Asing : Barat Tidak Berdaya di Myanmar
Enam Hari setelah Bencana Gempa Bumi Turki, Para Kontraktor Bangunan Ditangkapi
Bayi Lahir di Reruntuhan Gempa Suriah Dinamai Aya
Keren !, Presiden Aljazair Dukung Penuh Keanggotaan Palestina di PBB
Gawat ! Paman Sam AS Sebut Bakal Perang dengan China
Kemarahan Turki Setelah Pembakaran Quran, Protes Kurdi di Swedia
Kontra Intelijen FBI Menggerebek Kantor Polisi China di New York: Laporan
Nitizen Nyiyirin Presiden Emmanuel Macron”Tidak Minta Maaf” Atas Penjajahan Prancis di Aljazair
Tegas ! Demi Kemanusiaan Datuk Sri Anwar Ibrahim PM. Malaysia Bela Palestina
Ternyata Tidak Jauh Dari Jakarta, Harga Nasi Padang Per Porsinya Rp 120 Ribu
Ternyata Banyak Nama Kota Peninggalan Peradaban Islam di Amerika Serikat
Ternyata Angelina Jolie Tidak Masuk Dalam Daftar 5 Wanita Tercantik di Dunia
Peristiwa Dunia Yang Terjadi Tahun 2022
Wang Yi Menteri Luar Negeri China Diberhentikan
Pele Sang Legenda Sepak Bola Jum’at Dini Hari Meninggal Dalam Usia 82 Tahun
Islamofobia! Tiga Kepala Babi Diletakan Untuk Memprotes Pembangunan Masjid
Tragis ! Korban Bertambah 18 Orang Tewas Akibat Ledakan Truk Gas di Afrika Selatan
Lebih dari 40 Ribu Kematian Di Cina Karena Covid Di Akhir Tahun
Lagi-lagi Zionis Israil Menembak Mati Warga Palestina, Korbannya Pemain Sepak Bola Muda
Dr. Nisia Trindade Lima Menteri Kesehatan Brasil Pertama dari Kaum Hawa
Maher Zain Hadir Di Piala Dunia 2022 Dengan Merilis Lagu Bersiaplah (Tahayya)
Kembali Pecah Rekor, Kasus Covid-19 di China Tembus 39 Ribu Kasus Sehari